Gambar-gambar dalam acara berikut ini sangatlah sensitif 
dan mungkin mengganggu pemirsa seperti juga bagi kami. Namun, kami harus menunjukkan kebenaran tentang kekejaman terhadap satwa.
Film dokumenter pemenang penghargaan tahun 2005 tentang 
penderitaan hewan, Earthlings, disutradarai oleh pembuat film AS yang vegan, Shaun 
Monson, diproduksi bersama oleh artis vegan AS yang terkenal seperti Persia White dan Maggie 
Q, serta pengisi suara oleh aktor vegan pemenang Golden Globe dan Grammy Joaquin 
Phoenix. Musik filmnya dibuat oleh DJ dan musisi vegan terkenal di dunia Moby 
 
dari Amerika Serikat.
Earthlings telah menerima berbagai penghargaan termasuk 
Proggy Award yang diberikan oleh grup kesejahteraan hewan yang ada di AS yaitu 
Masyarakat untuk Perlakuan Etis terhadap Hewan (PETA), dan Penghargaan Film Dokumenter 
Terbaik dalam kategori Pembela Satwa pada Festival Film Artivis Internasional 
yang diadakan tiap tahun di Kalifornia, AS.
Earthlings mempengaruhi banyak 
pemirsa dengan begitu kuatnya sehingga mereka segera memilih untuk mengadopsi 
pola makan nabati yang penuh kasih. Misalnya, setelah menonton film ini, pemain 
hoki es profesional Georges Laraque dari Kanada menjadi vegan dan setuju 
mengisi suara versi bahasa Prancisnya.
Pembawa acara talk show terkenal AS Ellen 
DeGeneres dan artis Australia Portia de Rossi keduanya menyatakan bahwa film ini 
adalah alasan kunci mereka memilih menjadi vegan.
Pemain ski Hannah 
Teeter dari Amerika Serikat, peraih medali emas dan perak pada Olimpiade Musim 
Dingin tahun 2006 dan 2010 secara berturut-turut, berhenti makan daging setahun 
lalu setelah menyaksikan Earthlings.
Sekarang kita akan membuka tentang kekejaman 
menyayat hati yang dilakukan oleh industri hewan dan tentang spesiesisme, 
konsep yang diperkenalkan oleh Dr. Peter Singer yang dianggap sebagai bapak 
gerakan hak satwa dan penulis buku klasik tahun 1975 - Pembebasan Hewan (Animal 
Liberation).
Gambar-gambar yang akan Anda lihat bukanlah kasus khusus. 
Inilah Standar Industri untuk pengembangbiakan hewan sebagai Hewan Peliharaan, 
Makanan, Pakaian, Hiburan, dan Penelitian. Kebijaksanaan pemirsa 
sangat disarankan.
Earth-ling: kata benda. Penghuni bumi.
SPESIESISME
Sejak kita semua menghuni Bumi, kita 
semua merupakan earthlings. Tak ada perbedaan kelamin, rasisme, atau spesiesisme 
dalam istilah earthling. Hal itu meliputi setiap orang dari kita semua: berdarah 
hangat atau dingin, mamalia, vertebrata atau invertebrata, burung, reptil, 
amfibi, ikan, dan juga manusia.
Manusia, maka dari itu, bukanlah satu-satunya 
spesies di atas planet ini yang berbagi dunia ini dengan jutaan makhluk hidup 
lain, karena kita semua berevolusi bersama. Namun, penghuni manusialah yang 
cenderung mendominasi Bumi, seringkali memperlakukan sesama penghuni bumi dan 
makhluk hidup lainnya sebagai barang. Inilah yang disebut dengan spesiesisme.
Sesuai analogi rasisme dan 
seksisme, istilah spesiesisme adalah suatu prasangka atau perilaku menyimpang 
demi kepentingan dari anggota spesiesnya sendiri dan menindas anggota spesies 
lainnya. Jika suatu makhluk menderita karena tidak ada keadilan moral, mereka 
menolak untuk memperhatikan penderitaan itu.
Rasis melanggar prinsip persamaan dengan 
memberi penekanan lebih pada kepentingan anggota dari rasnya sendiri saat ada 
perselisihan di antara kepentingannya dan kepentingan dari ras lainnya.
Pembedaan jenis kelamin atau seksisme melanggar prinsip persamaan dengan 
membela kepentingan dari jenis kelamin dirinya sendiri.
Hampir mirip, spesiesis 
membiarkan kepentingan spesiesnya sendiri untuk menindas kepentingan yang 
lebih besar dari anggota spesies lain.
Dalam setiap kasus, polanya hampir mirip. Walaupun di antara manusia kita menyadari nilai mutlak moral dari menghormati, tiap 
orang adalah seseorang, bukan barang, secara moral perlakuan tidak hormat 
terjadi saat seseorang yang berdiri di ujung mengandalkan kekuasaan dengan 
memperlakukan yang lemah seakan-akan mereka hanya obyek belaka.
Pemerkosa melakukannya terhadap korban perkosaan. 
Penganiayaan anak terhadap anak yang teraniaya. Tuan kepada budaknya.
Dalam setiap dan semua kasus, manusia yang punya kekuasaan 
mengeksploitasi yang lemah. Mungkin hal yang sama terjadi dalam hal bagaimana 
manusia memperlakukan hewan lain atau penghuni bumi lain.
Tak diragukan lagi ada perbedaan, karena manusia dan hewan 
tidaklah sama dalam semua aspek. Tetapi pertanyaan akan wajah 
yang berbeda, dijamin hewan-hewan ini tidak punya semua keinginan yang ada pada 
manusia. Dijamin, mereka tidak memahami setiap hal seperti yang dipahami manusia. 
Meskipun begitu, kita dan mereka memiliki beberapa keinginan yang sama dan 
memahami beberapa hal yang sama.
Keinginan akan makanan dan air, perlindungan dan pasangan, 
kebebasan bergerak, dan menghindari kesakitan. Keinginan ini dimiliki bersama oleh manusia 
dan 
hewan. Untuk pemahaman seperti pada manusia, banyak hewan memahami 
dunia dimana mereka hidup dan bergerak.
Sebaliknya, mereka tidak bisa bertahan. Jadi di antara 
banyak perbedaan, di sana ada kesamaan. Seperti kita, hewan ini perwujudan 
misteri dan keajaiban kesadaran. Seperti kita, mereka bukan hanya di dunia, 
mereka menyadarinya. Seperti kita, mereka adalah pusat psikologi dari sebuah 
kehidupan yang punya keunikan tersendiri. Dalam hal mendasar ini, manusia 
berdiri di atas "semua berkaki empat," bisa dikatakan begitu, dengan babi dan sapi, 
ayam dan kalkun.
