Loading the player ...



Planet Bumi: Rumah Tercinta Kita
Perubahan Iklim: Membahayakan Mongolia (Dalam Bahasa Mongolia)


Batbayar: Mongolia pasti salah satu negara yang paling serius terpengaruh oleh pemanasan global. Selama lebih dari 60 tahun yang lalu, rata-rata temperatur di Mongolia telah naik lebih dari 2 kali lipat dari rata-rata temperatur global. Kira-kira 85% dari permukaan tanah kami di Mongolia telah dirusak kebanyakan oleh angin dan oleh kegiatan manusia termasuk pertambangan dan peternakan.

Supreme Master TV: Mongolia, negara daratan kedua terbesar dunia, sangat rentan terhadap perubahan iklim karena lokasi dan geografinya. Dalam 60 tahun terakhir temperatur rata-rata dari negara itu telah meningkat 1,6 derajat Celsius. Gurun Gobi, gurun terbesar di seluruh Asia, mencakup sekitar 30% wilayahnya dan sisanya adalah dataran rumput teramat luas tanpa pohon yang disebut stepa. Presipitasi tahunan sekitar 50 milimeter di wilayah gurun, dan 400 milimeter di propinsi utara. Selama 40 tahun terakhir, perubahan iklim telah menghancurkan ekosistem Mongolia, seiring gurun meluas, dingin menusuk, gelombang panas, banjir, kebakaran hutan, badai pasir, mencairnya gletser gunung dan degradasi permafrost telah semakin intens.

http://www.mongoliatourism.gov.mn/index.php?option=com_content&view=article&id=298:climate-of-mongolia&catid=79:nature&Itemid=98

Profesor Lhagva: Pemanasan global dan dampak negatifnya telah menjadi ancaman nyata: meningkatnya temperatur atmosferik, penggurunan, meningkatnya kejadian bencana alam seperti angin topan, kekeringan dan dingin yang ekstrem di musim dingin. Dampak negatif ini telah menjadi begitu keras dan menggoncang keberadaan umat manusia. Sebagai akibat dari kelalaian manusia, ekosistem dunia kita memburuk dan puluhan ribu spesies menghadapi kepunahan.

Supreme Master TV: Penggurunan, atau proses dimana suatu area menjadi gurun, mempengaruhi lebih dari dua miliar orang yang hidup di wilayah gersang di seluruh dunia dan di Mongolia telah semakin meningkat dengan cepat. Lembaga Pembangunan dan Kerja Sama Swiss berkata 90% dari negara itu berisiko penggurunan dan menyebutkan baik kerusakan ekologi dari aktivitas manusia maupun kondisi pengeringan dari pemanasan planet sebagai alasan utama untuk gurun yang mengganggu. Terutama, merumputnya ternak yang berlebih telah diidentifikasi oleh banyak pakar sebagai pemicu penggurunan di Mongolia. Menanggapi banyak efek pemanasan global yang merusak negaranya.

Yang Mulia Batbold Sukhbaatar, perdana menteri dari Mongolia dan kabinetnya menyelenggarakan rapat pada tanggal 27 Agustus 2010 di tengah Gurun Gobi untuk memberi perhatian pada isu itu dan mendiskusikan rencana tindakan perubahan iklim bagi negara tersebut. Selama rapat, Menteri Lingkungan Alam dan Turisme Gansukh Luumed berkata, "perubahan iklim global meningkatkan proses penggurunan di Mongolia. Saat ini, 70% dari lahan Mongolia terpengaruh oleh penggurunan."

http://www.unccd.int/science/docs/non_paper_desertif_Climate_eng.pdf
http://www.scidev.net/en/news/desertification-a-threat-to-two-billion-people.html
http://www.artivist.com/Environmental_Mongolian_Officials_Hold_Cabinet_Meeting_in_Gobi_Desert_on_Climate_Change.htm

Bold: Tidaklah heran bila Mongolia tercatat oleh Pertemuan Tingkat Tinggi Johannesburg tahun 2002 sebagai salah satu dari 11 negara yang paling dipengaruhi oleh penggurunan, di antara 120 negara yang menderita dari penggurunan. Dari tahun 1970-2007, curah hujan rata-rata tahunan di daerah ladang rumput kering berkurang dari 236 milimeter menjadi 106 milimeter dan suhu udara rata-rata tahunan bertambah dari -0.3 derajat Celsius menjadi +0.3 derajat Celsius setelah 30 tahun kelebihan angonan. Himpunan jenis tanaman telah menurun sampai ke titik di mana ia digantikan dengan bermacam-macam himpunan dari Cleistogenes squarrosa- Agropyron cristatum- Leymus chinensis. Di himpunan terakhir, produktivitas tanaman secara keseluruhan berkurang 10 kali, cakupan tumbuhan dengan parah menciut 3 kali, menyebabkan keadaan seperti itu lebih mirip dengan komunitas ladang padang pasir.

