12

Dunia Satwa
Dr. Gary Steiner - Pola Makan Vegan adalah Sebuah Kewajiban Moral


Dr Steiner: Begitu kita semakin mengenali kesamaan antara manusia dengan satwa, garis pembagi antara keduanya menjadi semakin tidak jelas dan sulit untuk dipisahkan. Perbedaan antara manusia dan hewan tidak jelas sama sekali.

PEMBAWA ACARA: Hari ini, kita bertemu Dr. Gary Steiner, Profesor Filsafat John Howard Harris di Universitas Bucknell, AS dan pengarang yang sangat mempercayai bahwa status moral hewan sebanding dengan umat manusia.

Dia telah menulis beberapa buku termasuk “Descartes sebagai Pemikir Moral (Descartes as a Moral Thinker),” “Anthropocentrisme dan Ketidakpuasannya (Anthropocentrism and Its Discontents)” dan karyanya yang terbaru, “Para Satwa dan Komunitas Moral: Kehidupan Mental, Status Moral dan Kekeluargaan (Animals and the Moral Community: Mental Life, Moral Status, and Kinship).” Dr. Steiner menganggap dirinya sendiri seorang “vegan yang etis” dan sekarang menerangkan apa maksudnya dengan istilah ini.

Dr Steiner: Orang sampai pada veganisme dengan alasan yang berbeda. Beberapa orang melakukannya karena urusan kesehatan, beberapa orang melakukannya untuk urusan lingkungan, dan beberapa orang melakukannya karena mereka merasa bahwa kita punya kewajiban moral yang spesifik terhadap para satwa.

Orang-orang yang menganut vegan etis percaya bahwa kita punya kewajiban untuk tidak memakan hewan, tidak menggunakan mereka. Tergantung pada bagaimana ketatnya seorang vegan itu, mereka mungkin memutuskan untuk tidak memakai kulit, tidak memakai sutra, tidak memakai kain wool. Lalu tentunya ini membuka pintu pada semua jenis-jenis produk lainnya, seperti pengobatan dan kosmetik yang mungkin tidak melibatkan hewan dalam produksi mereka atau di dalam komposisinya.

Jadi untuk menjadi vegan yang etis adalah untuk memperlakukan hewan dengan kebaikan dan memakai prinsip ahimsa atau tanpa kekerasan terhadap mereka.

PEMBAWA ACARA: Bagi Dr. Steiner, menjadi vegan yang etis adalah evolusi yang bertahap dengan perbaikan terjadi selama kurun beberapa tahun.

Dr Steiner: Apa yang membawa saya pada veganisme yang etis adalah proses panjang dalam hidup saya. Itu dimulai ketika saya masih muda yang sangat mencintai hewan, memiliki perasaan yang sejati tentang kekeluargaan dengan hewan. Saat dewasa dan masuk masa remaja, di usia 20 tahunan, saya mulai berpikir lebih serius tentang kontradiksi antara mengasihi hewan di satu sisi, dengan memakan mereka dan memakai mereka. Lalu pada suatu hari saya berhenti makan daging dan saya tidak pernah makan itu lagi.

Jadi saya jadi vegetarian pertama kalinya. Tetapi saya masih berpikir tentang hal-hal lainnya seperti telur dan produk susu dan kenyataannya bahwa produksi dan konsumsi dari jenis bahan-bahan tersebut perlu memandang hewan dan menggunakan hewan dengan cara-cara tertentu. Saya memutuskan bahwa saya tidak dapat melakukannya lagi. Saya berhenti makan semua produk hewani pada titik itu.

Selama periode beberapa tahun, saya mulai berpikir lebih dan lebih tentang kenyataan bahwa saya tidak memakan produk-produk hewani Lalu saya mulai berpikir untuk tidak memakai mereka dan melakukan hal lainnya yang melibatkan penggunaan hewan sebagai obyek dasar untuk kebutuhan manusia. Akhir-akhir ini itu telah bergerak pada hal seperti kosmetik, pengobatan, dan hal-hal lainnya.

PEMBAWA ACARA: Setelah masa waktu tertentu, Dr. Steiner merasa itu tidak cukup baginya untuk hanya menjalani gaya hidup vegan yang etis. Dia memutuskan untuk mengajak siswa di Universitas Bucknell untuk berpikir tentang pandangan masyarakat tentang satwa dan bagaimana satwa melihat dunia.

Dr Steiner: Saya mengajar berbagai hal yang berbeda tentang pelajaran filsafat, dan mulai sekitar 10 tahun lalu, saya mulai mengajar beberapa pelajaran spesifik yang berhubungan dengan pertanyaan tentang hewan dan hubungan antara manusia dengan hewan, pertanyaan tentang sifat kesadaran hewan atau mental atau pengalaman subyektif hewan, dan bagaimana tipe pengalaman tersebut berhubungan dengan status moral hewan.