Apa yang hewan-hewan ini minta dari kita, bagaimana kita 
secara moral seharusnya memperlakukan mereka, ini adalah pertanyaan yang jawabannya 
dimulai dari pertalian kekeluargaan psikologis kita dengan 
mereka. Jadi film berikut menggambarkan, dalam lima cara, tentang bagaimana 
hewan datang untuk melayani manusia jika saja kita lupa.
AKU AKAN MEMBERIMU MAKANAN DAN PAKAIAN
Pemenang Penghargaan 
Nobel Isaac Bashevis Singer menulis dalam novelnya yang sangat laris, "Musuh, 
Suatu Kisah Cinta" berikut ini... "Seperti Herman menyaksikan penjagalan hewan 
dan ikan, dia selalu memiliki pemikiran yang sama: Dari pandangannya 
terhadap makhluk hidup, semua manusia adalah Nazi. Ini memberi contoh 
teori rasis paling ekstrem, prinsip yang mungkin saja benar." Bandingkan 
dengan Holocaust dimana keduanya adalah disengaja dan jelas.
Sekelompok makhluk hidup bersedih di bawah tangan yang 
lain. Walau beberapa akan menentang bahwa penderitaan hewan tidak bisa 
dibandingkan dengan Yahudi atau budak zaman dahulu, tapi itulah, faktanya, paralel.
Dan bagi tahanan dan korban dari pembunuhan masal ini, 
Holocaust, mereka jauh dari akhir. Dalam bukunya, The Outermost House, penulis 
Henry Beston menulis, "Kita perlu konsep tentang hewan yang lain dan yang lebih 
bijak dan mungkin yang lebih mistik. Jauh dari sifat alami dan hidup dengan 
kecerdasan rumit, manusia dalam peradaban ini menyelidiki makhluk hidup melalui kaca 
pengetahuannya dan melihat bagaikan bulu yang diperbesar dan seluruh gambarnya 
menjadi pecah. Kita menggurui mereka atas ketidaklengkapannya, atas nasib 
tragisnya karena memiliki bentuk yang jauh di bawah kesempurnaan kita.
Dan di dalamnya kita keliru, dan sangat keliru. Karena 
hewan seharusnya tidak diukur dengan manusia. Dalam dunia yang lebih tua dan 
lebih lengkap daripada kita, mereka lebih sempurna dan komplit... dikaruniai 
dengan tambahan indera dimana kita manusia telah kehilangannya atau tak pernah 
mendapatkannya... 
hidup dengan suara yang takkan pernah kita dengar.
Mereka bukan saudara. Mereka bukan bawahan. Mereka adalah 
bangsa lain, ditangkap oleh kita dalam jaring kehidupan dan waktu... rekan 
tahanan dari Bumi yang menderita."
BAGIAN 1: HEWAN PELIHARAAN
Bagi sebagian besar orang, hubungan 
kita dengan hewan adalah melalui kepemilikan hewan peliharaan. Jadi dari mana hewan 
peliharaan kita berasal?
Peternak
Pada hewan peliharaan, mereka dimulai dari peternak.
Walau tidak semua peternak merupakan peternak profesional, faktanya
dalam profesi ini setiap orang dan siapa pun bisa jadi peternak.
Toko hewan peliharaan dan peternakan anak anjing
Bagi toko hewan peliharaan, sebagian besar hewannya
berasal dari peternakan anjing, bahkan mereka tak mengetahuinya.
Peternakan anjing itu berbiaya rendah, ada perusahaan komersil yang
membiakkan anjing untuk dijual ke toko hewan dan pembeli lainnya.
Mereka seringkali beroperasi di belakang rumah yang menempatkan hewan
pada keadaan kotor dan berjejal tanpa perawatan ahli hewan atau
sosialisasi. Anjing dari peternakan sering menunjukkan masalah fisik
dan psikologis saat mereka tumbuh.
Hewan Terlantar
Terlantar, jika beruntung, akan diambil dan dibawa ke 
penampungan atau kandang dimana mereka hanya bisa berharap menemukan rumah baru 
lagi. Diperkirakan 5 juta hewan menjadi tunawisma setiap tahun. Dan sebanyak 
7% adalah hasil pengembangbiakan di antara yang tunawisma ini. Dari 5 juta 
hewan tunawisma ini, rata-rata 9 juta mati di jalanan akibat penyakit... 
kelaparan... paparan... terluka... atau kekerasan dari kehidupan liar.
Banyak lainnya yang terlantar, beberapa di antaranya mungkin 
dibuang di jalanan oleh pemiliknya. Sisanya lagi 16 juta mati di kandang atau 
penampungan yang tidak punya tempat bagi mereka dan dipaksa untuk membunuhnya. 
Sedihnya, di atas semua ini, hampir 50% hewan ini dibawa ke penampungan yang 
dikembalikan oleh pemiliknya.
Banyak orang yang mengakui bahwa mereka tidak mengunjungi penampungan 
karena sangat menyedihkan bagi mereka. Tetapi alasan hewan dijejalkan di 
tempat yang suram seperti ini karena orang menolak untuk mensterilkan 
peliharaannya. Beberapa pemilik peliharaan merasa, terutama pria demi 
alasan, mensterilkan peliharaannya akan mensterilkan pemiliknya juga.
Atau mereka mungkin hanya ingin anak-anaknya mendapat 
pengalaman hidup beberapa hari, bisa dibilang begitu. Dengan kata 
lain, pemilik seperti ini tidak menyadari telah mengambil bagian dalam euthanasia 
(suntik mati) terhadap lebih dari 60.000 hewan setiap hari. Euthanasia umumnya didefinisikan sebagai 
tindakan membunuh tanpa sakit demi alasan kasihan, biasanya diberikan dengan 
suntikan di kaki untuk anjing, kadang di perut untuk kucing.
Itulah prosedur cepat dan tidak begitu sakit bagi hewan dan 
jauh paling manusiawi. Tetapi belum tentu dapat diterima. Akibat 
peningkatan euthanasia di penampungan dan pertambahan permintaan yang konstan 
untuk obat seperti Euthasol, beberapa penampungan dengan kendala anggaran 
dipaksa untuk menggunakan ruangan gas.
Ruang Gas
Dalam sebuah ruangan gas, hewan diikat sangat kuat dan bisa 
berlangsung selama 20 menit sampai mati. Inilah cara kurang berperasaan, 
lebih kejam, dan menyakitkan. Tetapi prosedurnya tidak mahal. Mungkin beberapa 
pertanyaan yang terpikir - kita harus menanyai diri sendiri tentang hewan yang 
kita rawat sebagai sahabat: Dapatkah kita merawat hewan sebagai sahabat 
dan memberi kebutuhannya?
