Gambar-gambar dalam acara berikut ini sangatlah sensitif
dan mungkin mengganggu pemirsa seperti juga bagi kami. Namun, kami harus menunjukkan kebenaran tentang kekejaman terhadap satwa.
Film dokumenter pemenang penghargaan tahun 2005 tentang
penderitaan hewan, Earthlings, disutradarai oleh pembuat film AS yang vegan, Shaun
Monson, diproduksi bersama oleh artis vegan AS yang terkenal seperti Persia White dan Maggie
Q, serta pengisi suara oleh aktor vegan pemenang Golden Globe dan Grammy Joaquin
Phoenix. Musik filmnya dibuat oleh DJ dan musisi vegan terkenal di dunia Moby
dari Amerika Serikat.
Earthlings telah menerima berbagai penghargaan termasuk
Proggy Award yang diberikan oleh grup kesejahteraan hewan yang ada di AS yaitu
Masyarakat untuk Perlakuan Etis terhadap Hewan (PETA), dan Penghargaan Film Dokumenter
Terbaik dalam kategori Pembela Satwa pada Festival Film Artivis Internasional
yang diadakan tiap tahun di Kalifornia, AS.
Earthlings mempengaruhi banyak
pemirsa dengan begitu kuatnya sehingga mereka segera memilih untuk mengadopsi
pola makan nabati yang penuh kasih. Misalnya, setelah menonton film ini, pemain
hoki es profesional Georges Laraque dari Kanada menjadi vegan dan setuju
mengisi suara versi bahasa Prancisnya.
Pembawa acara talk show terkenal AS Ellen
DeGeneres dan artis Australia Portia de Rossi keduanya menyatakan bahwa film ini
adalah alasan kunci mereka memilih menjadi vegan.
Pemain ski Hannah
Teeter dari Amerika Serikat, peraih medali emas dan perak pada Olimpiade Musim
Dingin tahun 2006 dan 2010 secara berturut-turut, berhenti makan daging setahun
lalu setelah menyaksikan Earthlings.
Sekarang kita akan membuka tentang kekejaman
menyayat hati yang dilakukan oleh industri hewan dan tentang spesiesisme,
konsep yang diperkenalkan oleh Dr. Peter Singer yang dianggap sebagai bapak
gerakan hak satwa dan penulis buku klasik tahun 1975 - Pembebasan Hewan (Animal
Liberation).
Gambar-gambar yang akan Anda lihat bukanlah kasus khusus.
Inilah Standar Industri untuk pengembangbiakan hewan sebagai Hewan Peliharaan,
Makanan, Pakaian, Hiburan, dan Penelitian. Kebijaksanaan pemirsa
sangat disarankan.
Earth-ling: kata benda. Penghuni bumi.
SPESIESISME
Sejak kita semua menghuni Bumi, kita
semua merupakan earthlings. Tak ada perbedaan kelamin, rasisme, atau spesiesisme
dalam istilah earthling. Hal itu meliputi setiap orang dari kita semua: berdarah
hangat atau dingin, mamalia, vertebrata atau invertebrata, burung, reptil,
amfibi, ikan, dan juga manusia.
Manusia, maka dari itu, bukanlah satu-satunya
spesies di atas planet ini yang berbagi dunia ini dengan jutaan makhluk hidup
lain, karena kita semua berevolusi bersama. Namun, penghuni manusialah yang
cenderung mendominasi Bumi, seringkali memperlakukan sesama penghuni bumi dan
makhluk hidup lainnya sebagai barang. Inilah yang disebut dengan spesiesisme.
Sesuai analogi rasisme dan
seksisme, istilah spesiesisme adalah suatu prasangka atau perilaku menyimpang
demi kepentingan dari anggota spesiesnya sendiri dan menindas anggota spesies
lainnya. Jika suatu makhluk menderita karena tidak ada keadilan moral, mereka
menolak untuk memperhatikan penderitaan itu.
Rasis melanggar prinsip persamaan dengan
memberi penekanan lebih pada kepentingan anggota dari rasnya sendiri saat ada
perselisihan di antara kepentingannya dan kepentingan dari ras lainnya.
Pembedaan jenis kelamin atau seksisme melanggar prinsip persamaan dengan
membela kepentingan dari jenis kelamin dirinya sendiri.
Hampir mirip, spesiesis
membiarkan kepentingan spesiesnya sendiri untuk menindas kepentingan yang
lebih besar dari anggota spesies lain.
Dalam setiap kasus, polanya hampir mirip. Walaupun di antara manusia kita menyadari nilai mutlak moral dari menghormati, tiap
orang adalah seseorang, bukan barang, secara moral perlakuan tidak hormat
terjadi saat seseorang yang berdiri di ujung mengandalkan kekuasaan dengan
memperlakukan yang lemah seakan-akan mereka hanya obyek belaka.
Pemerkosa melakukannya terhadap korban perkosaan.
Penganiayaan anak terhadap anak yang teraniaya. Tuan kepada budaknya.
Dalam setiap dan semua kasus, manusia yang punya kekuasaan
mengeksploitasi yang lemah. Mungkin hal yang sama terjadi dalam hal bagaimana
manusia memperlakukan hewan lain atau penghuni bumi lain.
Tak diragukan lagi ada perbedaan, karena manusia dan hewan
tidaklah sama dalam semua aspek. Tetapi pertanyaan akan wajah
yang berbeda, dijamin hewan-hewan ini tidak punya semua keinginan yang ada pada
manusia. Dijamin, mereka tidak memahami setiap hal seperti yang dipahami manusia.
Meskipun begitu, kita dan mereka memiliki beberapa keinginan yang sama dan
memahami beberapa hal yang sama.
Keinginan akan makanan dan air, perlindungan dan pasangan,
kebebasan bergerak, dan menghindari kesakitan. Keinginan ini dimiliki bersama oleh manusia
dan
hewan. Untuk pemahaman seperti pada manusia, banyak hewan memahami
dunia dimana mereka hidup dan bergerak.
Sebaliknya, mereka tidak bisa bertahan. Jadi di antara
banyak perbedaan, di sana ada kesamaan. Seperti kita, hewan ini perwujudan
misteri dan keajaiban kesadaran. Seperti kita, mereka bukan hanya di dunia,
mereka menyadarinya. Seperti kita, mereka adalah pusat psikologi dari sebuah
kehidupan yang punya keunikan tersendiri. Dalam hal mendasar ini, manusia
berdiri di atas "semua berkaki empat," bisa dikatakan begitu, dengan babi dan sapi,
ayam dan kalkun.
