Dr. Rajendra K. Pachauri-Peringatan Global: Dampak Produksi dan Konsumsi Daging terhadap Perubahan Iklim  
email to friend  Kirim halaman ini buat teman   Jika anda ingin menambahkan video ini ke dalam blog atau website pribadi anda, silahkan klik link berikut untuk mendapatkan source code-nya.  ambil source code   Cetak
Play with flash player Play with windows media

Selamat jumpa pemirsa yang budiman di Planet Bumi: Rumah Tercinta Kita. Untuk meningkatkan kesadaran akan dampak lingkungan yang sangat besar dan merugikan dari pengembangan peternakan, kelompok nirlaba Kasih dalam Dunia Pertanian yang berbasis di Inggris mengadakan kuliah dan diskusi panel dengan topik tersebut di London, Inggris.

Acara ini diadakan pada bulan September 2008 yang mempertemukan lebih dari 400 peserta dari sektor pemerintah, diplomatik, badan perencanaan, dan organisasi penelitian.

Peserta panel menghadirkan Dr. Henning Steinfeld, Kepala Ahli Peternakan dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB serta salah satu penulis laporan PBB yang dikenal baik pada tahun 2006 yaitu “Bayang-bayang Panjang Peternakan: Persoalan dan Pilihan Lingkungan.”

Panel ini juga melibatkan Dr. Robert Watson Kepala ilmuwan Departemen Lingkungan Pangan dan Pedesaan, Felicity Lawrence penulis buku dengan penjualan terbaik mengenai industri pangan, Profesor John Powles dosen senior di Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Universitas Cambridge Inggris, dan ahli dari Kasih dalam Dunia Pertanian-Kesejahteraan Hewan Joyce D’Silva.

Ceramah ini berjudul “Pemanasan Global: Dampak Produksi dan Konsumsi Daging terhadap Perubahan Iklim” yang dibawakan oleh Dr. Rajendra Pachauri, kepala Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim PBB dan seorang vegetarian.

Berita media mengenai peran konsumsi daging dalam mengerem perubahan iklim telah meningkat secara signifikan sejak peringatan Dr. Pachauri pada tahun 2008 agar masyarakat dunia mengurangi konsumsi daging untuk menghadapi pemanasan global.

Dalam rangka menghormati Hari Bumi, kita sekarang menampilkan kutipan dari perkataan Dr. Pachauri.

Dr. Pachauri :

Apa yang akan saya lakukan untuk memulai semua ini adalah memberi tahu tentang penemuan-penemuan utama dari Empat Laporan Pengujian IPCC (Panel Antarpemerintah untuk Perubahaniklim). Lalu saya akan menguraikan subyek mengenai konsumsi daging dan perannya dalam menyumbang emisi gas rumah kaca, kemudian berbicara mengenai beberapa langkah yang sebaiknya kita tempuh untuk menguranginya.

Ini hanyalah sedikit perubahan yang telah terjadi dan hal ini merupakan perubahan yang telah diamati berupa suhu rata-rata global, ketinggian rata-rata permukaan air laut, dan lapisan es di belahan Bumi utara. Anda telah mengetahui di sini bahwa rekaman perubahan suhu dimulai dari permulaan industrialisasi, yang naik dan turun secara nyata.

Hal ini penting karena perubahan yang terjadi merupakan hasil dari faktor alam dan manusia. Tetapi yang terpenting dalam dekade terakhir ini adalah Anda melihat peningkatan suhu yang jauh lebih tajam dibandingkan dekade sebelumnya.

Maka dari itu, saya ingin mengatakan bahwa hal ini sebagian besar karena manusia yang menghasilkan konsentrasi gas rumah kaca yang menyebabkan peningkatan suhu yang cepat selama dekade terakhir ini. Dan bila kita melihat total peningkatannya, rata-rata peningkatan selama abad ke-20 kira-kira sebesar 0,74 derajat Celcius.