Apakah kita merawat sahabat satwa kita dengan baik, atau apakah 
kita mengeksploitasinya? Jawaban pertanyaan ini mungkin ada dalam perilaku 
manusia yang memelihara dan kemampuan menyediakan lingkungan yang cocok bagi 
sahabat satwanya.
Sebagian besar manusia adalah spesiesis. Film ini menunjukkan 
bahwa manusia biasa bukanlah orang yang kejam atau tak 
berperasaan, tetapi yang mengejutkan adalah mayoritas masyarakat dengan diam-diam mengambil 
bagian dan membiarkan pajaknya untuk membayar praktik yang 
mengizinkan pengorbanan anggota spesies lain dalam upaya melakukan kepentingan paling sepele dari spesies kita sendiri.
Harapan bagi hewan-hewan di masa depan adalah sesuatu yang harus 
ditemukan dalam budaya manusia untuk dilampaui dirinya. Kita harus 
mempelajari empati. Kita harus belajar melihat ke dalam mata hewan dan merasakan 
bahwa hidup mereka bernilai karena mereka hidup.
BAGIAN 2: MAKANAN
Apa yang terjadi di rumah jagal adalah berbagai motif eksploitasi 
yang lemah oleh yang kuat.
Lebih dari 10.000 ekor per menit, lebih dari enam miliar per tahun, 
hanya di Amerika Serikat, kehidupan benar-benar disalurkan dari yang disebut "hewan 
daging". Karena punya kekuatan lebih besar, manusia memutuskan kapan 
hewan tersebut akan mati, di mana mereka akan mati, dan bagaimana mereka mati. 
Kepentingan hewan ini sendiri tidak berperan apa pun dalam memutuskan nasib 
mereka. Membunuh hewan adalah tindakan yang biadab.
Dikatakan bahwa jika kita 
harus membunuh demi daging kita sendiri maka kita semua akan jadi vegetarian. Yang jelas 
sangat sedikit orang yang pernah mengunjungi rumah jagal, dan film tentang operasi rumah 
jagal tidak populer di televisi.
Orang-orang mungkin berharap agar daging yang 
dibeli berasal dari hewan yang mati tanpa kesakitan. Tapi mereka 
benar-benar tidak mau tahu. Namun siapa pun, dengan pembelian mereka, itu menyebabkan 
hewan dibunuh, aspek lainnya dari 
produksi daging selalu ditutup-tutupi. Jadi, dari mana makanan kita berasal? Bagi 
kita yang berpola makan hewani, proses yang dilalui hewan ini adalah sebagai 
berikut.
Stempel: Untuk daging sapi, semua hewan diberi stempel 
panas. Yaitu di wajahnya.
Pemotongan tanduk: Berikutnya pemotongan tanduk. Tidak pernah 
dibius terlebih dahulu. Tapi 
menyerupai tang penjepit yang besar.
Transportasi: Saat transportasi, hewan ditempatkan berjejalan dalam truk, mereka 
saling tumpuk dengan yang lainnya. Panas, kedinginan, kelelahan, trauma, dan 
kondisi kesehatan akan membunuh beberapa hewan ini dalam perjalanan menuju rumah 
jagal.
Pemerahan susu: Sapi perah diikat dengan rantai di kandang mereka sepanjang hari, 
tidak bisa bergerak. Pestisida dan antibiotik juga dipergunakan untuk 
produktivitas susu. Dengan cepat, sapi perah seperti ini kolaps karena kelelahan. Biasanya, sapi 
bisa hidup hingga sekitar 20 tahun. Tapi sapi perah biasanya mati dalam empat 
tahun, setelah tahap ini dagingnya dipergunakan untuk restoran cepat saji.
Daging: Di rumah jagal, anak sapi yang distempel dan tanduknya dipotong 
kemudian dibawa ke 
kandang.
Senjata tancap: Senjata ini dirancang untuk menghilangkan kesadaran 
hewan tanpa menyebabkannya sakit, yaitu dengan menembakkan baut baja yang digerakkan oleh 
tekanan udara, atau peluru kosong, tepat pada otak hewan.
Perdarahan: Walau berbagai metode jagal dipergunakan dalam 
berbagai rumah jagal, sapi diangkat dan lehernya digorok. Bersama dengan dagingnya, 
darahnya juga dipergunakan. Meskipun hewan sudah ditembak kepalanya dan dianggap sudah mematikan atau tidak sadar, 
tapi seperti yang dapat terlihat, hewan tersebut 
masih sadar. Ini bukan luar biasa. Kadangkala mereka masih hidup bahkan setelah 
mereka mengeluarkan darah dan dalam perjalanan menuju deretan untuk dipotong.
Kotak jolokan: Penjagalan yang disahkan, ini adalah pabrik daging glatt halal dan terbesar di Amerika Serikat. Glatt, 
kata dalam bahasa Yiddi artinya "lancar", berarti kebersihan dengan standar 
paling tinggi. Dan aturan untuk pemotongan yang halal mensyaratkan penderitaan 
yang minimal. Penggunaan lecutan listrik pada hewan yang dipasung adalah 
kekejaman.
Membalikkan hewan yang ketakutan untuk kemudahan dijagal juga 
merupakan kekejaman.
Proses pembalikan menyebabkan anak sapi mengeluarkan darah atau menghirupnya setelah ditoreh.
Merobek batang tenggorokan dan saluran makanan dari tenggorokan adalah kekejaman berat lainnya, karena hewan yang halal tidak 
boleh disentuh hingga darahnya berhenti. Dan dengan perdarahan, ia berjuang dan 
menggelepar setelah ditikam dengan darah yang membanjiri lantai, dengan saluran pernapasan 
dan kerongkongan berjuntai, "tugas suci" ini tidaklah halal maupun 
berwelas asih.
Membelenggu dan menggerek adalah kekejaman lainnya, juga tidak 
berhubungan dengan cara yang halal memperlakukan hewan. Jika ini halal, kematian 
tidaklah cepat maupun murah hati.
Daging anak lembu: Anak lembu diambil dari
induknya dalam dua hari setelah ia lahir, diikat lehernya dan dibatasi
untuk mencegah ototnya berkembang. Diberi makan pola makan likuid
rendah zat besi, tanpa tidur, air, dan cahaya, setelah empat bulan
menjalani hidup yang menyedihkan ini, mereka dijagal.
Babi: Babi betina dewasa di dalam peternakan adalah mesin pembiakan yang dipaksa terus 
hamil dengan inseminasi buatan. Pabrik ternak babi besar memaksa mereka "memproduksi"; seperti 
yang sering dikatakan, antara 50.000 hingga 600.000 babi per tahun.
Pemotongan ekor: Pemotongan ekor adalah cara yang dilakukan karena kekurangan ruang dan kondisi 
hidup tertekan untuk mencegah babi-babi menggigit ekor temannya. Ini dilakukan 
tanpa bius.
