Keindahan layang-layang yang menari di langit 
adalah pemandangan untuk dinikmati. Di Afghanistan, menerbangkan layangan lebih 
dari sekedar permainan favorit tapi waktu yang dihargai tradisi budaya yang 
populer. Layangan yang membumbung tinggi bagaikan jiwa bebas dari hati orang 
Afghanistan. Hari ini kita akan temui ahli pembuat layangan dari Afghanistan, 
Bapak Basir Beria, yang tinggal di Los Angeles, AS. Dia mendedikasikan waktu 
senggangnya mengajar cara menerbangkan layangan. Layangan buatannya dipamerkan 
di Museum Layangan di Washington DC, AS.
Selain itu, Bapak Beria membantu 
membuat film Hollywood yang dinominasikan di  Golden Globe dan Oscar, “The Kite 
Runner,” yang menunjukkan layangan indah Bapak Beria dan kemudian mengenalkan 
pada dunia akan olah raga dan budaya Afghanistan ini. Dalam kehidupan pribadinya, 
menerbangkan layangan bisa menerbangkan layangan bisa menghilangkan kesedihannya 
dan memberi kedamaian. Bapak Basir Beria memiliki cinta murni dan tak terbagi 
untuk layangan.
Perajin yang penuh syukur, rendah hati, 
teknologi layangan adalah anugerah bagi dunia. Begitu juga bakat Bpk. Beria. Di 
tahun 2006, Bapak Beria diundang produser dari DreamWorks Pictures untuk 
membantu membuat “The Kite Runner”, sebuah film di tahun 2007 oleh DreamWorks 
dan Paramount Classic menurut novel pemenang penghargaan dengan judul sama oleh 
penulis kelahiran Afghanistan Kahled Hosseini. Pengejar layangan adalah orang 
yang lari mengumpulkan layangan berharga yang jatuh saat pertandingan layangan, 
memperkirakan dari jauh dimana kemungkinan jatuh.
Di Afghanistan saat layangan jatuh ke tanah, 
anak-anak menangkap dan mengambilnya, dan di sini, berapa pun yang kita 
terbangkan, kita bisa mengambilnya kembali. Langit penuh layangan dan terpuaskan, 
setiap orang bahagia. Mereka hijau. Semoga Tuhan membuat Negara kami damai jadi 
hijau dan dalam damai.