Pengamatan langsung dari perubahan iklim akhir-akhir ini.  Tafsiran Laporan IPCC keempat h.3.
Gambar SPM.3. Setelah diamati, perubahan terjadi pada (a)  rata-rata temperatur permukaan  global, (b) rata-rata ketinggian permukaan laut global dari alat pengukur arus pasang surut (biru) dan data satelit (merah), serta (c) lapisan salju pada belahan Bumi bagian utara pada bulan Maret – April.

Sesuai dengan data tersebut, diagram tengah memperlihatkan perubahan rata-rata pada ketinggian permukaan laut global. Hal ini dapat dikatakan bahwa selama abad ke 20 bertambah sekitar 17 centimeter. Anda boleh mengatakan bahwa 17 centimeter tidak banyak, akan tetapi jika Anda tinggal di kepulauan Maladewa atau di negara dataran rendah seperti Bangladesh, maka 17 sentimeter yang sedikit lebih tinggi dari mata kaki, sangat banyak.

Anda bahkan tidak perlu menunggu sampai terjadinya banjir yang menggenangi seluruh area daratan sebagai akibat kenaikan permukaan air laut, tetapi murni disebabkan oleh banjir sepanjang pesisir pantai karena terjadinya gelombang badai dan angin puyuh, kerusakan yang jauh lebih parah karena kenaikan air laut.

Lapisan salju pada Bumi belahan utara telah menipis. Anda tahu bahwa daerah Arktik mengalami pemanasan sekitar dua kali lebih besar daripada seluruh bagian Bumi lainnya.




( Laporan Perkiraan IPCC Keempat h.7)  Sesuai dengan data tersebut, diagram tengah memperlihatkan perubahan rata-rata pada ketinggian permukaan laut global. Hal ini dapat dikatakan bahwa selama abad ke 20 bertambah sekitar 17 centimeter. Anda boleh mengatakan bahwa 17 centimeter tidak banyak, akan tetapi jika Anda tinggal di kepulauan Maladewa atau di negara dataran rendah seperti Bangladesh, maka 17 sentimeter yang sedikit lebih tinggi dari mata kaki, sangat banyak.
Anda bahkan tidak perlu menunggu sampai terjadinya banjir yang menggenangi seluruh area daratan sebagai akibat kenaikan permukaan air laut, tetapi murni disebabkan oleh banjir sepanjang pesisir pantai karena terjadinya gelombang badai dan angin puyuh, kerusakan yang jauh lebih parah karena kenaikan air laut.
Lapisan salju pada Bumi belahan utara telah menipis. Anda tahu bahwa daerah Arktik mengalami pemanasan sekitar dua kali lebih besar daripada seluruh bagian Bumi lainnya.

Saat ini pada laporan penaksiran keempat telah mendapatkan proyeksi akan pertambahan temperatur pada akhir abad ini, dan secara wajar, berdasarkan pada skenario dari pertumbuhan ekonomi, perubahan teknologi, dan faktor-faktor lainnya merupakan lingkup secara keseluruhan untuk hasil terbaik yang dapat diproyeksikan. Atas dasar tersebut kita mendapatkan sebuah kisaran dari penambahan temperatur tersebut pada akhir abad, sebelah kanan dari 1,1 derajat Celsius sampai 6,4 derajat Celsius.

Akan tetapi kami menemukan apa yang disebut sebagai dua perkiraan terbaik, satu pada titik terendah, yang kami estimasikan pada 1,8 derajat Celsius, dan di titik teratas 4 dejarat Celsius. Saya dapat menyatakan bahkan dengan pertambahan hanya 1,8 Celsius dapat mengakibatkan hal-hal yang mengkhawatirkan, karena pengkombinasian dengan pertambahan 0,74 derajat yang terjadi pada abad ke-20 akan mengakibatkan pertambahan lebih dari 2,5 derajat Celsius.

Dalam pencarian efek dari perubahan iklim, kami sekarang mendapatkan kesimpulan bahwa pertambahan temperatur sebesar 2,5 derajat akan mengakibatkan efek yang secara nyata kurang dapat di terima pada basis apapun, terlebih lagi pada basis kewajaran, itu karena beberapa negara yang terkena dampak paling parah yang memikul tanggung jawab terbesar akan masalah yang timbul.

