Kita akan fokus terhadap hewan yang ditawan dan penderitaan mengerikan yang dialami mereka. Kebun 
binatang di seluruh dunia sangat bervariasi dalam ukuran, tapi apakah mereka 
besar atau kecil, satwa yang mereka pelihara biasa berkelana di bentangan 
luas dari hutan belantara, berenang bebas di lautan dalam, atau terbang bebas di atas 
langit biru luas.
		
		
		
		
		
Mereka tidak semestinya dikurung dalam ruang pameran beton dan baja. Tidak 
peduli seberapa keras kebun binatang mencoba meningkatkan kebaikan kurungan satwanya, 
faktanya tetap bahwa hewan-hewan itu tidak bebas dan tidak pernah mengalami 
kontak 
sosial, lingkungan, dan fisik yang kompleks yang dilimpahkan oleh alam.
		
		
		
		
		
Kebun 
binatang adalah bisnis yang mengandalkan penghasilan dari penjualan tiket dan 
penjualan barang dagangan untuk dapat tetap beroperasi. Agar biaya tetap rendah, 
banyak kebun binatang kekurangan staf dan mereka yang dipekerjakan di sana 
mungkin kurang pelatihan dan keterampilan untuk benar-benar peduli terhadap satwa yang 
sensitif. Jadi kesejahteraan hewan ada pada prioritas yang rendah saat kebun 
binatang mencoba tetap dalam posisi untung.
		
		
		
		
		
Pertama mari kita teliti dari mana asal 
makhluk yang dipenjara di kebun binatang. Ada yang dibiakkan di kebun 
binatang, ini adalah proses yang penuh bahaya dan penderitaan tak terhingga bagi satwa 
yang dilibatkan.
		
		
		
		
		
Agar penangkaran sukses terjadi, kondisinya harus sedekat 
mungkin dengan lingkungan alamiah satwa itu dalam hal iklim dan habitat. Ruang 
yang cukup besar, kontak manusia yang minimal, dan populasi dengan jumlah memadai 
untuk menghindari efek negatif penangkaran yang sejenis juga diperlukan.
		
		
		
		
		
Kolam 
gen kecil mengarah pada penangkaran sejenis dan berakibat menurunnya semangat, 
umur panjang, dan tingkat kelangsungan hidup antara keturunan.
		
		
		
		
		
Kebun binatang 
tidak pernah bisa memberi keadaan ideal untuk penangkaran alami, mereka biasanya 
memakai proses merendahkan, menyakitkan, dan yang merusak emosi dari inseminasi buatan.
		
		
		
		
		