Apa yang hewan-hewan ini minta dari kita, bagaimana kita
secara moral seharusnya memperlakukan mereka, ini adalah pertanyaan yang jawabannya
dimulai dari pertalian kekeluargaan psikologis kita dengan
mereka. Jadi film berikut menggambarkan, dalam lima cara, tentang bagaimana
hewan datang untuk melayani manusia jika saja kita lupa.
AKU AKAN MEMBERIMU MAKANAN DAN PAKAIAN
Pemenang Penghargaan
Nobel Isaac Bashevis Singer menulis dalam novelnya yang sangat laris, "Musuh,
Suatu Kisah Cinta" berikut ini... "Seperti Herman menyaksikan penjagalan hewan
dan ikan, dia selalu memiliki pemikiran yang sama: Dari pandangannya
terhadap makhluk hidup, semua manusia adalah Nazi. Ini memberi contoh
teori rasis paling ekstrem, prinsip yang mungkin saja benar." Bandingkan
dengan Holocaust dimana keduanya adalah disengaja dan jelas.
Sekelompok makhluk hidup bersedih di bawah tangan yang
lain. Walau beberapa akan menentang bahwa penderitaan hewan tidak bisa
dibandingkan dengan Yahudi atau budak zaman dahulu, tapi itulah, faktanya, paralel.
Dan bagi tahanan dan korban dari pembunuhan masal ini,
Holocaust, mereka jauh dari akhir. Dalam bukunya, The Outermost House, penulis
Henry Beston menulis, "Kita perlu konsep tentang hewan yang lain dan yang lebih
bijak dan mungkin yang lebih mistik. Jauh dari sifat alami dan hidup dengan
kecerdasan rumit, manusia dalam peradaban ini menyelidiki makhluk hidup melalui kaca
pengetahuannya dan melihat bagaikan bulu yang diperbesar dan seluruh gambarnya
menjadi pecah. Kita menggurui mereka atas ketidaklengkapannya, atas nasib
tragisnya karena memiliki bentuk yang jauh di bawah kesempurnaan kita.
Dan di dalamnya kita keliru, dan sangat keliru. Karena
hewan seharusnya tidak diukur dengan manusia. Dalam dunia yang lebih tua dan
lebih lengkap daripada kita, mereka lebih sempurna dan komplit... dikaruniai
dengan tambahan indera dimana kita manusia telah kehilangannya atau tak pernah
mendapatkannya...
hidup dengan suara yang takkan pernah kita dengar.
Mereka bukan saudara. Mereka bukan bawahan. Mereka adalah
bangsa lain, ditangkap oleh kita dalam jaring kehidupan dan waktu... rekan
tahanan dari Bumi yang menderita."
BAGIAN 1: HEWAN PELIHARAAN
Bagi sebagian besar orang, hubungan
kita dengan hewan adalah melalui kepemilikan hewan peliharaan. Jadi dari mana hewan
peliharaan kita berasal?
Peternak
Pada hewan peliharaan, mereka dimulai dari peternak.
Walau tidak semua peternak merupakan peternak profesional, faktanya
dalam profesi ini setiap orang dan siapa pun bisa jadi peternak.
Toko hewan peliharaan dan peternakan anak anjing
Bagi toko hewan peliharaan, sebagian besar hewannya
berasal dari peternakan anjing, bahkan mereka tak mengetahuinya.
Peternakan anjing itu berbiaya rendah, ada perusahaan komersil yang
membiakkan anjing untuk dijual ke toko hewan dan pembeli lainnya.
Mereka seringkali beroperasi di belakang rumah yang menempatkan hewan
pada keadaan kotor dan berjejal tanpa perawatan ahli hewan atau
sosialisasi. Anjing dari peternakan sering menunjukkan masalah fisik
dan psikologis saat mereka tumbuh.
Hewan Terlantar
Terlantar, jika beruntung, akan diambil dan dibawa ke
penampungan atau kandang dimana mereka hanya bisa berharap menemukan rumah baru
lagi. Diperkirakan 5 juta hewan menjadi tunawisma setiap tahun. Dan sebanyak
7% adalah hasil pengembangbiakan di antara yang tunawisma ini. Dari 5 juta
hewan tunawisma ini, rata-rata 9 juta mati di jalanan akibat penyakit...
kelaparan... paparan... terluka... atau kekerasan dari kehidupan liar.
Banyak lainnya yang terlantar, beberapa di antaranya mungkin
dibuang di jalanan oleh pemiliknya. Sisanya lagi 16 juta mati di kandang atau
penampungan yang tidak punya tempat bagi mereka dan dipaksa untuk membunuhnya.
Sedihnya, di atas semua ini, hampir 50% hewan ini dibawa ke penampungan yang
dikembalikan oleh pemiliknya.
Banyak orang yang mengakui bahwa mereka tidak mengunjungi penampungan
karena sangat menyedihkan bagi mereka. Tetapi alasan hewan dijejalkan di
tempat yang suram seperti ini karena orang menolak untuk mensterilkan
peliharaannya. Beberapa pemilik peliharaan merasa, terutama pria demi
alasan, mensterilkan peliharaannya akan mensterilkan pemiliknya juga.
Atau mereka mungkin hanya ingin anak-anaknya mendapat
pengalaman hidup beberapa hari, bisa dibilang begitu. Dengan kata
lain, pemilik seperti ini tidak menyadari telah mengambil bagian dalam euthanasia
(suntik mati) terhadap lebih dari 60.000 hewan setiap hari. Euthanasia umumnya didefinisikan sebagai
tindakan membunuh tanpa sakit demi alasan kasihan, biasanya diberikan dengan
suntikan di kaki untuk anjing, kadang di perut untuk kucing.
Itulah prosedur cepat dan tidak begitu sakit bagi hewan dan
jauh paling manusiawi. Tetapi belum tentu dapat diterima. Akibat
peningkatan euthanasia di penampungan dan pertambahan permintaan yang konstan
untuk obat seperti Euthasol, beberapa penampungan dengan kendala anggaran
dipaksa untuk menggunakan ruangan gas.
Ruang Gas
Dalam sebuah ruangan gas, hewan diikat sangat kuat dan bisa
berlangsung selama 20 menit sampai mati. Inilah cara kurang berperasaan,
lebih kejam, dan menyakitkan. Tetapi prosedurnya tidak mahal. Mungkin beberapa
pertanyaan yang terpikir - kita harus menanyai diri sendiri tentang hewan yang
kita rawat sebagai sahabat: Dapatkah kita merawat hewan sebagai sahabat
dan memberi kebutuhannya?