Ini merupakan daerah-daerah dimana ada garis kemiskinan yang cukup besar. Hal ini pasti tidak ada infrastruktur atau kapasitas dimana mereka mampu mengatasi efek dari perubahan iklim ini. Jadi inti dari yang ingin saya sampaikan adalah kita harus benar-benar melakukan sesuatu terhadap tren-tren yang terjadi saat ini, dan kita harus memberikan beberapa perubahan besar agar kita dapat menjaga kelangsungan masa depan planet ini.



                                                 IPCC Fourth Assessment Report h.5.
Pemusatan pada lapisan atmosfer secara global akan CO2, metana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) telah meningkat sebagai hasil dari aktivitas manusia sejak tahun 1750 dan sekarang meningkat drastis nilainya sebelum masa industri yang ditetapkan dari masa perputaran inti es beberapa ribu tahun sebelumnya. Emisi GHG global terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia telah bertambah sejak masa sebelum industri, dengan pertambahan antara 70% dari 1970 dan 2004.

Dr. Pachauri :
Ini memberikan Anda gambaran akan pertambahan emisi sejak era 1970. Tentunya, sangat jelas bahwa sumber emisi CO2 terbesar adalah pemakaian minyak fosil. Juga tentunya akibat pertambahan dari sumber-sumber CO2 lainnya seperti penebangan hutan, akibat pembusukan organik, lahan gambut, dan sebagainya. Kemudian ada gas-gas lain seperti metana dan N2O dari kegiatan pertanian dan sebagainya.

Sekarang jika seseorang menginginkan detail lebih lanjut tentang seberapa banyak emisi yang dihasilkan akibat kegiatan produksi daging, maka kita harus meneliti beberapa angka yang ingin saya sampaikan kepada Anda.

Sangat disayangkan, pertambahan secara global dalam penyediaan kalori per kapita tidak memberikan penyelesaian kepastian akan tersedianya makanan dan kekurangan gizi di negara-negara miskin, dan kenyataannya malah meningkatkan tekanan pada lingkungan.

Sekarang pada bulan-bulan ini, seperti yang kamu sadari, telah terjadi peningkatan harga dasar pada makanan. Dan untuk beberapa negara dan kalangan dimana hampir 80 sampai dengan 90 persen dari anggaran untuk rumah tangga adalah untuk membeli makanan, ini dapat menjadi bencana. Dan akibatnya, terjadi aksi demonstrasi, aksi protes di beberapa bagian dunia. Tetapi hal utama yang menyedihkan adalah kenyataan akan usaha selama beberapa dekade untuk mengentaskan kemiskinan hilang begitu saja karena hal-hal yang terjadi pada beberapa bulan ini.

Jadi sangat penting bagi kita untuk mengerti akan ketidakadilan dan ketidaksetaraan akan distribusi makanan. Walaupun secara keseluruhan dunia sekarang mengonsumsi kalori dalam jumlah yang sangat besar, keduanya baik secara per kapita atau periode secara keseluruhan, pendistribusian tersebut menyisakan banyak hal yang masih perlu diperbaiki. Selama empat dekade terakhir ini tanah pertanian seluas 500 juta hektar dibuka dengan menebang hutan dan penggunaan daratan lainnya.

Baru-baru ini saya dari Brasil, sekitar dua bulan yang lalu, dan saya diundang untuk berbicara pada anggota senat di sana, dan Nyonya Marina Silva yang sebelumnya adalah Menteri Lingkungan juga senator lainnya memberitahu saya bahwa mereka sangat mengkhawatirkan akan meningkatnya jumlah penebangan hutan di wilayah Amazon sejak tahun lalu.

Hal ini sepertinya terus bertambah tahun demi tahun. Jadi maksud saya, apa yang harus kita khawatirkan adalah penggunaan lahan hutan kita untuk pertanian dan tujuan lainnya. 500 juta hektar akan di gunakan sebagai tambahan untuk dijadikan lahan pertanian hingga tahun 2020 yang kebanyakan dilakukan di Amerika Latin dan Sub-Sahara Afrika.