Menjepit telinga:
Menjepit telinga adalah prosedur yang sama, juga dilakukan tanpa bius.
Pemotongan gigi:
Begitu juga pemotongan gigi.
Penyembelihan:
Penyembelihan dilakukan tanpa peredam sakit atau bius dan dianggap sebagai cara 
menghasilkan jenis daging yang lebih empuk.
Lecutan listrik:
Lecutan listrik digunakan untuk alasan yang jelas: penanganan.
Penjagalan dengan listrik:
Penjagalan dengan listrik adalah cara penjagalan lainnya seperti tampak di sini.
Menggorok:
Menggorok, bagaimanapun, tetap menjadi cara termurah membunuh hewan.
Merebus dan mencabut bulu:
Setelah ditikam pisau, babi-babi dibelenggu, digantung pada rel berdarah, dan 
dibenamkan dalam tangki air mendidih untuk menghilangkan bulunya. Banyak yang 
masih berjuang saat dicelupkan terbalik dalam tangki air panas, dimana mereka 
dimasukkan dan dibenamkan.
UNGGAS
Orang Amerika saat ini mengonsumsi ayam sehari sebanyak yang mereka konsumsi 
dalam setahun di tahun 1930. Perusahaan pemanggang terbesar di dunia sekarang 
membunuh lebih dari 8,5 juta unggas dalam satu minggu.
Pemotongan paruh:
Pemotongan paruh mencegah saling mematuk dan kanibalisme pada ayam yang frustrasi, 
yang disebabkan oleh kepadatan berlebihan di satu area, dimana mereka tidak bisa 
membentuk tingkatan sosial. Sekarang prosedur pemotongan paruh anak ayam 
dilakukan amat cepat, sekitar 15 unggas semenit. Ketergesaan semacam itu, 
temperatur, dan ketajaman dari pisau itu bervariasi, mengakibatkan pemotongan 
yang ceroboh dan luka yang serius pada unggas itu.
Kondisi tempat tinggal:
Sedangkan untuk kondisi tempat tinggal mereka, sekitar 60.000 hingga 90.000 
burung bisa dijejalkan bersama dalam sebuah bangunan. Penderitaan bagi hewan ini 
tiada hentinya. Itu adalah suatu jalan hidup. Meskipun paruh mereka terpotong, 
mereka berupaya untuk saling mematuk. Bagi ayam betina, mereka tinggal di dalam 
gudang bertelur, bersesakan di dalam "kandang baterai". Banyak yang kehilangan 
bulu mereka dan menderita luka akibat menggosokkannya pada kandang kawat. 
Kesesakan mencegah mereka melebarkan sayap mereka, dan ayam betina bahkan tidak 
bisa memenuhi naluri minimal mereka.
Transportasi:
Selama transportasi, semua hewan menderita, dan banyak yang mati. Dan mereka 
mati lemas saat hewan lain ditumpuk di atas mereka dalam kandang yang diisi 
dengan sesak dan tidak sehat.
Penjagalan:
Ayam dan kalkun dibunuh dalam berbagai cara. Ada yang mungkin dipentung hingga 
mati atau kepala mereka dipenggal. Tetapi kebanyakan dibawa melalui jalur 
perakitan pabrik peternakan. Tergantung terbalik di atas sabuk konveyor, 
tenggorokan mereka digorok dan mereka dibiarkan berdarah hingga mati.
Yang lain mungkin ditempatkan dengan kepala terlebih dahulu di dalam tabung untuk 
membatasi gerakan mereka sementara mereka pelan-pelan berdarah hingga mati.
Sudah pasti, jika rumah jagal bertembok kaca, kita semua
akan menjadi vegetarian. Tetapi rumah jagal tidak memiliki tembok kaca.
Arsitektur pejagalan adalah suram, dirancang untuk memastikan bahwa
kita tidak dapat melihat dalamnya.
MAKANAN HASIL LAUT
Bagi mereka yang berpikir bahwa memakan makanan hasil laut lebih sehat 
daripada hewan darat, ingat saja berapa banyak buangan tak terolah dan zat tercemar yang dibuang ke laut kita.
Zat Tercemar: Sejak masa lalu, industri minyak, nuklir, 
dan kimia terus membuang tanpa memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan 
laut, mereka membuang limbah hingga ke dasar laut yang menjadi tempat paling mudah untuk membuang kotoran yang merepotkan.
Penangkapn ikan komersial:
Penangkap ikan komersial saat ini memperhebat situasi ini dalam skala besar. 
Mereka memakai kapal pukat yang besar seukuran lapangan sepak bola dan 
peralatan elektronik yang canggih untuk melacak dan menangkap ikan.
Jala besar 
ditarik melintasi lautan, menelan segalanya di dalam jalur mereka. Kapal pukat 
pabrik ini untuk memenuhi selera kita yang meningkat terhadap makanan hasil 
laut, mengosongkan kehidupan dalam laut dengan laju yang mencemaskan.
13 dari 17 area ikan global utama di dunia telah habis atau berada dalam 
penurunan serius. Empat yang lainnya tereksploitasi secara berlebihan atau 
tereksploitasi penuh.
Penyakit:
Merebaknya Pfiesteria baru-baru ini, suatu mikroorganisme yang 1000 kali lebih 
berbahaya daripada sianida muncul dari berdanau-danau tinja dan air seni babi yang 
dituangkan ke dalam sungai, danau dan lautan, mengubah ekosistem mereka menjadi 
jamban dan telah terbukti sangat mencemaskan.
Mengancam kehidupan laut maupun 
manusia, Pfiesteria telah membunuh lebih dari 1 miliar ikan, pembunuhan ikan 
terbesar di Tenggara dalam rekor. Dan itu menyebar. Jejak dari Pfiesteria telah 
ditemukan dari Long Islands hingga Teluk Florida, pada jarak hingga 1000 mil.
Faktanya, invasi Pfiesteria yang berbasis-air ini merupakan salah satu perebakan 
terburuk dari mikroorganisme mematikan dalam sejarah AS. Itu adalah Bahan 
Beracun Hayati Level 3, sedangkan Ebola adalah level 4, AIDS adalah level 2. Dan kuman 
ini bermutasi sebagai hasil langsung dari konsumsi masal kita terhadap produk hewani, 
khususnya daging babi.
Dengan adanya peternakan babi yang menggemukkan jutaan 
ekor babi untuk dibunuh; biji-bijian dimasukkan ke perut mereka dan kotoran dikeluarkan. Kotoran ini sampai ke 
laut dan sistem cadangan air kita, mencemari hewan yang hidup di dalamnya, dan 
juga mereka yang memakannya.