Apakah kita merawat sahabat satwa kita dengan baik, atau apakah
kita mengeksploitasinya? Jawaban pertanyaan ini mungkin ada dalam perilaku
manusia yang memelihara dan kemampuan menyediakan lingkungan yang cocok bagi
sahabat satwanya.
Sebagian besar manusia adalah spesiesis. Film ini menunjukkan
bahwa manusia biasa bukanlah orang yang kejam atau tak
berperasaan, tetapi yang mengejutkan adalah mayoritas masyarakat dengan diam-diam mengambil
bagian dan membiarkan pajaknya untuk membayar praktik yang
mengizinkan pengorbanan anggota spesies lain dalam upaya melakukan kepentingan paling sepele dari spesies kita sendiri.
Harapan bagi hewan-hewan di masa depan adalah sesuatu yang harus
ditemukan dalam budaya manusia untuk dilampaui dirinya. Kita harus
mempelajari empati. Kita harus belajar melihat ke dalam mata hewan dan merasakan
bahwa hidup mereka bernilai karena mereka hidup.
BAGIAN 2: MAKANAN
Apa yang terjadi di rumah jagal adalah berbagai motif eksploitasi
yang lemah oleh yang kuat.
Lebih dari 10.000 ekor per menit, lebih dari enam miliar per tahun,
hanya di Amerika Serikat, kehidupan benar-benar disalurkan dari yang disebut "hewan
daging". Karena punya kekuatan lebih besar, manusia memutuskan kapan
hewan tersebut akan mati, di mana mereka akan mati, dan bagaimana mereka mati.
Kepentingan hewan ini sendiri tidak berperan apa pun dalam memutuskan nasib
mereka. Membunuh hewan adalah tindakan yang biadab.
Dikatakan bahwa jika kita
harus membunuh demi daging kita sendiri maka kita semua akan jadi vegetarian. Yang jelas
sangat sedikit orang yang pernah mengunjungi rumah jagal, dan film tentang operasi rumah
jagal tidak populer di televisi.
Orang-orang mungkin berharap agar daging yang
dibeli berasal dari hewan yang mati tanpa kesakitan. Tapi mereka
benar-benar tidak mau tahu. Namun siapa pun, dengan pembelian mereka, itu menyebabkan
hewan dibunuh, aspek lainnya dari
produksi daging selalu ditutup-tutupi. Jadi, dari mana makanan kita berasal? Bagi
kita yang berpola makan hewani, proses yang dilalui hewan ini adalah sebagai
berikut.
Stempel: Untuk daging sapi, semua hewan diberi stempel
panas. Yaitu di wajahnya.
Pemotongan tanduk: Berikutnya pemotongan tanduk. Tidak pernah
dibius terlebih dahulu. Tapi
menyerupai tang penjepit yang besar.
Transportasi: Saat transportasi, hewan ditempatkan berjejalan dalam truk, mereka
saling tumpuk dengan yang lainnya. Panas, kedinginan, kelelahan, trauma, dan
kondisi kesehatan akan membunuh beberapa hewan ini dalam perjalanan menuju rumah
jagal.
Pemerahan susu: Sapi perah diikat dengan rantai di kandang mereka sepanjang hari,
tidak bisa bergerak. Pestisida dan antibiotik juga dipergunakan untuk
produktivitas susu. Dengan cepat, sapi perah seperti ini kolaps karena kelelahan. Biasanya, sapi
bisa hidup hingga sekitar 20 tahun. Tapi sapi perah biasanya mati dalam empat
tahun, setelah tahap ini dagingnya dipergunakan untuk restoran cepat saji.
Daging: Di rumah jagal, anak sapi yang distempel dan tanduknya dipotong
kemudian dibawa ke
kandang.
Senjata tancap: Senjata ini dirancang untuk menghilangkan kesadaran
hewan tanpa menyebabkannya sakit, yaitu dengan menembakkan baut baja yang digerakkan oleh
tekanan udara, atau peluru kosong, tepat pada otak hewan.
Perdarahan: Walau berbagai metode jagal dipergunakan dalam
berbagai rumah jagal, sapi diangkat dan lehernya digorok. Bersama dengan dagingnya,
darahnya juga dipergunakan. Meskipun hewan sudah ditembak kepalanya dan dianggap sudah mematikan atau tidak sadar,
tapi seperti yang dapat terlihat, hewan tersebut
masih sadar. Ini bukan luar biasa. Kadangkala mereka masih hidup bahkan setelah
mereka mengeluarkan darah dan dalam perjalanan menuju deretan untuk dipotong.
Kotak jolokan: Penjagalan yang disahkan, ini adalah pabrik daging glatt halal dan terbesar di Amerika Serikat. Glatt,
kata dalam bahasa Yiddi artinya "lancar", berarti kebersihan dengan standar
paling tinggi. Dan aturan untuk pemotongan yang halal mensyaratkan penderitaan
yang minimal. Penggunaan lecutan listrik pada hewan yang dipasung adalah
kekejaman.
Membalikkan hewan yang ketakutan untuk kemudahan dijagal juga
merupakan kekejaman.
Proses pembalikan menyebabkan anak sapi mengeluarkan darah atau menghirupnya setelah ditoreh.
Merobek batang tenggorokan dan saluran makanan dari tenggorokan adalah kekejaman berat lainnya, karena hewan yang halal tidak
boleh disentuh hingga darahnya berhenti. Dan dengan perdarahan, ia berjuang dan
menggelepar setelah ditikam dengan darah yang membanjiri lantai, dengan saluran pernapasan
dan kerongkongan berjuntai, "tugas suci" ini tidaklah halal maupun
berwelas asih.
Membelenggu dan menggerek adalah kekejaman lainnya, juga tidak
berhubungan dengan cara yang halal memperlakukan hewan. Jika ini halal, kematian
tidaklah cepat maupun murah hati.
Daging anak lembu: Anak lembu diambil dari
induknya dalam dua hari setelah ia lahir, diikat lehernya dan dibatasi
untuk mencegah ototnya berkembang. Diberi makan pola makan likuid
rendah zat besi, tanpa tidur, air, dan cahaya, setelah empat bulan
menjalani hidup yang menyedihkan ini, mereka dijagal.
Babi: Babi betina dewasa di dalam peternakan adalah mesin pembiakan yang dipaksa terus
hamil dengan inseminasi buatan. Pabrik ternak babi besar memaksa mereka "memproduksi"; seperti
yang sering dikatakan, antara 50.000 hingga 600.000 babi per tahun.
Pemotongan ekor: Pemotongan ekor adalah cara yang dilakukan karena kekurangan ruang dan kondisi
hidup tertekan untuk mencegah babi-babi menggigit ekor temannya. Ini dilakukan
tanpa bius.