Supreme Master TV: Temperatur musiman dan pola cuaca di Mongolia dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pada Januari 1020, "dzud", atau kekeringan musim panas diikuti salju lebat dan temperatur musim dingin teramat rendah menimpa Mongolia. Temperatur menurun hingga minus 40, sementara rentang musim harian biasanya minus 15 – 35 derajat Celsius. Periode ini mempengaruhi lebih dari 750.000 orang dan membunuh jumlah besar 8,5 juta ternak. Pada musim panas 2010, gelombang panas tak biasa menyalakan api di Mongolia bagian tengah.

Bold: Sebagai akibat langsung dan tak langsung dari pemanasan dan penggurunan, kebakaran hutan selama 25 tahun terakhir telah merusak 1,6 juta hektar dari keseluruhan luas hutan. Ilmuwan dan profesor Rusia, Dr.V. Yarmishko, dan timnya telah menyatakan bahwa ekosistem hutan daun lebar diakibatkan oleh bencana kebakaran di Gunung Khuvsgul dan Khangai tidak akan pernah teregenerasi secara alami. Laporan menyatakan, antara 1971-1997, ada sekitar 2,700 insiden dari kebakaran hutan yang merusak 14 juta hektar baik ekosistem hutan dan stepa. 'Solifluksi' yang ekstensif, sebuah penyumbang negatif yang lain pada ekosistem hutan telah dipantau di zona permafrost permanen di gunung Khuvsgul dan Khangai, pada laju minimum 2 centimeter per tahun.

http://news.xinhuanet.com/english2010/world/2010-07/07/c_13387055.htm

Supreme Master TV: Pada Juli 2009 hujan amat deras dan badai salju menghujani ibukota negara Ulaanbaatar dan wilayah selatan propinsi Govi-Altai, menyebabkan banjir terparah Mongolia sejak tahun 1966. Dua puluh enam orang lenyap, 2.000 terlantar dan ratusan rumah hancur.

Pekerja: Kami mengalami banjir di khoroo (distrik) kami. Sebagai contoh, di khoroo (distrik) ini 150 keluarga terkena banjir. 57 dari mereka kehilangan rumah mereka secara total. Enam orang meninggal. Satu dari mereka adalah anak dan lima orang dewasa.

http://350asia.wordpress.com/2009/07/28/the-climate-challenge-in-mongolia

Supreme Master TV: Persentase lahan yang dapat ditanami di Mongolia untuk cocok tanam dan produktivitas pertanian lahan menurun karena pemanasan global. Hingga pertengahan 1990 negara itu memproduksi gandum cukup untuk sendiri dan bahkan mengekspor ketika hasil panen cukup tinggi. Tahun 2007, Mongolia dapat memasok kurang dari satu perempat kebutuhan gandum dari produksi sendiri. Kehilangan tetap dari sumber daya air nasional teramat menghambat penanaman pangan, menyebabkan tingkat panen berfluktuasi tiap tahun. Statistik resmi tahun 2007 memperlihatkan bahwa sepanjang beberapa tahun terakhir 852 sungai dan aliran dari 5.128, 2.277 mata air dari 9.306 dan 1.181 danau dan kolam dari 3.747 telah mengering, hasilnya krisis air besar.

http://www.unep.org/pdf/MARCC2009_BOOK.pdf p.61.

Bold: 60% dari 70 danau di kolam sungai Amar, yang merupakan habitat bagi populasi angsa, telah menurun tingkat airnya hingga 30-100% dan beberapa telah mengering. Sebagai hasilnya, populasi dari angsa yang setiap tahun bermigrasi dan bereproduksi di danau tersebut turun hingga lebih dari 2 kali, populasi sekarang adalah kurang dari 40% dibandingkan masa lampau. Pemanasan global telah menurunkan ekosistem stepa, hutan, sungai, danau, dan rawa dan sebanyak lebih dari 80% cakupan tumbuhan sedang mengalami degradasi.

Supreme Master TV: Mongolia memiliki jumlah ternak per kapita terbesar di dunia, dengan lebih dari 30 juta hewan dengan populasi 2,5 juta orang. Dalam makalah "Ternak dan Perubahan Iklim, " diterbitkan dalam World Watch Magazine pada tahun 2009, diperkirakan bahwa lebih dari 51% emisi gas rumah kaca global yang disebabkan manusia berasal dari siklus produksi dan konsumsi produk hewani.

Presiden Elbegdorj: Tolong, kurangi makan daging. Ini juga satu masalah di Mongolia, karena meningkatnya jumlah ternak. Kami punya banyak lahan untuk menanam lebih banyak sayuran di Mongolia.