PEMBAWA ACARA: Dr. Steiner sekarang berbagi bagaimana para muridnya menanggapi pelajaran ini.

Dr Steiner: Ketika para murid berada di usia mahasiswa, dan ketika mereka di universitas, mereka mungkin dalam masa yang paling ingin tahu, mereka akan menjadi apa dalam kehidupan dewasa mereka sebelum mereka mulai merumuskan dan membangun jenis keyakinan-keyakinan dan cara-cara tertentu melihat dunia ini.

Mereka secara relatif berpikiran terbuka ketika mereka di universitas. Dan saya memiliki jumlah murid yang mengejutkan yang telah menanggapi dengan cara yang sangat positif, ingin tahu, dan perhatian tentang pekerjaan yang saya lakukan pada hewan. Saya telah mendengar dari murid yang sekarang dan sebelumnya, juga banyak orang yang lainnya. Beberapa murid saya tetap teguh dengan pendirian mereka.

PEMBAWA ACARA: Sebagai tanggapan terhadap ketertarikan yang tumbuh, Dr. Steiner mulai menawarkan lebih banyak pelajaran tentang hubungan antara manusia dengan hewan dan kewajiban moral kita terhadap hewan.

Dr Steiner: Saya mengajar pelajaran filsafat, baru semester terakhir ini, dengan judul “Tuhan, Manusia, dan Hewan.” Dan ini sesuatu yang saya pikir akan menjadi hal yang menarik dilakukan, sebagian karena itu akan membuat saya menyampaikannya bukan kepada siswa senior di universitas tapi kepada mahasiswa baru, para mahasiswa semester pertama. Dan saya sungguh tidak yakin bagaimana mereka akan bereaksi, dan apa yang akan terjadi.

Saya merasa mereka akan mengambil pelajaran ini karena mereka ingin menghabiskan waktu belajar tentang konsep dunia barat tentang Tuhan, terutama dalam tradisi Kristiani, dan juga tentang konsep dunia barat tentang manusia.

Apa yang akhirnya terjadi adalah para murid tersebut tampaknya yang paling terlibat secara intelektual dengan bagian terakhir dari pelajaran, serta pandangan terhadap hewan-hewan. Dan saya terpesona melihat murid-murid ini sangat ingin tahu. Diskusi-diskusi di kelas jadi sangat hidup.

Saya selalu segan berbagi pandangan saya tentang hewan. Saya tidak pernah berpikir tentang diri saya sebagai aktivis atau apa pun seperti itu. Saya berpikir tentang diri saya sebagai profesor filsafat yang menulis buku-buku untuk para ahli filsafat lain tentang hewan-hewan. Dan apa yang baru saya temukan adalah ada orang di luar sana, termasuk para murid saya, yang memiliki daya tarik yang sesungguhnya dimana mereka tidak pernah berpikir tentang pertanyaan ini sebelumnya, dan mereka menyadari bahwa itu adalah pertanyaan yang sangat penting dan mereka ingin memikirkannya.

Dr Steiner: Hal pertama yang harus dilihat seseorang adalah banyak makhluk hidup atau ayam yang lebih pandai daripada yang kita ketahui. Mereka punya sistem sosial, organisasi sosial yang sangat terperinci, mereka memiliki perasaan yang sangat baik tentang apa yang sedang terjadi. Tapi sekarang kita manusia sedikitpun tidak menunjukkan rasa hormat kita terhadap hewan dan menurut saya kita juga telah melakukan dosa dengan membunuh mereka.

Supreme Master TV: Dalam buku terbaru Anda, Anda berdebat bahwa status moral hewan sebanding dengan yang dimiliki manusia. Dapatkah Anda menceritakan lebih banyak kepada kami tentang hal itu?

Dr Steiner: Ya. Pemikirannya adalah: Tradisi filsafat Barat berasal dari tradisi Yunani kuno yang mempunyai pandangan bahwa manusia lebih unggul daripada hewan. Dan mereka memberikan berbagai argumen atau alasan-alasan untuk itu.

Salah satunya adalah ide bahwa Tuhan menciptakan alam untuk memuaskan manusia, mereka menciptakan hewan dan tumbuhan untuk umat manusia, terutama bagi kita, yang berarti kita dapat melakukan apa pun yang kita mau dengan mereka dan kita tidak perlu memperhatikan implikasi moral.

Garis tradisional atau argumentasi lainnya adalah hewan lebih rendah dibandingkan manusia dalam kemampuan kesadaran dan itu diterjemahkan pada ide bahwa umat manusia secara moral lebih unggul dan kita dapat memakai hewan tersebut... tidak sebanding dengan umat manusia.