Penangkapan ikan paus: Meskipun Komisi Penangkapan
Ikan Paus Internasional melarang penangkapan ikan paus secara komersial
di tahun 1985, tapi banyak negara yang tetap membunuh ikan paus demi
daging mereka yang "eksotik". Mereka memakai seruit; senjata api;
kaitan tumpul; bahkan peledak; atau menggiring mereka ke teluk yang
dijadikan tempat untuk pembantaian ikan paus dimana mereka diseret ke
pantai dan bisa dibunuh dengan pisau di perairan dangkal.
Lumba-lumba:
Setiap musim dingin, antara bulan Oktober hingga Maret, ribuan lumba-lumba 
ditangkap dan dibunuh secara brutal di kota kecil di Jepang. Batangan suara di 
bawah permukaan air mengganggu sonar lumba-lumba. Begitu 
terperangkap dalam jala, lumba-lumba menjadi panik.
Nelayan sering menikam 
beberapa lumba-lumba yang tertangkap dengan tikaman tombak atau sayatan pisau, 
karena lumba-lumba tidak pernah meninggalkan anggota keluarga yang terluka. Ibu 
dan bayi melolong dengan sedih saat mereka dipisahkan, digerek ke atas dan 
diseret tanpa ampun hingga mati. Mereka adalah makhluk yang 
jinak dan tak berdosa. Dan mereka layak mendapatkan yang lebih baik.
Namun di 
sini, saat mereka terbaring terpukul, mereka mengerang tak berdaya di 
atas lantai semen, mereka diiris dengan parang; dan dibiarkan mati lemas. 
Sementara itu anak-anak 
sekolah berjalan lalu lalang di daerah itu dan memakan daging mereka di kantin 
sekolah.
Daging lumba-lumba kemudian dijual di pasar dan restoran, meski sering dilabel 
secara salah sebagai "daging ikan paus". Tetapi seakan-akan kekejaman terhadap hewan 
yang dipelihara untuk makanan tidaklah cukup.
Kita juga menemukan cara 
memanfaatkan mereka untuk semua pakaian kita. Jaket, sepatu, ikat pinggang, 
sarung tangan,  dompet, tas tangan, dan sebagainya. Pertanyaan berikut 
sangatlah jelas, dari manakah asal pakaian kita?
BAGIAN 3: PAKAIAN
Permintaan terhadap kulit hewan terutama berasal dari Amerika 
Serikat, Jerman, dan Inggris. Hampir setiap orang mengenakannya, dengan 
sedikit atau tanpa memikirkan dari mana itu berasal. Ribuan sapi India 
dibantai setiap minggu demi kulit mereka, dibeli dari keluarga miskin di 
berbagai 
pedesaan India yang menjualnya dengan keyakinan bahwa hewan itu akan 
menjalani hidup mereka di peternakan.
Pemasangan sepatu dan tali
Karena pembunuhan sapi adalah tindakan terlarang di 
kebanyakan tempat di India, hewan itu harus di angkut ke tempat lain dan diikat bersama ke 
dalam “barisan kematian” yang mengerikan, yang bisa 
berlangsung selama beberapa hari.
Mereka dipaksa untuk berjalan melalui panas dan debu
tanpa makanan maupun air, ditambah dengan stres total dari pengalaman
mengerikan sehingga banyak dari hewan itu ambruk dan tidak sanggup
meneruskan. Ingatlah bahwa kebanyakan sapi yang pertama kali
ditempatkan ke dalam truk dapat membuat mereka merasa takut, terutama
jika mereka ditangani secara tergesa dan kasar oleh orang yang memuati
truk itu.
Suara dan pergerakan dari truk itu sendiri juga suatu
pengalaman baru yang membuat mereka stres. Setelah satu atau dua hari
di dalam truk tanpa makanan atau air, mereka sangat haus dan lapar,
terutama karena sapi semacam itu biasanya sering makan sepanjang hari.
Pematahan ekor
Ketika sapi itu letih dan pingsan, tulang 
ekor mereka dipatahkan sebagai upaya untuk membuat mereka berjalan 
dengan kaki mereka sendiri. Ini dilakukan dengan cara menjepit ekor di 
beberapa bagian berulang kali.
Pengurus
Para pengurus harus secara konstan membuat sapi itu 
bergerak, menarik mereka dengan tali pencucuk hidung, memutar leher, tanduk, atau 
ekor mereka. Mereka menuntun atau memaksa sapi itu turun ke pematang dan keluar 
masuk truk tanpa jalur landai yang menyebabkan luka seperti panggul, kaki, rusuk, 
dan tanduk yang patah.
Cabai pedas
Cabai pedas dan tembakau juga digunakan untuk membuat hewan 
itu tetap berjalan. Praktik ini dilakukan dengan menggosokkan cabai itu langsung 
ke mata mereka, untuk mendorong hewan itu berjalan kembali dengan kaki mereka.
Pembantaian
Sebelum pembunuhan, separuh dari 
hewan itu akan mati pada saat mereka sampai ke rumah jagal. Tapi 
untuk membuat pengalaman ini lebih traumatis dan mengerikan, mereka 
sering dibunuh dengan disaksikan oleh sapi lainnya. Dan bukannya “pengirisan 
cepat” di leher seperti yang diwajibkan dengan sebuah pisau tajam, mereka pada 
umumya dibunuh melalui bacokan dan gorokan dengan pisau tumpul.
Pengulitan
Setelah itu, kulit dari hewan ini dikirim ke tempat 
penyamakan kulit yang memakai zat mematikan seperti kromium dan racun lainnya 
agar tidak rusak. Ingatlah bahwa kulit adalah daging mati. Itu 
adalah kulit mati dan karena itu secara alami kulit akan terurai dan 
membusuk kecuali jika diolah dengan zat yang ampuh semacam ini. Bahan kimia seperti itu 
turut meracuni kesehatan orang-orang di tempat penyamakan kulit 
karena permintaan yang terus menerus terhadap barang dari kulit, 
ini adalah suatu masalah yang lain.
Eceran
Pada akhirnya, kulit dari sapi India sampai ke toko pakaian 
di seluruh penjuru dunia, Kebanyakan toko yang utama menjual kulit dari India. 
Kulit yang berasal dari sapi yang benar-benar berbeda dari sapi yang kita makan.
Bulu
Dan bagaimana dengan bulu? Lebih dari 100 juta hewan liar 
dibunuh demi kulit mereka setiap tahun, 25 juta ekor di Amerika Serikat saja. 
Hewan ini diperoleh dengan perburuan dan penjeratan, disimpan di 
peternakan bulu dalam kondisi seperti ini.