Enkhbat: Demi memproduksi daging, kita telah menghancurkan hutan hujan tropis, yang kita sebut "paru-paru Bumi." Misalnya, 70% dari hutan hujan Amazon dibabat untuk padang rumput atau untuk tujuan menanam makanan hewan. Setiap menit dari setiap hari, industri daging menggunakan areal lahan hutan setara dengan tujuh lapangan sepakbola. Begitu disalurkan ke lebih dari setengah planet ini, luas hutan sekarang hanya meliputi seperempat dari permukaan tanah Bumi ini. 30% dari permukaan tanah dunia ini dan 70% dari lahan pertanian digunakan untuk produksi daging. Disebabkan oleh hal ini, lahan jadi terdegradasi dan lahan rumput telah dihabiskan. Ini adalah salah satu dari faktor utama yang mempercepat penggurunan. Emisi gas rumah kaca tahunan yang diakibatkan oleh produksi peternakan sekitar 100 juta ton karbon dioksida. Biaya pengangkutan dan konsumsi energi yang berkaitan dengan produksi daging sangatlah tinggi. Di tahun 2007 saja, dunia memproduksi dan mengonsumsi 275 juta ton daging. Laporan menunjukkan bahwa pada tahun 2050 produksi daging akan berlipat dua. Biaya energi dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk membekukan dan mendistribusikan 275 juta ton daging adalah sangat besar.

Supreme Master TV: Mengakhiri peternakan akan mengangkat beban teramat besar dari planet kita. Dokter Enkhbat dan Gurragchaa menyarankan kembali ke pola makan nabati sebagai solusi perubahan iklim.

Profesor Lhagva: Pemerintah Mongolia membelanjakan 2.4 miliar tugrug (US$1,6~2 juta) per tahun untuk menurunkan secara artifisial harga daging yang dijual di kota utama. Dari catatan sejarah yang disebutkan di atas, kita bisa lihat bahwa orang Mongol di abad ke-13 memilih makan 4-5 kali lebih sedikit makanan daripada orang Eropa pada waktu itu. Seperti dalam definisi modern, kita bisa menyebut orang Mongol masa lalu sebagai vegetarian. Penelitian modern menunjukkan bahwa orang vegetarian mempunyai dua kali ketahanan tubuh daripada pemakan daging, yang juga sesuai dengan indeks kesehatan dan ketahanan orang Mongol masa lalu. Tapi sayang, ilmu pengetahuan pola makan orang Mongolia masa lalu sudah lama hilang dan telah digantikan dengan teori standar sistem pola makan orang Barat.

Enkhbat: Kita harus menghidupkan kembali nilai kebudayaan tradisional Mongolia. Orang Mongolia punya tradisi menghormati alam dan penggunaan sumber dayanya, dan dilarang mencemarkan gunung, sungai, tanah dan hutan. Dari analisa sebab pemanasan global, kita bisa lihat bahwa ada cara untuk menghentikannya dalam periode waktu yang singkat dan tanpa investasi yang berarti. Yaitu benar-benar mengurangi konsumsi daging.

Supreme Master TV: Maha Guru Ching Hai telah menggarisbawahi pentingnya pola makan vegan organik untuk menangkal perubahan iklim di Mongolia dan semua negara lain di Bumi.

Maha Guru Ching Hai: Mongolia, seperti dengan bagian dunia lainnya sedang mengalami cuaca yang lebih buruk, suatu pola yang lebih mematikan dari perubahan iklim karena dampak dari pemanasan global. Jadi, Anda bisa lihat kekeringan di Mongolia, musim dingin lebih keras, lebih sering terjadi badai pasir dan badai salju. Dengan peningkatan ternak, kita mengurangi sumber alam bangsa Mongolia yang terbatas dan bahkan membuat Mongolia negara yang dalam bahaya lebih besar akan penggurunan. Daripada untuk hewan merumput, kita bisa mulai menanam sayuran organik yang lebih sehat untuk setiap orang. Kita harus pilih pola makan vegetarian daripada peternakan hewan. Jika lebih banyak orang memilih pertanian organik, kita saling membantu sampai kemampuan kita yang terbaik dan cara yang paling lembut bagi seluruh makhluk dan Bumi. Dari situ, kita bisa berbagi makanan karena kita punya begitu banyak makanan. Ada makanan berlimpah, lebih dari cukup untuk setiap orang, bahkan tanpa perlu membelinya. Dan kita menghemat waktu dan sumber lainnya untuk berpindah ke hal lainnya, seperti mengakhiri penyakit dan membantu mereka yang memerlukan. Dengan tidak menyubsidi pola makan daging, kita menghemat triliunan dollar AS per tahun dalam bentuk pajak. Kita mengurangi banyak derita penyakit yang terkait daging. Kita menghemat banyak makanan untuk berbagi dengan semua orang kelaparan di dunia sehingga suara hati kita tidak pernah terbangun di tengah malam dan menggigit kita lagi.



International Sites