PEMBAWA ACARA: Dr. Steiner menantang sistem kepercayaan tradisional ini dengan meminta masyarakat untuk melihat pada hewan sebagai sesama penghuni bumi kita dari perspektif yang berbeda.

Dr Steiner: Apa yang telah didebatkan secara tradisional oleh ahli filsafat adalah hewan tidak dapat berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai individu di antara yang lainnya. Mereka tidak dapat berpikir bahwa mereka memiliki kewajiban atau hak, atau sesuatu seperti itu. Dari semua hal ini para ahli filsafat di dunia Barat mencapai kesimpulan bahwa hewan tidak punya status moral apa pun dan pastinya tidak dapat dibandingkan dengan umat manusia.

Dalam karya saya tentang hewan, apa yang saya mulai kenali dan apa yang telah saya debatkan adalah: perbedaan dalam kemampuan intelektual dan perbedaan dalam kemampuan kognitif yang dianggap tidak memiliki moral apa pun.

Jadi misalkan ada orang di luar sana yang lebih pandai daripada saya, tapi bukan berarti mereka secara moral lebih unggul dari saya. Dan dalam kasus yang sama, saya lebih pandai daripada kucing saya, Pindar; tapi tidak ada hubungannya apakah saya punya hak untuk menggunakannya atau memperlakukannya seperti barang atau memilikinya sebagai hak milik atau apa pun seperti itu.

Yang penting adalah, status moral, bukan bagaimana pandainya Anda atau betapa canggihnya kemampuan kesadaran Anda, tetapi lebih pada gagasan merasakan, kemampuan merasakan senang dan kesakitan, kapasitas untuk menderita, dan seterusnya. Menurut saya ini adalah kapasitas yang berjalan bersama dengan kesadaran. Dan saya pikir apa yang menentukan secara moral dari hidup Pindar sungguh tidak berbeda dengan saya. Dan saya tidak melihat kepandaian saya dalam hal matematika atau menulis buku filsafat atau kemampuan berbahasa memiliki arti penting dalam status moral relatif versi saya sendiri, juga kucing atau anjing atau makhluk hidup lainnya.

PEMBAWA ACARA: Dr. Steiner berkata bahwa dengan menganggap semua makhluk itu penting, maka kita dapat menghormati dan melindungi hidup semua satwa.

Dr Steiner: Jadi jika kita setuju bahwa perasaan merupakan unsur yang penting dalam status moral maka saya tidak setuju ada orang yang berkata bahwa secara obyektif hidup saya lebih berarti daripada Pindar. Hidup saya sama berartinya dengan hidup Pindar. Kehidupannya penting bagi dirinya dan hidup saya penting bagi diri saya. Jadi, dari sudut pandang tersebut, saya tidak dapat mengatakan bahwa hidup saya lebih berarti daripada hidupnya.

Jadi hidupnya jika dilihat dari sudut pandang moral sama berartinya dengan hidup saya. Dan saya pikir itu berlaku untuk makhluk apa pun yang berperasaan. Pandangan saya sendiri adalah, kita, hewan dan manusia secara moral sederajat dan saya seharusnya menambahkan bahwa manusia juga termasuk hewan.

PEMBAWA ACARA: Bagaimana mungkin kita di satu sisi mempunyai hewan peliharaan sementara itu di sisi lain mengonsumsi daging hewan lainnya? Bagaimana agar kita dapat hidup dan makan dengan sadar?

Dr Steiner:Apakah kita berhak untuk makan hewan? Dan saya ingin menjelaskan bahwa dalam penilaian saya, kita tidak memiliki hak seperti itu.

PEMBAWA ACARA: Dr. Steiner menjelaskan bahwa, seperti manusia, hewan memiliki emosi mendalam dan kapasitas besar untuk mencintai dan dicintai.

Dr Steiner: Pindar adalah kucing penolong. Saya memperolehnya dua tahun lalu. Saya sungguh tidak sedang mencari kucing yang lain. Saya pernah punya dua untuk waktu yang lama dan saya amat mencintai mereka dan memiliki ikatan yang sangat, sangat intim terhadap mereka. Sejenis ikatan yang menurut saya sama dengan ikatan yang dimiliki orang lain, katakan seperti ikatan dengan anak mereka. Jadi, kedua kucing ini telah hidup lama bersama saya dan mereka berdua baru-baru ini meninggal karena usia tua lalu kucing penyelamat ini seperti dihadiahkan untuk saya, menyelinap kepada saya.