Kegilaan dalam kandang
Secara alami, hewan tinggal di habitat yang alamiah, mereka tidak 
terbiasa terkurung. Dan kegilaan dalam kandang berkembang saat hewan yang 
ketakutan dan frustrasi dibuat gusar akibat stres dikurung. Hewan liar yang 
bebas-berkeliaran ini serta anak mereka tidak bisa 
menjalani suatu kehidupan yang alami, bahkan tidak pernah bisa melangkah atau 
merasakan tanah di bawah kaki mereka. Dan ini membuat mereka menggaruk, berputar, 
dan mondar-mandir tanpa henti.
Luka fisik yang dialami oleh hewan ini di 
peternakan bulu mencakup tulang yang patah dan yang terekspos… kebutaan… infeksi 
telinga, dehidrasi, dan kekurangan gizi, terekspos pada temperatur yang sangat 
dingin, kekurangan perawatan dokter dan kematian perlahan.
Tiada peraturan yang 
mengatur pembunuhan hewan di peternakan bulu. Karena itu, metode yang termurah 
adalah metode yang paling menarik. Meracuni dengan karbon-monoksida, striknina, 
memati-lemaskan, pematahan leher, dan elektrokusi anal adalah beberapa dari 
metode yang semakin umum dipakai.
Dipindahkan dari kandang mereka dengan tiang 
leher yang berat, hewan itu berjalan melewati barisan tubuh yang telah terbunuh 
dari rubah, musang, rakun, serigala, dan yang lainnya. Kematian dengan 
elektrokusi anal adalah suatu proses yang kasar yang membutuhkan sebuah alat 
tusuk yang diselipkan ke dalam dubur sementara hewan itu menggigit konduktor 
logam. Sering kali prosedur yang tidak pantas ini harus diulangi untuk membunuh 
hewan itu. Dan bangkai yang telah dikuliti yang terlihat di sini kemudian akan 
digiling dan diberi makan kepada hewan yang masih terkurung. Berapa harga dari 
barang ini?
Ada sesuatu dimana kita masing-masing bisa 
menghentikan kekejaman yang amat buruk ini terhadap hewan sesama penghuni bumi 
kita yaitu untuk memilih dengan dompet kita. Sebelum membeli produk apa pun, 
baik makanan atau pakaian, pertimbangkanlah apakah seekor hewan harus menderita 
untuk bisa memproduksinya. Lalu bertindak dengan welas asih, memilih untuk tidak 
mendukung kekerasan dan kebiadaban.
 BAGIAN 4: HIBURAN
Kita beralih ke pertunjukan hiburan. Mark Twain 
pernah berkata, “Dari semua makhluk yang pernah diciptakan,  manusialah 
yang paling menjijikkan. Dialah satu-satunya makhluk yang menimbulkan 
penderitaan demi 
olahraga.”
Rodeo
Dalam rodeo, sapi jantan kuda liar tidak melawan meskipun 
mereka liar, tetapi mereka dalam kesakitan. Sabuk yang disebut tali 
panggul atau tali pengaman diikat di sekeliling tubuh hewan di atas daerah 
kelamin.
Selagi hewan meninggalkan tempat peluncuran, sentakan
erat di sabuknya cukup untuk merasa kesakitan. Selain luka-luka yang 
dialami hewan dalam rodeo... seperti kaki patah .... mereka juga
membuatnya marah dengan ditampar, digoda, diberikan sengatan listrik,
dan ia keluar dari tempat peluncuran dalam kegilaan.
Menjerat
Menjerat, seperti terlihat di sini seperti melempar 
tambang di sekeliling leher dari hewan yang takut berlari dengan kecepatan penuh, 
menghentakkan makhluk yang malang sampai berhenti dan membantingnya ke tanah.
Berjudi
Seperti bisnis lainnya, balap anjing dan balap kuda, adu ayam adalah 
industri yang didorong oleh karakteristik umum: keuntungan.
Pekan raya
Di pekan raya di seluruh negeri, hewan digunakan untuk 
balap, untuk berjudi, dan ditonton. Latihan untuk kegiatan ini dicapai dengan 
tidak memberi makanan dan air. Hewan ini tidak terbiasa dengan 
sekeliling mereka, suara, kerumunan, bahkan apa yang seharusnya mereka lakukan, 
ia akan terluka dan dibuang setelah kontes yang tidak berarti, 
sepele, dan aneh yang dirancang demi keuntungan dan hiburan.
Berburu
Di samping hilangnya habitat, berburu juga ancaman nomor
satu bagi satwa liar saat ini. Para pemburu membunuh lebih dari 200
juta satwa setiap tahunnya. Rusa, kelinci, dan tupai adalah daftar
sasaran teratas yang diinginkan. Tidak ada yang mengingkarinya jika
berburu adalah olahraga berdarah. Sasarannya hidup, dan mereka
menjalani kematian yang kejam.
Memancing
Memancing juga olahraga kematian. Para peneliti telah membedakan bahwa ikan menunjukkan 
perilaku kesakitan dengan cara yang sama yang dialami mamalia. Secara anatomi, 
fisiologi, dan biologi, sistem kesakitan dalam ikan hampir sama seperti dalam 
burung dan mamalia. Dalam kata lain, ikan adalah organisme hidup, jadi tentu 
saja mereka merasa kesakitan. Bagi yang berpikir ikan mati dengan kematian 
“lebih lembut”, pertimbangkan bahwa organ-organ sensor mereka berkembang 
lebih 
tinggi, sistem saraf mereka kompleks, sel-sel saraf mereka sangat serupa dengan 
milik kita.... dan mereka tanggap terhadap rangsangan tertentu dengan 
segera dan bersemangat.
Sirkus
Ketika pergi ke sirkus, jarang kita benar-benar berhenti sejenak 
dan mempertimbangkan: Apa yang membuat hewan itu melakukan sesuatu yang tidak 
alami, bahkan berbahaya, seperti lompat melalui lingkaran api, keseimbangan pada satu 
kaki, atau menyelam ke dalam air dari panggung yang goyang tinggi di udara?
Para pelatih hewan ingin publik mempercayai bahwa 
hewan dibujuk ke dalam tingkah laku demikian dengan janji hadiah. Tetapi 
kenyataannya adalah hewan tampil karena mereka takut hukuman.
Pokoknya sirkus menghukum hewan-hewan liar untuk menjalani hari-hari mereka terisolasi dalam kurungan kecil, tandus, 
meniadakan gerakan normal dan sosialisasi... bepergian keliling dari satu tempat 
ke tempat lain... dan dibelenggu dalam rantai sampai 95% dari masa kehidupan mereka.
Latihan
Gajah-gajah diajarkan untuk tampil. Tidak pernah memukul. Tidak, tidak, tidak 
pernah Anda melihat siapa pun menggunakan kait baja seperti yang digunakan pada 
gajah.
