Harga pangan dunia naik 3,4%, menembus rekor tertinggi. - 10 Feb 2011  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman    Cetak

Diumumkan pada bulan Desember 2010 ini mengenai peningkatan harga makanan, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa itulah tingkat kenaikan paling tajam sejak tercatat yang dimulai sejak tahun 1990. Harga beras melonjak ke harga tertinggi dari harga yang sangat tinggi selama 27 bulan di negara-negara seperti Bangladesh dan Indonesia, dua importir beras terbesar di Asia, dimana Bangladesh mengimpor dalam jumlah dua kali lipat akibat kepanikan pembeli.

Di Sri Lanka, dimana banjir baru saja membuat sejuta orang mengungsi, harga beras juga naik di tengah kekhawatiran terhadap nasib dari tanaman pokok setelah sepuluh ribuan are lahan pertanian hancur. Banjir di Victoria, Australia juga merusak panen buah dan sayuran potensial para petani, sementara hujan lebat dan banjir menghancurkan petak sawah di seluruh Afrika Selatan, dimana Lesotho telah kehilangan 60% panennya.

Daerah produsen makanan China juga menderita akibat kekeringan paling parah dalam 60 tahun, penurunan panen di lahan seluas 4 juta hektar. Dalam rangka menyelesaikan masalah kekurangan pangan dan meluasnya tekanan yang bisa menimbulkan konflik, FAO bersama dengan Prancis, pemimpin terbaru dari kelompok G20, telah menyerukan peraturan baru untuk membantu menstabilkan harga dan persediaan makanan.

Selama konferensi pers bersama, Kepala FAO Jacques Diouf menekankan sisanya bahwa telah terlihat di beberapa bagian dunia, seperti Menteri Pertanian Prancis Bruno Le Maire menyatakan, “Kami berbagi pandangan yang sama saat ini, bahwa resiko krisis pangan dunia memang sudah terjadi.” 

Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak juga menyorot perlunya penyelesaian masalah yang muncul seperti yang dikatakannya, “Sepertinya krisis pangan global meningkat karena perubahan iklim. Kita perlu membuat strategi dan penelitian untuk mengatasi masalah ini.”

Kami hargai perhatian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Korea Selatan dan pemerintahan di seluruh dunia dalam mencari cara menstabilkan situasi mendesak ini yang merupakan gantungan bagi hidup dan penghidupan.

Semoga peraturan produksi pangan yang manusiawi dan membangun segera diterapkan untuk memastikan makanan yang bergizi bagi masyarakat. Berbicara tentang naiknya harga makanan dan mereka yang menderita kelaparan, Maha Guru Ching Hai selama konferensi video bulan Oktober 2009 di Jerman menyampaikan keprihatinan mendalam sambil memberi solusi yang akan mengatasi semua kebutuhan.

Maha Guru Ching Hai: Menurut pengumuman terbaru oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, jumlah orang yang kelaparan di seluruh dunia pada tahun 2009, tahun ini, secara resmi telah menembus jumlah 1 miliar.

Hal ini sebagian karena harga pangan yang meningkat tajam yang merupakan bagian dari krisis ekonomi global. Namun, hal ini terkait langsung dengan konsumsi daging. Karena jika semua biji-bijian dijadikan pangan ternak yang dipelihara demi konsumsi manusia, maka jumlah makanan yang harus dipanen untuk manusia seharusnya lebih tinggi dan harganya lebih rendah.

Terlebih lagi, pemanasan global dalam banyak hal telah tercatat menyebabkan cuaca ekstrim, menyebabkan gagal panen dan juga mendorong harga pangan naik selangit. Jadi, jika orang beralih kepada pola makan nabati, kita segera memiliki lebih banyak makanan dan kondisi yang lebih tenang dari kekeringan dan banjir, dimana panen pun berlimpah dan persediaan makanan segera pulih.
http://www.bloomberg.com/news/2011-01-27/rice-imports-by-bangladesh-to-double-on-panic-buying-prices-hasan-says.html
http://www.thejakartaglobe.com/business/indonesia-to-bolster-rice-inventories-to-curb-record-prices/421210 
http://english.ntdtv.com/ntdtv_en/ns_life/2011-02-07/243747912938.html 
http://westernfarmpress.com/management/pressure-mounts-food-security-farming-capacity-border-states 
http://www.irishtimes.com/newspaper/world/2011/0208/1224289257927.html