Menjepit telinga:
Menjepit telinga adalah prosedur yang sama, juga dilakukan tanpa bius.
Pemotongan gigi:
Begitu juga pemotongan gigi.
Penyembelihan:
Penyembelihan dilakukan tanpa peredam sakit atau bius dan dianggap sebagai cara
menghasilkan jenis daging yang lebih empuk.
Lecutan listrik:
Lecutan listrik digunakan untuk alasan yang jelas: penanganan.
Penjagalan dengan listrik:
Penjagalan dengan listrik adalah cara penjagalan lainnya seperti tampak di sini.
Menggorok:
Menggorok, bagaimanapun, tetap menjadi cara termurah membunuh hewan.
Merebus dan mencabut bulu:
Setelah ditikam pisau, babi-babi dibelenggu, digantung pada rel berdarah, dan
dibenamkan dalam tangki air mendidih untuk menghilangkan bulunya. Banyak yang
masih berjuang saat dicelupkan terbalik dalam tangki air panas, dimana mereka
dimasukkan dan dibenamkan.
UNGGAS
Orang Amerika saat ini mengonsumsi ayam sehari sebanyak yang mereka konsumsi
dalam setahun di tahun 1930. Perusahaan pemanggang terbesar di dunia sekarang
membunuh lebih dari 8,5 juta unggas dalam satu minggu.
Pemotongan paruh:
Pemotongan paruh mencegah saling mematuk dan kanibalisme pada ayam yang frustrasi,
yang disebabkan oleh kepadatan berlebihan di satu area, dimana mereka tidak bisa
membentuk tingkatan sosial. Sekarang prosedur pemotongan paruh anak ayam
dilakukan amat cepat, sekitar 15 unggas semenit. Ketergesaan semacam itu,
temperatur, dan ketajaman dari pisau itu bervariasi, mengakibatkan pemotongan
yang ceroboh dan luka yang serius pada unggas itu.
Kondisi tempat tinggal:
Sedangkan untuk kondisi tempat tinggal mereka, sekitar 60.000 hingga 90.000
burung bisa dijejalkan bersama dalam sebuah bangunan. Penderitaan bagi hewan ini
tiada hentinya. Itu adalah suatu jalan hidup. Meskipun paruh mereka terpotong,
mereka berupaya untuk saling mematuk. Bagi ayam betina, mereka tinggal di dalam
gudang bertelur, bersesakan di dalam "kandang baterai". Banyak yang kehilangan
bulu mereka dan menderita luka akibat menggosokkannya pada kandang kawat.
Kesesakan mencegah mereka melebarkan sayap mereka, dan ayam betina bahkan tidak
bisa memenuhi naluri minimal mereka.
Transportasi:
Selama transportasi, semua hewan menderita, dan banyak yang mati. Dan mereka
mati lemas saat hewan lain ditumpuk di atas mereka dalam kandang yang diisi
dengan sesak dan tidak sehat.
Penjagalan:
Ayam dan kalkun dibunuh dalam berbagai cara. Ada yang mungkin dipentung hingga
mati atau kepala mereka dipenggal. Tetapi kebanyakan dibawa melalui jalur
perakitan pabrik peternakan. Tergantung terbalik di atas sabuk konveyor,
tenggorokan mereka digorok dan mereka dibiarkan berdarah hingga mati.
Yang lain mungkin ditempatkan dengan kepala terlebih dahulu di dalam tabung untuk
membatasi gerakan mereka sementara mereka pelan-pelan berdarah hingga mati.
Sudah pasti, jika rumah jagal bertembok kaca, kita semua
akan menjadi vegetarian. Tetapi rumah jagal tidak memiliki tembok kaca.
Arsitektur pejagalan adalah suram, dirancang untuk memastikan bahwa
kita tidak dapat melihat dalamnya.
MAKANAN HASIL LAUT
Bagi mereka yang berpikir bahwa memakan makanan hasil laut lebih sehat
daripada hewan darat, ingat saja berapa banyak buangan tak terolah dan zat tercemar yang dibuang ke laut kita.
Zat Tercemar: Sejak masa lalu, industri minyak, nuklir,
dan kimia terus membuang tanpa memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan
laut, mereka membuang limbah hingga ke dasar laut yang menjadi tempat paling mudah untuk membuang kotoran yang merepotkan.
Penangkapn ikan komersial:
Penangkap ikan komersial saat ini memperhebat situasi ini dalam skala besar.
Mereka memakai kapal pukat yang besar seukuran lapangan sepak bola dan
peralatan elektronik yang canggih untuk melacak dan menangkap ikan.
Jala besar
ditarik melintasi lautan, menelan segalanya di dalam jalur mereka. Kapal pukat
pabrik ini untuk memenuhi selera kita yang meningkat terhadap makanan hasil
laut, mengosongkan kehidupan dalam laut dengan laju yang mencemaskan.
13 dari 17 area ikan global utama di dunia telah habis atau berada dalam
penurunan serius. Empat yang lainnya tereksploitasi secara berlebihan atau
tereksploitasi penuh.
Penyakit:
Merebaknya Pfiesteria baru-baru ini, suatu mikroorganisme yang 1000 kali lebih
berbahaya daripada sianida muncul dari berdanau-danau tinja dan air seni babi yang
dituangkan ke dalam sungai, danau dan lautan, mengubah ekosistem mereka menjadi
jamban dan telah terbukti sangat mencemaskan.
Mengancam kehidupan laut maupun
manusia, Pfiesteria telah membunuh lebih dari 1 miliar ikan, pembunuhan ikan
terbesar di Tenggara dalam rekor. Dan itu menyebar. Jejak dari Pfiesteria telah
ditemukan dari Long Islands hingga Teluk Florida, pada jarak hingga 1000 mil.
Faktanya, invasi Pfiesteria yang berbasis-air ini merupakan salah satu perebakan
terburuk dari mikroorganisme mematikan dalam sejarah AS. Itu adalah Bahan
Beracun Hayati Level 3, sedangkan Ebola adalah level 4, AIDS adalah level 2. Dan kuman
ini bermutasi sebagai hasil langsung dari konsumsi masal kita terhadap produk hewani,
khususnya daging babi.
Dengan adanya peternakan babi yang menggemukkan jutaan
ekor babi untuk dibunuh; biji-bijian dimasukkan ke perut mereka dan kotoran dikeluarkan. Kotoran ini sampai ke
laut dan sistem cadangan air kita, mencemari hewan yang hidup di dalamnya, dan
juga mereka yang memakannya.