Kita tahu bahwa hewan dapat merasakan. Mereka merasa takut, kesepian, 
dan kesakitan, sama seperti yang manusia rasakan. Apakah yang akan hewan pilih untuk 
menghabiskan seluruh hidup mereka dalam tawanan jika mereka punya pilihan?
Kebun binatang
Apakah kebun binatang mendidik? Ya, kebun binatang mendidik, tetapi mereka hanya 
mendidik dalam pengertian mereka mengajarkan anak-anak untuk tidak peduli terhadap sifat 
dasar hewan itu.
Di samping itu, apa yang dapat kita pelajari dari 
satwa liar yang dikurung sebagai tawanan? Kebun binatang tidak akan 
mendidik anak-anak agar mereka mencintai satwa, sistem pendidikan mencintai satwa 
tidak akan berhasil melalui satwa-satwa yang ditawan. Rumah 
jagal tempat penyiksaan hewanlah yang akan membuat anak-anak mencintai satwa, di 
tempat itu mereka baru akan mengerti penderitaan yang dilakukan oleh satwa.
Kebun binatang ada karena kita 
berminat terhadap hal yang eksotik Dan bagi pengunjung kebun binatang, hewan di kebun 
binatang hanyalah: benda.
Dalam kedua kasus, pada sirkus atau kebun binatang, satwa 
yang liar dan eksotik ditangkap, dikurung, dipindahkan, dan dilatih melakukan 
apa yang diinginkan manusia.
Adu banteng
Istilah “adu banteng” adalah suatu 
istilah yang salah, sebenarnya itu adalah pertarungan dengan pedang dari matador yang 
cekatan, dimana matador dalam bahasa Spanyol berarti “pembunuh,” 
mereka membunuh banteng yang kebingungan, 
terluka, dan tersiksa secara psikologis serta lemah secara fisik.
Banyak mantan 
pelaku adu banteng terkemuka melaporkan bahwa banteng dengan sengaja dilemahkan 
dengan obat penenang dan obat pencahar, diberikan ke ginjalnya, dan beban berat 
digantungkan di sekeliling leher mereka selama berminggu-minggu sebelum bertanding.
Beberapa hewan ditempatkan dalam kegelapan selama 48 jam sebelum konfrontasi, 
lalu dilepaskan, dibutakan ke dalam arena yang terang. Dalam kegiatan serupa, 
banteng masuk dan didekati oleh para pria yang membuat ia lelah dan frustrasi 
dengan membuat dia berlari dalam lingkaran dan menipunya ke dalam bentrokan.
Saat banteng lelah dan habis nafas, ia didekati oleh
penunggang kuda yang menusuk tombak ke dalam otot punggung dan leher,
berliku-liku dan mencungkil untuk meyakinkan bahwa ia kehilangan darah
dan merusak kemampuan banteng mengangkat kepalanya.
Lalu datang banderillero yang membingungkan dan 
memanah banteng untuk menghujamkan lebih banyak tombak kepadanya. Lemah karena 
kehilangan darah, mereka membuat banteng lari melingkar-lingkar sampai 
pusing dan berhenti mengejar. Akhirnya, matador “pembunuh” ini, muncul dan 
setelah menggusarkan beberapa serangan yang melelahkan dari hewan yang sekarat, 
mencoba membunuh banteng dengan pedangnya. Dan bentuk hiburan yang penuh darah 
ini adalah adu banteng. Kesenangan yang diperoleh dari semua kegiatan ini dan 
olahraga ini...... memakai tema kerukunan dengan alam, beberapa ada yang berkata, dijamin 
aman tanpa membahayakan atau membunuh hewan.
Eksploitasi satwa-satwa liar secara komersial telah salah diasumsikan, 
mereka masih mengizinkan satwa liar untuk hiburan manusia, terutama karena ekonomi. Tetapi 
satwa liar bukan sumber yang dapat diperbaharui. Pemahaman tersebut berasal dari seorang spesiesis. Namun 
demikian, praktik ini hanya ada karena kita tidak menerima secara serius hak-hak hewan-hewan lainnya. Dalam 
hal ini, bukankah manusia yang paling 
buas dari semua spesies?
Dengan menolak segala eksploitasi hewan yang 
digunakan untuk hiburan, kita dapat mengakhiri perlakuan tanpa perasaan dan 
kejam terhadap mereka.
BAGIAN 5: SAINS
Pembedahan hidup-hidup
Istilah pembedahan hidup-hidup diterapkan pada segala jenis percobaan pada satwa-satwa 
dalam bungkus ilmu 
pengetahuan medis. Alasan untuk percobaan jenis ini adalah 
menemukan penyembuhan bagi penyakit manusia.
Tapi mereka melakukan percobaan untuk mencari penyembuhan bagi penyakit manusia dengan menimbulkan penderitaan dari para satwa 
telah melakukan dua kesalahan mendasar.
Yang pertama adalah anggapan bahwa hasil penelitian yang diperoleh 
dari satwa dapat 
diterapkan untuk manusia.
Keprihatinan kedua adalah 
percobaan ilmiah tidak sesuai dengan bidang kehidupan organik. Karena satwa 
bereaksi berbeda dengan manusia, setiap produk atau metode yang diujicoba pada 
satwa harus diujicoba kembali kepada manusia melalui uji klinis yang hati-hati 
sebelum itu dapat dianggap aman. Aturan ini dilakukan tanpa pengecualian.
Uji coba pada satwa bukan hanya berbahaya, karena 
mereka menuju pada kesimpulan yang salah,  terlebih mereka memperlambat 
penyelidikan klinis dari jenis yang sah. Cukup mengingat 
kenyataan bahwa penyakit apa pun yang dipicu dengan sengaja tidak seperti 
penyakit lainnya yang muncul secara spontan.
Percobaan medis
Sayangnya, metode seperti itu masih beredar saat ini di 
bawah bendera sains yang menjadi suatu penghinaan pada sains sejati, termasuk 
kecerdasan manusia. Jadi, pembedahan hidup-hidup diterapkan pada percobaan medis, 
dilakukan dengan pemberian zat kimia yang berbahaya... listrik atau kejutan yang 
membuat trauma... tanpa dibius operasi... luka bakar... dihentikannya pemberian 
makanan dan minuman... penyiksaan secara fisik dan psikologi yang menuju pada 
ketidakseimbangan mental, infeksi, dan lain-lain.
Penelitian luka kepala
Penelitian luka kepala melibatkan monyet babon yang secara 
parsial atau sepenuhnya sadar, diikat dengan kekangan dan kepala mereka disemen 
ke dalam helm logam, yang akan didorongkan pada sudut 60 derajat pada kekuatan 
sampai 1.000 G. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menirukan kecelakaan 
mobil, sepak bola, tinju, dan luka lain berhubungan dengan kepala. Dan proses 
ini sering diulang lagi dan lagi pada satwa yang sama.