Jadi, saya mengambilnya dan setelah ia sehat kembali, personalitas mengagumkan pun muncul. Dan ia menjadi makhluk yang amat, amat lembut dan mengagumkan. Dan saya akan katakan bahwa ada sejenis ikatan cinta di antara kami. Nampak jelas bagi saya bahwa Pindar memiliki perasaan cinta terhadap saya. Dan seperti perasaan cinta yang dimiliki seorang anak kecil ketika ia berusia dua atau tiga atau empat tahun terhadap orangtuanya. Dan saya pikir dalam banyak hewan ada berbagai macam kasih dan penghargaan yang hewan perlihatkan satu sama lain dan mereka memperlihatkannya terhadap manusia.

Dr Steiner: Ada suatu realita yang amat, amat menyulitkan dimana industri hewan peliharaan adalah industri miliaran dollar di Amerika Serikat. Dan orang yang memiliki peliharaan sering mencintai mereka hampir seperti keluarga, dan amat sedih ketika hal buruk menimpa peliharaan mereka, dan jika mereka berada dalam posisi finansial untuk hal itu, akan menghabiskan sejumlah besar uang untuk peliharaan mereka, untuk hadiah dan mainan dan makanan berkualitas tinggi dan sejumlah besar cinta yang berlebihan dan pertimbangan untuk peliharaan mereka.

Dr Steiner: Kita harus mampu untuk mencari jalan yang memperjelas prinsip tentang hak hewan, menetapkan prinsip moral dan legal yang jelas yang memberitahu kita untuk tidak melakukan kekerasan atau menyakiti para hewan.

Dr Steiner: Banyak dari diri kita yang buta terhadap sistem produksi daging untuk makanan dan selanjutnya. Dan menurut saya ada sejenis disonansi kognitif di sana. Mereka tak bisa membiarkan diri mereka untuk mengakui realita yang sedang terjadi. Jadi saya amat jarang menjumpai orang yang berkata: “Wah, saya mendengar cara anak lembu itu dibesarkan, atau cara dari ayam tersebut dibesarkan, atau cara dari babi tersebut dibesarkan cukup mengerikan. Jadi saya sungguh tak ingin tahu lagi tentang hal itu.”

PEMBAWA ACARA: Dalam pandangan Dr. Stein apakah kewajiban utama kita dalam memenuhi tugas moral kita terhadap hewan?

Dr Steiner: Saya pikir kita punya kewajiban terhadap hewan. Kewajiban kita, pertama adalah mengikuti gaya hidup vegan.

Jadi dari titik awal, hal pertama yang harus kita lakukan adalah tidak menyakiti hewan, tidak melakukan kekerasan terhadap mereka. Dan hal terpenting yang amat mudah untuk memahami kewajiban itu adalah dengan menjadi vegan dan tetap menjadi vegan.

PEMBAWA ACARA: Pada 1 Desember, 2009, Perjanjian Lisbon berlaku dan berdasarkan Artikel 13 Uni Eropa sekarang dengan resmi mengakui hewan sebagai makhluk hidup. Kita tanyakan Dr. Steiner. tentang peran dari pemerintah dalam mengatur hubungan antara manusia dan hewan.

Dr Steiner: Profesor Francione di Rutgers (Universitas AS) berargumen bahwa jika mungkin melalui undang-undang kita menghapus status kepemilikan dari hewan, itulah hal terpenting utama yang baik pemerintah atau hukum atau undang-undang dapat lakukan. Karena dalam tradisi legal Anglo-Amerika berabad-abad yang lalu, hewan telah ditetapkan sebagai hak milik, mereka adalah hal yang kita miliki; mereka adalah harta benda. Dan itu memungkinkan orang melakukan berbagai hal karena Anda dapat menghancurkan properti Anda.

Dan itu berarti Anda bisa membesarkan hewan dan membunuh mereka untuk konsumsi manusia, Anda bisa menjual mereka, Anda bisa menggunakan mereka, Anda bisa bereksperimen.

Jika mungkin kita dapat mengklasifikasi hewan bukan sebagai barang, tetapi sebagai sesuatu seperti manusia legal, dengan begitu hal ini dapat mencegah orang membunuh hewan, bereksperimen terhadap mereka dan selanjutnya.

Akan penting meletakkan hewan dengan pertimbangan moral yang sama dengan manusia, jadi jika Anda tak boleh melakukannya pada manusia, maka Anda juga tidak boleh melakukannya terhadap hewan. Saya pikir itulah hal terbaik yang baik pemerintah atau undang-undang dapat lakukan untuk menghapus status kepemilikan dari hewan.

Untuk informasi lebih tentang Dr. Steiner, Kunjungilah www.FacStaff.Bucknell.edu/GSteiner

Buku oleh Dr. Steiner tersedia di Amazon.com



International Sites
English | Âu Lạc | 正體中文 | 简体中文 | Français | Deutsch | Magyar | Italiano | 한국어 | Indonesia | Español | Português | Svenska | فارس | jezik | Русский | 日本語
  • Versi PC Atas