Penangkapan ikan paus: Meskipun Komisi Penangkapan
Ikan Paus Internasional melarang penangkapan ikan paus secara komersial
di tahun 1985, tapi banyak negara yang tetap membunuh ikan paus demi
daging mereka yang "eksotik". Mereka memakai seruit; senjata api;
kaitan tumpul; bahkan peledak; atau menggiring mereka ke teluk yang
dijadikan tempat untuk pembantaian ikan paus dimana mereka diseret ke
pantai dan bisa dibunuh dengan pisau di perairan dangkal.
Lumba-lumba:
Setiap musim dingin, antara bulan Oktober hingga Maret, ribuan lumba-lumba
ditangkap dan dibunuh secara brutal di kota kecil di Jepang. Batangan suara di
bawah permukaan air mengganggu sonar lumba-lumba. Begitu
terperangkap dalam jala, lumba-lumba menjadi panik.
Nelayan sering menikam
beberapa lumba-lumba yang tertangkap dengan tikaman tombak atau sayatan pisau,
karena lumba-lumba tidak pernah meninggalkan anggota keluarga yang terluka. Ibu
dan bayi melolong dengan sedih saat mereka dipisahkan, digerek ke atas dan
diseret tanpa ampun hingga mati. Mereka adalah makhluk yang
jinak dan tak berdosa. Dan mereka layak mendapatkan yang lebih baik.
Namun di
sini, saat mereka terbaring terpukul, mereka mengerang tak berdaya di
atas lantai semen, mereka diiris dengan parang; dan dibiarkan mati lemas.
Sementara itu anak-anak
sekolah berjalan lalu lalang di daerah itu dan memakan daging mereka di kantin
sekolah.
Daging lumba-lumba kemudian dijual di pasar dan restoran, meski sering dilabel
secara salah sebagai "daging ikan paus". Tetapi seakan-akan kekejaman terhadap hewan
yang dipelihara untuk makanan tidaklah cukup.
Kita juga menemukan cara
memanfaatkan mereka untuk semua pakaian kita. Jaket, sepatu, ikat pinggang,
sarung tangan, dompet, tas tangan, dan sebagainya. Pertanyaan berikut
sangatlah jelas, dari manakah asal pakaian kita?
BAGIAN 3: PAKAIAN
Permintaan terhadap kulit hewan terutama berasal dari Amerika
Serikat, Jerman, dan Inggris. Hampir setiap orang mengenakannya, dengan
sedikit atau tanpa memikirkan dari mana itu berasal. Ribuan sapi India
dibantai setiap minggu demi kulit mereka, dibeli dari keluarga miskin di
berbagai
pedesaan India yang menjualnya dengan keyakinan bahwa hewan itu akan
menjalani hidup mereka di peternakan.
Pemasangan sepatu dan tali
Karena pembunuhan sapi adalah tindakan terlarang di
kebanyakan tempat di India, hewan itu harus di angkut ke tempat lain dan diikat bersama ke
dalam “barisan kematian” yang mengerikan, yang bisa
berlangsung selama beberapa hari.
Mereka dipaksa untuk berjalan melalui panas dan debu
tanpa makanan maupun air, ditambah dengan stres total dari pengalaman
mengerikan sehingga banyak dari hewan itu ambruk dan tidak sanggup
meneruskan. Ingatlah bahwa kebanyakan sapi yang pertama kali
ditempatkan ke dalam truk dapat membuat mereka merasa takut, terutama
jika mereka ditangani secara tergesa dan kasar oleh orang yang memuati
truk itu.
Suara dan pergerakan dari truk itu sendiri juga suatu
pengalaman baru yang membuat mereka stres. Setelah satu atau dua hari
di dalam truk tanpa makanan atau air, mereka sangat haus dan lapar,
terutama karena sapi semacam itu biasanya sering makan sepanjang hari.
Pematahan ekor
Ketika sapi itu letih dan pingsan, tulang
ekor mereka dipatahkan sebagai upaya untuk membuat mereka berjalan
dengan kaki mereka sendiri. Ini dilakukan dengan cara menjepit ekor di
beberapa bagian berulang kali.
Pengurus
Para pengurus harus secara konstan membuat sapi itu
bergerak, menarik mereka dengan tali pencucuk hidung, memutar leher, tanduk, atau
ekor mereka. Mereka menuntun atau memaksa sapi itu turun ke pematang dan keluar
masuk truk tanpa jalur landai yang menyebabkan luka seperti panggul, kaki, rusuk,
dan tanduk yang patah.
Cabai pedas
Cabai pedas dan tembakau juga digunakan untuk membuat hewan
itu tetap berjalan. Praktik ini dilakukan dengan menggosokkan cabai itu langsung
ke mata mereka, untuk mendorong hewan itu berjalan kembali dengan kaki mereka.
Pembantaian
Sebelum pembunuhan, separuh dari
hewan itu akan mati pada saat mereka sampai ke rumah jagal. Tapi
untuk membuat pengalaman ini lebih traumatis dan mengerikan, mereka
sering dibunuh dengan disaksikan oleh sapi lainnya. Dan bukannya “pengirisan
cepat” di leher seperti yang diwajibkan dengan sebuah pisau tajam, mereka pada
umumya dibunuh melalui bacokan dan gorokan dengan pisau tumpul.
Pengulitan
Setelah itu, kulit dari hewan ini dikirim ke tempat
penyamakan kulit yang memakai zat mematikan seperti kromium dan racun lainnya
agar tidak rusak. Ingatlah bahwa kulit adalah daging mati. Itu
adalah kulit mati dan karena itu secara alami kulit akan terurai dan
membusuk kecuali jika diolah dengan zat yang ampuh semacam ini. Bahan kimia seperti itu
turut meracuni kesehatan orang-orang di tempat penyamakan kulit
karena permintaan yang terus menerus terhadap barang dari kulit,
ini adalah suatu masalah yang lain.
Eceran
Pada akhirnya, kulit dari sapi India sampai ke toko pakaian
di seluruh penjuru dunia, Kebanyakan toko yang utama menjual kulit dari India.
Kulit yang berasal dari sapi yang benar-benar berbeda dari sapi yang kita makan.
Bulu
Dan bagaimana dengan bulu? Lebih dari 100 juta hewan liar
dibunuh demi kulit mereka setiap tahun, 25 juta ekor di Amerika Serikat saja.
Hewan ini diperoleh dengan perburuan dan penjeratan, disimpan di
peternakan bulu dalam kondisi seperti ini.