Penelitian militer
Dan akhirnya, penelitian militer. Yang ini berbicara 
sendiri. Dari mengirim monyet ke angkasa luar .... dan uji coba ledakan atom 
pada anjing yang tidak berdaya untuk memapar primata terhadap radiasi nuklir.
20 tahun lalu, jumlah satwa yang sekarat karena siksaan melalui praktik 
pembedahan hidup jumlahnya amat besar, diperkirakan 400.000 setiap hari 
di seluruh dunia, dan meningkat 5% setiap tahun.
Sekarang ini jumlah itu hampir 
melampaui 19.000 per menit, 10 miliar per tahun. Beberapa orang yang 
tidak terpelajar berpura-pura tahu bahwa satwa yang kurang pandai tidak 
merasakan sakit seperti kita. Sebenarnya, kita tahu sangat 
sedikit tentang bagaimana satwa tertentu dapat “merasakan” lebih dari kita.
Tetapi itu omong kosong untuk mengatakan bahwa satwa tidak 
menderita karena mereka punya kecerdasan yang lebih rendah. Sakit adalah 
sakit, sampai hingga ke saraf otak. Dan di sana ada saraf lainnya dari saraf 
kecerdasan itu seperti, penglihatan, penciuman, sentuhan, dan pendengaran.
Dan dalam beberapa satwa, saraf ini lebih banyak berkembang 
tinggi daripada manusia. Kita tahu bahwa tidak pernah ada suatu masa 
dimana kita dapat belajar sesuatu tentang psikologi manusia dengan menyiksa 
satwa. Kita hanya belajar sesuatu tentang satwa.
Dan jika ada sesuatu dimana kita dapat belajar dari 
mereka pada tingkat psikologi, itu bukan dengan alat baja atau listrik, apalagi 
melalui kekejaman fisik. Penyiksaan sistematik atas makhluk hidup, apa pun 
dalihnya dan dalam bentuk apa pun, tidak dapat mencapai apa pun lebih daripada 
yang ia telah tunjukkan kepada kita apakah titik terendah penurunan nilai yang 
dapat dicapai manusia.
“Asalkan masih ada 
rumah jagal...... akan ada medan perang.” Leo Tolstoy
Ketidaktahuan adalah tameng pertama dari pertahanan spesies. 
Namun dengan mudah dilanggar oleh siapa pun dengan waktu dan ketetapan hati 
untuk menemukan kebenaran. Ketidaktahuan telah berlaku begitu lama hanya karena 
orang-orang tidak ingin  menemukan kebenaran.
“Jangan beritahu aku. Kamu 
akan merusak makan malamku,” ini adalah jawaban lazim bagi usaha apa pun 
untuk memberitahu 
seseorang tentang bagaimana makan malam itu dihasilkan.
Kita semua adalah satwa di planet ini.
Kita semua adalah makhluk hidup. Dan satwa sama seperti manusia yang 
mengalami sensasi yang sama seperti kita. Mereka juga kuat, pandai, rajin, aktif, 
dan berevolusi. Mereka juga mampu tumbuh dan beradaptasi.
Seperti kita, pertama dan terpenting, mereka adalah 
penduduk bumi. Dan seperti kita, mereka ingin bertahan hidup. Seperti kita, mereka 
juga mencari kenyamanan mereka sendiri. Dan seperti 
kita, mereka mengekspresikan derajat emosi. Singkatnya, seperti kita, mereka hidup. 
Sebagian dari mereka adalah makhluk bertulang belakang, sama seperti kita.
Jika kita melihat ke belakang tentang bagaimana
pentingnya satwa bagi kelangsungan hidup manusia, apakah kita mutlak
bergantung pada mereka untuk makanan, pakaian, olahraga dan hiburan,
dan juga pengobatan dan penelitian ilmiah... ironisnya, kita
membenarkan sepenuhnya sikap tidak hormat umat manusia terhadap hewan.
Penyakit disebabkan oleh makan daging
Ini adalah bukti dalam laporan kesehatan karena konsumsi
daging kita yang terlalu berlebihan. Kanker, penyakit jantung, keropos
tulang, stroke, batu ginjal, kurang darah, diabetes, dan lebih banyak
lagi. Bahkan makanan kita sekarang telah terpengaruh, dan pada
sumbernya.
Antibiotik digunakan untuk menaikkan berat tubuh hewan di bawah kondisi kehidupan yang penuh 
stres dan sesak di pabrik peternakan, makanan mereka menggunakan pestisida dan 
insektisida yang berlebihan, atau hormon buatan dirancang untuk 
meningkatkan produksi susu,  dan sering diberi pewarna buatan, 
herbisida, larvasida, pupuk sintesis, obat penenang, pemicu pertumbuhan, dan obat 
perangsang nafsu makan; tidak heran bahwa Penyakit Sapi Gila, Penyakit Kuku dan 
Mulut, Pfiesteria, dan sejumlah besar wabah yang berhubungan dengan satwa telah diungkapkan 
kepada publik.
Alam tidak bertanggung jawab atas aksi ini. Kita sendiri. 
Jadi perubahan tidak akan terelakkan. Apakah kita akan bergerak sendiri 
atau kita akan 
dipaksa oleh alam untuk melakukannya. Waktunya telah datang bagi kita untuk 
mempertimbangkan kembali kebiasaan makan kita, tradisi kita, gaya dan cara 
berpakaian kita dan di atas semuanya, pemikiran kita.
Mereka adalah penduduk bumi
Mereka adalah penduduk bumi. Mereka memiliki hak untuk 
berada di sini sama seperti manusia. Mungkin jawabannya ditemukan dalam pepatah 
lama yang lain. Dan sepenuhnya benar. "Apa yang katu tabur, itulah yang akan kau tuai."
Jadi tentunya satwa 
merasa sakit,  kalau tidak, apakah tujuan alam memberkahi satwa yang elok ini dengan perasaan? 
Apakah agar mereka tidak merasakan pemberian itu? Atau apakah satwa punya saraf 
agar tidak 
sensitif?
Tiga kekuatan kehidupan utama berada di planet ini. Alam. 
Satwa. Dan umat manusia. Kita semua penduduk bumi. Ciptakanlah persaudaraan.
Untuk mengakhiri kekejaman satwa, langkah kunci yang dapat kita 
semua lakukan adalah mengadopsi gaya hidup vegan organik. Jangan 
membahayakan satwa atau lingkungan dalam kehidupan kita sehari-hari, ini adalah cara 
yang terbaik dari keberadaan kita.
Earthlings bisa disaksikan online pada www.Earthlings.com,
DVD “Earthlings” tersedia pada situs-web yang sama.