Mari kita pahami tentang prosedur ini dari 
Catherine Doyle, direktur kampanye gajah kelompok kesejahteraan satwa nirlaba 
yang terhormat yang berbasis di AS, In Defense of Animals.
Catherine Doyle: Gajah di kebun binatang tidak berkembang 
biak dengan baik dan tentu saja itu karena dikurung dalam tempat yang sangat kecil 
dan dalam kondisi tidak wajar. Dan bukan hanya kondisi fisik, tapi 
juga yang dikurung dalam grup sosial yang tidak memadai, dan benar-benar menjalani 
kehidupan yang sangat tidak mirip dengan apa yang mereka lalui di alam liar.
Jadi apa yang dilakukan oleh kebun binatang adalah 
penangkaran dan menggunakan inseminasi buatan untuk gajah. Dan 
meskipun manusia memilih prosedur ini, gajah tentu saja tidak memilihnya. Dan 
kami percaya itu kejam dan tak bersahabat melakukan inseminasi buatan pada gajah.
Dan bahkan dalam upaya tersebut, saya mengatakan, mereka tidak 
berhasil dengan baik. Dan lagi, saat kita mengurung gajah 
dalam kondisi tidak wajar dan kondisi tidak memadai, mereka akan terus menghadapi 
masalah dengan kurangnya keberhasilan penangkaran maupun gangguan reproduksi 
serta 
beberapa masalah kesehatan yang berbeda-beda juga.
Supreme Master TV: Beberapa kebun binatang membawa masuk 
satwa yang dibeli dari sirkus atau diambil dari alam liar, menunjukkan mereka 
tak punya maksud melindungi. Kolektor pribadi mungkin menangkap satwa lalu menjual ke kebun binatang.
Satwa yang paling langka adalah yang 
paling laris jadi mendapat harga yang tertinggi. Proses menangkap satwa liar sangat 
menegangkan bagi mereka dan banyak yang terluka atau terbunuh dalam proses 
tersebut.
Seekor satwa yang diculik direnggut dari keluarga mereka, menyebabkan 
kesulitan besar untuk anggota keluarganya serta individu yang terlibat.
Berikutnya, satwa ketakutan itu dikapalkan dalam kotak yang gelap, sempit, kotor, 
dengan jarak ribuan kilometer. Selama perjalanan banyak satwa mati karena panas 
kelelahan, haus, kelaparan, atau kekurangan pengawasan medis.
Apa yang menunggu 
satwa liar yang diculik ketika mereka akhirnya tiba di tempat tujuan mereka? 
Satu-satunya cara untuk menggambarkan itu secara akurat “Hukuman penjara seumur hidup.”
Ini 
didokumentasikan dengan baik bahwa satwa yang ditawan masa hidupnya lebih pendek 
daripada rekan-rekan mereka yang ada di alam liar.
Misalnya, baru-baru ini studi yang 
dilakukan oleh Universitas Guelph di Kanada meneliti panjangnya umur gajah 
Afrika dan gajah Asia di kebun binatang Eropa antara tahun 1960 dan 2005 dan 
menyimpulkan bahwa gajah di habitat alami mereka dapat hidup selama 50 
tahun atau lebih, tapi gajah Afrika yang ditawan di kebun binatang rata-rata hanya 17 tahun dan 
gajah Asia hanya 19 tahun.
Sekarang mari kita lihat kondisi di kebun binatang 
dan fisik mereka yang buruk dan efek psikologis pada penghuninya.
Pertama, area 
di dalam kurungan kebun binatang sangat terbatas. Kebanyakan kebun binatang 
besar berlokasi di atau dekat kota utama dimana tanah adalah langka.
Hal ini berarti beberapa satwa darat yang dapat lari tercepat di dunia bahkan tidak 
memiliki cukup ruang untuk berlari, dan burung yang biasa terbang tinggi di 
langit hampir tak bisa kepakkan sayap dalam sangkar besi mereka.
Beruang kutub 
memiliki area sekitar 80.000 kilometer persegi yang dikurung dalam kolam 
beton kecil. Saat ini hanya ada satu beruang kutub yang ditawan di Inggris.
Menurut Yayasan Lahir Bebas, sebuah grup konservasi satwa liar nirlaba berbasis 
di Inggris, 12 dari 20 atau 60% dari beruang kutub yang sebelumnya tinggal di 
kebun binatang Inggris didapatkan gila secara mental sebagai hasil dari kondisi 
hidup sangat buruk dan sempit.
Di alam liar, para satwa secara alami menyebarkan diri mereka dalam kelompok berbagai ukuran. Dengan kata lain, 
satwa sosial seperti gajah dan serigala harus hidup dalam kawanan atau kumpulan 
dengan ukuran yang tepat.
Biasanya satwa soliter tidak harus dipaksakan untuk 
hidup dengan yang lain. Poin penting ini jarang dipertimbangkan oleh kebun 
binatang. Sebaliknya ketersediaan ruang dan biaya perumahan adalah faktor yang 
dikesampingkan untuk satwa yang dipenjara ini.
Catherine Doyle: Penderitaan yang dialami gajah di kebun 
binatang tentu saja ada beberapa tingkat yang berbeda dari itu, tapi 
salah satu yang paling berat adalah penyakit 
kaki dan sendi. Dan itu disebabkan karena tidak memiliki ruangan untuk bergerak, dan 
juga dengan berdiri pada permukaan keras seperti beton, juga bahkan tanah 
yang keras karena ketika gajah berjalan di atasnya, itu menjadi keras, dan 
menjadi dipadatkan. Jadi akibat dari ini adalah kerusakan pada kaki dan sendi 
mereka tidak dapat diperbaiki dan itu, dalam banyak kasus, mengarah ke 
kematian gajah.
Supreme Master TV: Satwa juga perlu stimulasi psikologis 