Kegilaan dalam kandang
Secara alami, hewan tinggal di habitat yang alamiah, mereka tidak
terbiasa terkurung. Dan kegilaan dalam kandang berkembang saat hewan yang
ketakutan dan frustrasi dibuat gusar akibat stres dikurung. Hewan liar yang
bebas-berkeliaran ini serta anak mereka tidak bisa
menjalani suatu kehidupan yang alami, bahkan tidak pernah bisa melangkah atau
merasakan tanah di bawah kaki mereka. Dan ini membuat mereka menggaruk, berputar,
dan mondar-mandir tanpa henti.
Luka fisik yang dialami oleh hewan ini di
peternakan bulu mencakup tulang yang patah dan yang terekspos… kebutaan… infeksi
telinga, dehidrasi, dan kekurangan gizi, terekspos pada temperatur yang sangat
dingin, kekurangan perawatan dokter dan kematian perlahan.
Tiada peraturan yang
mengatur pembunuhan hewan di peternakan bulu. Karena itu, metode yang termurah
adalah metode yang paling menarik. Meracuni dengan karbon-monoksida, striknina,
memati-lemaskan, pematahan leher, dan elektrokusi anal adalah beberapa dari
metode yang semakin umum dipakai.
Dipindahkan dari kandang mereka dengan tiang
leher yang berat, hewan itu berjalan melewati barisan tubuh yang telah terbunuh
dari rubah, musang, rakun, serigala, dan yang lainnya. Kematian dengan
elektrokusi anal adalah suatu proses yang kasar yang membutuhkan sebuah alat
tusuk yang diselipkan ke dalam dubur sementara hewan itu menggigit konduktor
logam. Sering kali prosedur yang tidak pantas ini harus diulangi untuk membunuh
hewan itu. Dan bangkai yang telah dikuliti yang terlihat di sini kemudian akan
digiling dan diberi makan kepada hewan yang masih terkurung. Berapa harga dari
barang ini?
Ada sesuatu dimana kita masing-masing bisa
menghentikan kekejaman yang amat buruk ini terhadap hewan sesama penghuni bumi
kita yaitu untuk memilih dengan dompet kita. Sebelum membeli produk apa pun,
baik makanan atau pakaian, pertimbangkanlah apakah seekor hewan harus menderita
untuk bisa memproduksinya. Lalu bertindak dengan welas asih, memilih untuk tidak
mendukung kekerasan dan kebiadaban.
BAGIAN 4: HIBURAN
Kita beralih ke pertunjukan hiburan. Mark Twain
pernah berkata, “Dari semua makhluk yang pernah diciptakan, manusialah
yang paling menjijikkan. Dialah satu-satunya makhluk yang menimbulkan
penderitaan demi
olahraga.”
Rodeo
Dalam rodeo, sapi jantan kuda liar tidak melawan meskipun
mereka liar, tetapi mereka dalam kesakitan. Sabuk yang disebut tali
panggul atau tali pengaman diikat di sekeliling tubuh hewan di atas daerah
kelamin.
Selagi hewan meninggalkan tempat peluncuran, sentakan
erat di sabuknya cukup untuk merasa kesakitan. Selain luka-luka yang
dialami hewan dalam rodeo... seperti kaki patah .... mereka juga
membuatnya marah dengan ditampar, digoda, diberikan sengatan listrik,
dan ia keluar dari tempat peluncuran dalam kegilaan.
Menjerat
Menjerat, seperti terlihat di sini seperti melempar
tambang di sekeliling leher dari hewan yang takut berlari dengan kecepatan penuh,
menghentakkan makhluk yang malang sampai berhenti dan membantingnya ke tanah.
Berjudi
Seperti bisnis lainnya, balap anjing dan balap kuda, adu ayam adalah
industri yang didorong oleh karakteristik umum: keuntungan.
Pekan raya
Di pekan raya di seluruh negeri, hewan digunakan untuk
balap, untuk berjudi, dan ditonton. Latihan untuk kegiatan ini dicapai dengan
tidak memberi makanan dan air. Hewan ini tidak terbiasa dengan
sekeliling mereka, suara, kerumunan, bahkan apa yang seharusnya mereka lakukan,
ia akan terluka dan dibuang setelah kontes yang tidak berarti,
sepele, dan aneh yang dirancang demi keuntungan dan hiburan.
Berburu
Di samping hilangnya habitat, berburu juga ancaman nomor
satu bagi satwa liar saat ini. Para pemburu membunuh lebih dari 200
juta satwa setiap tahunnya. Rusa, kelinci, dan tupai adalah daftar
sasaran teratas yang diinginkan. Tidak ada yang mengingkarinya jika
berburu adalah olahraga berdarah. Sasarannya hidup, dan mereka
menjalani kematian yang kejam.
Memancing
Memancing juga olahraga kematian. Para peneliti telah membedakan bahwa ikan menunjukkan
perilaku kesakitan dengan cara yang sama yang dialami mamalia. Secara anatomi,
fisiologi, dan biologi, sistem kesakitan dalam ikan hampir sama seperti dalam
burung dan mamalia. Dalam kata lain, ikan adalah organisme hidup, jadi tentu
saja mereka merasa kesakitan. Bagi yang berpikir ikan mati dengan kematian
“lebih lembut”, pertimbangkan bahwa organ-organ sensor mereka berkembang
lebih
tinggi, sistem saraf mereka kompleks, sel-sel saraf mereka sangat serupa dengan
milik kita.... dan mereka tanggap terhadap rangsangan tertentu dengan
segera dan bersemangat.
Sirkus
Ketika pergi ke sirkus, jarang kita benar-benar berhenti sejenak
dan mempertimbangkan: Apa yang membuat hewan itu melakukan sesuatu yang tidak
alami, bahkan berbahaya, seperti lompat melalui lingkaran api, keseimbangan pada satu
kaki, atau menyelam ke dalam air dari panggung yang goyang tinggi di udara?
Para pelatih hewan ingin publik mempercayai bahwa
hewan dibujuk ke dalam tingkah laku demikian dengan janji hadiah. Tetapi
kenyataannya adalah hewan tampil karena mereka takut hukuman.
Pokoknya sirkus menghukum hewan-hewan liar untuk menjalani hari-hari mereka terisolasi dalam kurungan kecil, tandus,
meniadakan gerakan normal dan sosialisasi... bepergian keliling dari satu tempat
ke tempat lain... dan dibelenggu dalam rantai sampai 95% dari masa kehidupan mereka.
Latihan
Gajah-gajah diajarkan untuk tampil. Tidak pernah memukul. Tidak, tidak, tidak
pernah Anda melihat siapa pun menggunakan kait baja seperti yang digunakan pada
gajah.
Kita tahu bahwa hewan dapat merasakan. Mereka merasa takut, kesepian,
dan kesakitan, sama seperti yang manusia rasakan. Apakah yang akan hewan pilih untuk
menghabiskan seluruh hidup mereka dalam tawanan jika mereka punya pilihan?
Kebun binatang
Apakah kebun binatang mendidik? Ya, kebun binatang mendidik, tetapi mereka hanya
mendidik dalam pengertian mereka mengajarkan anak-anak untuk tidak peduli terhadap sifat
dasar hewan itu.
Di samping itu, apa yang dapat kita pelajari dari
satwa liar yang dikurung sebagai tawanan? Kebun binatang tidak akan
mendidik anak-anak agar mereka mencintai satwa, sistem pendidikan mencintai satwa
tidak akan berhasil melalui satwa-satwa yang ditawan. Rumah
jagal tempat penyiksaan hewanlah yang akan membuat anak-anak mencintai satwa, di
tempat itu mereka baru akan mengerti penderitaan yang dilakukan oleh satwa.
Kebun binatang ada karena kita
berminat terhadap hal yang eksotik Dan bagi pengunjung kebun binatang, hewan di kebun
binatang hanyalah: benda.
Dalam kedua kasus, pada sirkus atau kebun binatang, satwa
yang liar dan eksotik ditangkap, dikurung, dipindahkan, dan dilatih melakukan
apa yang diinginkan manusia.
Adu banteng
Istilah “adu banteng” adalah suatu
istilah yang salah, sebenarnya itu adalah pertarungan dengan pedang dari matador yang
cekatan, dimana matador dalam bahasa Spanyol berarti “pembunuh,”
mereka membunuh banteng yang kebingungan,
terluka, dan tersiksa secara psikologis serta lemah secara fisik.
Banyak mantan
pelaku adu banteng terkemuka melaporkan bahwa banteng dengan sengaja dilemahkan
dengan obat penenang dan obat pencahar, diberikan ke ginjalnya, dan beban berat
digantungkan di sekeliling leher mereka selama berminggu-minggu sebelum bertanding.
Beberapa hewan ditempatkan dalam kegelapan selama 48 jam sebelum konfrontasi,
lalu dilepaskan, dibutakan ke dalam arena yang terang. Dalam kegiatan serupa,
banteng masuk dan didekati oleh para pria yang membuat ia lelah dan frustrasi
dengan membuat dia berlari dalam lingkaran dan menipunya ke dalam bentrokan.
Saat banteng lelah dan habis nafas, ia didekati oleh
penunggang kuda yang menusuk tombak ke dalam otot punggung dan leher,
berliku-liku dan mencungkil untuk meyakinkan bahwa ia kehilangan darah
dan merusak kemampuan banteng mengangkat kepalanya.
Lalu datang banderillero yang membingungkan dan
memanah banteng untuk menghujamkan lebih banyak tombak kepadanya. Lemah karena
kehilangan darah, mereka membuat banteng lari melingkar-lingkar sampai
pusing dan berhenti mengejar. Akhirnya, matador “pembunuh” ini, muncul dan
setelah menggusarkan beberapa serangan yang melelahkan dari hewan yang sekarat,
mencoba membunuh banteng dengan pedangnya. Dan bentuk hiburan yang penuh darah
ini adalah adu banteng. Kesenangan yang diperoleh dari semua kegiatan ini dan
olahraga ini...... memakai tema kerukunan dengan alam, beberapa ada yang berkata, dijamin
aman tanpa membahayakan atau membunuh hewan.
Eksploitasi satwa-satwa liar secara komersial telah salah diasumsikan,
mereka masih mengizinkan satwa liar untuk hiburan manusia, terutama karena ekonomi. Tetapi
satwa liar bukan sumber yang dapat diperbaharui. Pemahaman tersebut berasal dari seorang spesiesis. Namun
demikian, praktik ini hanya ada karena kita tidak menerima secara serius hak-hak hewan-hewan lainnya. Dalam
hal ini, bukankah manusia yang paling
buas dari semua spesies?
Dengan menolak segala eksploitasi hewan yang
digunakan untuk hiburan, kita dapat mengakhiri perlakuan tanpa perasaan dan
kejam terhadap mereka.
BAGIAN 5: SAINS
Pembedahan hidup-hidup
Istilah pembedahan hidup-hidup diterapkan pada segala jenis percobaan pada satwa-satwa
dalam bungkus ilmu
pengetahuan medis. Alasan untuk percobaan jenis ini adalah
menemukan penyembuhan bagi penyakit manusia.
Tapi mereka melakukan percobaan untuk mencari penyembuhan bagi penyakit manusia dengan menimbulkan penderitaan dari para satwa
telah melakukan dua kesalahan mendasar.
Yang pertama adalah anggapan bahwa hasil penelitian yang diperoleh
dari satwa dapat
diterapkan untuk manusia.
Keprihatinan kedua adalah
percobaan ilmiah tidak sesuai dengan bidang kehidupan organik. Karena satwa
bereaksi berbeda dengan manusia, setiap produk atau metode yang diujicoba pada
satwa harus diujicoba kembali kepada manusia melalui uji klinis yang hati-hati
sebelum itu dapat dianggap aman. Aturan ini dilakukan tanpa pengecualian.
Uji coba pada satwa bukan hanya berbahaya, karena
mereka menuju pada kesimpulan yang salah, terlebih mereka memperlambat
penyelidikan klinis dari jenis yang sah. Cukup mengingat
kenyataan bahwa penyakit apa pun yang dipicu dengan sengaja tidak seperti
penyakit lainnya yang muncul secara spontan.
Percobaan medis
Sayangnya, metode seperti itu masih beredar saat ini di
bawah bendera sains yang menjadi suatu penghinaan pada sains sejati, termasuk
kecerdasan manusia. Jadi, pembedahan hidup-hidup diterapkan pada percobaan medis,
dilakukan dengan pemberian zat kimia yang berbahaya... listrik atau kejutan yang
membuat trauma... tanpa dibius operasi... luka bakar... dihentikannya pemberian
makanan dan minuman... penyiksaan secara fisik dan psikologi yang menuju pada
ketidakseimbangan mental, infeksi, dan lain-lain.
Penelitian luka kepala
Penelitian luka kepala melibatkan monyet babon yang secara
parsial atau sepenuhnya sadar, diikat dengan kekangan dan kepala mereka disemen
ke dalam helm logam, yang akan didorongkan pada sudut 60 derajat pada kekuatan
sampai 1.000 G. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menirukan kecelakaan
mobil, sepak bola, tinju, dan luka lain berhubungan dengan kepala. Dan proses
ini sering diulang lagi dan lagi pada satwa yang sama.