dan fisik lewat bermain, mencari makan, dan perilaku alamiah lainnya. Tidak 
peduli seberapa banyak mainan atau potongan peralatan bermain yang dapat 
disediakan kebun binatang, itu tidak pernah cukup dan setara dengan kondisi yang 
diberikan oleh Ibu Pertiwi.
Variasinya tidak ada dan juga tidak bisa diciptakan 
dalam pengaturan buatan tersebut. Satwa juga perlu privasi dan tempat tinggal, 
dan tekanan psikologis terus-menerus dipertunjukkan dan dianggap sangatlah 
menekan bagi sebagian satwa.
Bahkan, primata yang ditawan sering menutupi wajah 
mereka dengan tangan mereka dalam upaya bersembunyi dari mata publik yang 
mengintai. Kehidupan kebun binatang yang tak memadai menyebabkan frustrasi, 
kebosanan, dan stres pada satwa, yang mengarah ke kondisi mental yang dikenal sebagai 
zoochosis, gejala yang abnormal, perilaku berulang-ulang seperti berayun, 
menggigit tiang, mondar-mandir, dan mutilasi diri. Hal ini diyakini karena 
dikurung dan tidak dapat mengikuti naluri alami mereka, merusak sistem saraf dalam 
otak satwa, sehingga mengarah ke psikosis.
Diperkirakan 80 juta hewan tawanan di kebun binatang dunia menderita beberapa bentuk zoochosis.
Kucing besar berjalan tanpa 
henti di kandangnya, mengauskan rumput dan menyebabkan jalan yang biasa dilalui gundul dan kera besar 
serta gajah bergoyang dari sisi ke 
sisi. Jerapah menjilat dinding dan mengunyah batang logam kandang mereka. Reptil 
menggores kaca dinding kandang mereka, tak mampu memahami mengapa mereka tak dapat 
melarikan diri. Gorila menjadi gila sengaja muntah lalu memakannya, 
mengulangi perilaku ini lagi dan lagi.
Catherine Doyle: Jadi, itu pastilah masalah yang
menyelubungi kebun binatang. Ada juga gangguan lainnya, gangguan
perilaku. Ini sangat umum di kebun binatang, lihat gajah berdiri di
sana berayun atau bergoyang berulang-ulang tanpa henti. Atau
mengangguk-anggukan kepala mereka ke atas dan ke bawah, itu adalah
perilaku abnormal; itu tidak terlihat di alam liar. Sekali lagi ini
disebabkan karena tinggal di lingkungan yang buruk dimana mereka tidak
memiliki ruang, mereka tidak punya pilihan. Dan mereka tentu saja tidak
punya stimulasi yang seharusnya mereka miliki secara alamiah dalam
lingkungan yang kompleks.
Supreme Master TV: Lebih sering makanan 
yang disediakan oleh kebun binatang gagal memenuhi persyaratan gizi penghuni 
mereka. Di alam liar, para satwa menghabiskan berjam-jam untuk mencari makanan, dengan gajah 
menghabiskan sampai 20 jam sehari dalam perilaku ini.
Juga, kebanyakan pola 
makan alami satwa terdiri dari berbagai makanan segar, tapi di kebun binatang 
persediaannya tidak beragam atau segar. Selain itu, satwa kebun binatang diberi 
makan pada waktu tertentu sekali atau dua kali sehari. Namun, rutinitas ini 
biasanya menyebabkan masalah kesehatan pada banyak satwa liar, karena mereka 
memiliki perut khusus yang terbiasa menerima makanan sepanjang hari dalam jumlah 
kecil. Makan hanya sekali sehari dapat menyebabkan gangguan lambung seperti 
borok serta menambah stres pada mereka.
Catherine Doyle: Gajah akan makan lebih dari seratus jenis 
makanan berbeda. Namun di kebun binatang, makanan gajah akan sangat terbatas. 
Dan mereka akan makan jerami yang kering.  Mereka akan diberikan beberapa sayuran, mereka akan 
diberikan beberapa suplemen di dalamnya juga. Tapi, tentu Anda tidak punya 
tempat di manapun yang mendekati keragaman dalam situasi ditawan yang seharusnya 
didapatkan di alam liar.
Supreme Master TV: Setelah kebun binatang tutup untuk hari 
itu, para satwa bahkan dipindahkan ke penginapan malam lebih kecil dimana 
mereka menunggu sampai hari berikutnya untuk dibiarkan keluar. Untuk semua 
alasan ini dan seharusnya lebih ditekankan lagi bahwa satwa di kebun binatang 
memiliki hidup lebih singkat dibanding mereka yang hidup di alam.
Pada tahun 
1991, 25 singa Asia lahir di kebun binatang dan 22 mati tak lama setelah itu. 
Pada tahun yang sama 166 cheetah lahir, hanya 54 yang selamat.
Dalam suatu kebun 
binatang Australia, kira-kira 30 satwa mati dalam waktu empat bulan, tingkat 
yang lebih tinggi dari yang ditemukan di lingkungan asli.
Dengan demikian, 
situasi tersebut benar-benar mengerikan bagi satwa yang kurang beruntung yang 
dikurung di kebun binatang. Bagaimana kita dapat mengemukakan ketidakadilan besar ini 
terhadap satwa sesama saudara kita?
Tolong informasikan teman dan keluarga Anda 
akan kekejaman yang ditimbulkan pada satwa di kebun binatang dan mendorong mereka 
untuk tidak mengunjungi tempat seperti itu karena mereka mengandalkan tiket kunjungan 
untuk bertahan.
Kebun binatang akan 
segera tutup jika tidak ada yang membeli karcis dan semua satwa dapat hidup bebas.
Untuk rincian lebih lanjut tentang In Defense of Animals, 
silakan kunjungi: 
www.IDAUSA.org