Penelitian militer
Dan akhirnya, penelitian militer. Yang ini berbicara
sendiri. Dari mengirim monyet ke angkasa luar .... dan uji coba ledakan atom
pada anjing yang tidak berdaya untuk memapar primata terhadap radiasi nuklir.
20 tahun lalu, jumlah satwa yang sekarat karena siksaan melalui praktik
pembedahan hidup jumlahnya amat besar, diperkirakan 400.000 setiap hari
di seluruh dunia, dan meningkat 5% setiap tahun.
Sekarang ini jumlah itu hampir
melampaui 19.000 per menit, 10 miliar per tahun. Beberapa orang yang
tidak terpelajar berpura-pura tahu bahwa satwa yang kurang pandai tidak
merasakan sakit seperti kita. Sebenarnya, kita tahu sangat
sedikit tentang bagaimana satwa tertentu dapat “merasakan” lebih dari kita.
Tetapi itu omong kosong untuk mengatakan bahwa satwa tidak
menderita karena mereka punya kecerdasan yang lebih rendah. Sakit adalah
sakit, sampai hingga ke saraf otak. Dan di sana ada saraf lainnya dari saraf
kecerdasan itu seperti, penglihatan, penciuman, sentuhan, dan pendengaran.
Dan dalam beberapa satwa, saraf ini lebih banyak berkembang
tinggi daripada manusia. Kita tahu bahwa tidak pernah ada suatu masa
dimana kita dapat belajar sesuatu tentang psikologi manusia dengan menyiksa
satwa. Kita hanya belajar sesuatu tentang satwa.
Dan jika ada sesuatu dimana kita dapat belajar dari
mereka pada tingkat psikologi, itu bukan dengan alat baja atau listrik, apalagi
melalui kekejaman fisik. Penyiksaan sistematik atas makhluk hidup, apa pun
dalihnya dan dalam bentuk apa pun, tidak dapat mencapai apa pun lebih daripada
yang ia telah tunjukkan kepada kita apakah titik terendah penurunan nilai yang
dapat dicapai manusia.
“Asalkan masih ada
rumah jagal...... akan ada medan perang.” Leo Tolstoy
Ketidaktahuan adalah tameng pertama dari pertahanan spesies.
Namun dengan mudah dilanggar oleh siapa pun dengan waktu dan ketetapan hati
untuk menemukan kebenaran. Ketidaktahuan telah berlaku begitu lama hanya karena
orang-orang tidak ingin menemukan kebenaran.
“Jangan beritahu aku. Kamu
akan merusak makan malamku,” ini adalah jawaban lazim bagi usaha apa pun
untuk memberitahu
seseorang tentang bagaimana makan malam itu dihasilkan.
Kita semua adalah satwa di planet ini.
Kita semua adalah makhluk hidup. Dan satwa sama seperti manusia yang
mengalami sensasi yang sama seperti kita. Mereka juga kuat, pandai, rajin, aktif,
dan berevolusi. Mereka juga mampu tumbuh dan beradaptasi.
Seperti kita, pertama dan terpenting, mereka adalah
penduduk bumi. Dan seperti kita, mereka ingin bertahan hidup. Seperti kita, mereka
juga mencari kenyamanan mereka sendiri. Dan seperti
kita, mereka mengekspresikan derajat emosi. Singkatnya, seperti kita, mereka hidup.
Sebagian dari mereka adalah makhluk bertulang belakang, sama seperti kita.
Jika kita melihat ke belakang tentang bagaimana
pentingnya satwa bagi kelangsungan hidup manusia, apakah kita mutlak
bergantung pada mereka untuk makanan, pakaian, olahraga dan hiburan,
dan juga pengobatan dan penelitian ilmiah... ironisnya, kita
membenarkan sepenuhnya sikap tidak hormat umat manusia terhadap hewan.
Penyakit disebabkan oleh makan daging
Ini adalah bukti dalam laporan kesehatan karena konsumsi
daging kita yang terlalu berlebihan. Kanker, penyakit jantung, keropos
tulang, stroke, batu ginjal, kurang darah, diabetes, dan lebih banyak
lagi. Bahkan makanan kita sekarang telah terpengaruh, dan pada
sumbernya.
Antibiotik digunakan untuk menaikkan berat tubuh hewan di bawah kondisi kehidupan yang penuh
stres dan sesak di pabrik peternakan, makanan mereka menggunakan pestisida dan
insektisida yang berlebihan, atau hormon buatan dirancang untuk
meningkatkan produksi susu, dan sering diberi pewarna buatan,
herbisida, larvasida, pupuk sintesis, obat penenang, pemicu pertumbuhan, dan obat
perangsang nafsu makan; tidak heran bahwa Penyakit Sapi Gila, Penyakit Kuku dan
Mulut, Pfiesteria, dan sejumlah besar wabah yang berhubungan dengan satwa telah diungkapkan
kepada publik.
Alam tidak bertanggung jawab atas aksi ini. Kita sendiri.
Jadi perubahan tidak akan terelakkan. Apakah kita akan bergerak sendiri
atau kita akan
dipaksa oleh alam untuk melakukannya. Waktunya telah datang bagi kita untuk
mempertimbangkan kembali kebiasaan makan kita, tradisi kita, gaya dan cara
berpakaian kita dan di atas semuanya, pemikiran kita.
Mereka adalah penduduk bumi
Mereka adalah penduduk bumi. Mereka memiliki hak untuk
berada di sini sama seperti manusia. Mungkin jawabannya ditemukan dalam pepatah
lama yang lain. Dan sepenuhnya benar. "Apa yang katu tabur, itulah yang akan kau tuai."
Jadi tentunya satwa
merasa sakit, kalau tidak, apakah tujuan alam memberkahi satwa yang elok ini dengan perasaan?
Apakah agar mereka tidak merasakan pemberian itu? Atau apakah satwa punya saraf
agar tidak
sensitif?
Tiga kekuatan kehidupan utama berada di planet ini. Alam.
Satwa. Dan umat manusia. Kita semua penduduk bumi. Ciptakanlah persaudaraan.
Untuk mengakhiri kekejaman satwa, langkah kunci yang dapat kita
semua lakukan adalah mengadopsi gaya hidup vegan organik. Jangan
membahayakan satwa atau lingkungan dalam kehidupan kita sehari-hari, ini adalah cara
yang terbaik dari keberadaan kita.
Earthlings bisa disaksikan online pada www.Earthlings.com,
DVD “Earthlings” tersedia pada situs-web yang sama.