If we look at accounting of emissions from agriculture, basically from livestock production, we have 80% of the emissions, total emissions from agriculture, being accounted for by livestock production. It amounts to 18% of all greenhouse gas emissions, which is shown over here.

And I’m using data that’s been provided by the FAO (Food and Agricultural Organization). Since people found out about this talk that I was going to give here today, I’ve received a number of emails from people that I respect, saying that the 18% figure is an underestimate, it’s a low estimate and in actual fact it’s much higher.



McMichael A.J., Powles J., Butler C. and Uauy R., 2007. Food, livestock production, energy, climate change, and health. The Lancet 370: 9594, pp 1253 - 1263

If we look at the proportion of greenhouse-gas emissions from different parts of livestock production, a good part comes from deforestation and desertification, about 35.4%, then the manure, both direct and indirect, because do remember that a large part of food grain production goes into feeding animals that are essentially used for meat.

And there’s enteric fermentation which is also quite large, 25%, and other sources, all of which is shown over here in broad terms.

Now producing 1kilogram of beef, I believe, leads to emissions of greenhouse gases with a warming potential equivalent to 36.4 kilogram of CO2, which releases fertilizing compounds equivalent of 340 grams of sulfur dioxide, 59 grams of phosphate, which consumes 169 megajoules of energy.

And one kilogram of beef is responsible for the equivalent of the amount of CO2 emitted by the average European driver, per car, for every 250 kilometers and it burns enough energy to light a 100-watt bulb for 20 days.

Now again, let’s look at the inequity of the situation, and I’ll say a little more about this later. There are 1.6-billion people in this world who don’t have access to electricity, and have never possessed a single light bulb in their homes. That to me is a huge tragedy, placed as we are in the 21st century.  

So I’m not saying that a reduction in emissions over here will translate into lighting of the homes of people who don’t have electricity today, but it just brings out the stark contrast between the situation in prosperous societies and those that are really deprived.

In addition to requesting people reduce or eliminate meat consumption, Dr. Pachauri is asking that the people of the developed world to reach out to assist those 1.6 billion people on the planet that have no access to electricity. The Indian non-profit The Energy and Resources Institute (TERI),  for which he serves as Director-General, is helping these disadvantaged persons build better lives by making solar lanterns and flashlights available through TERI’s Light a Billion Lives Campaign. 

Source: http://www.nytimes.com/2008/01/27/weekinreview/27bittman.html
US Dept Agriculture (USDA) Recommended Daily Amount (RDA) of meat is 5.5 to 6 ounces (170 g) pp per day. The World Cancer Research Fund report (2007) recommends only 11 ounces (300gm) red meat a WEEK for a public health goal and under 18 oz (500 gm) per week for personal goals.


Dr. Pachauri:  
Over two thirds of the energy goes toward producing and transporting the animals’ feed. Now this is a significant figure. And this clearly points to the concept of factory farming of meat products. These are of course additional sources of greenhouse gases from meat consumption.

Meat typically requires cooking at high temperatures for long periods. You can eat vegetables without cooking and sometimes it’s probably healthier to do that because you retain all the nutrition that’s there in vegetable products. And a large proportion of meat also becomes waste products: bones, fat, past the date spoiled products and so on, which are likely to end up on landfills and incinerated.

So that’s an additional source of emissions that we need to take into account. If we look at two types of equivalent meals, let us say you compare a 6 ounce beefsteak [170 grams] with the meal that’s shown at the top, one cup of broccoli. One cup eggplant, 4 ounces of cauliflower, [113 grams] 8 ounces of rice. [226 grams]  Now if you look at what each of these two diets implies, one is associated with 0.4 pounds of CO2 [181 grams] equivalent emissions and the 6 ounce beefsteak [170 grams] amounts to 10 pounds [4535 grams] of CO2 equivalent, which is almost 25 times as much.

The livestock sector is by far the single largest anthropogenic user of land. Livestock production accounts for 70% of all agricultural land and 30% of the world’s surface land area. And 70% of previous forested land in the Amazon is occupied by cattle pastures, and crops for animal feed cover a large part of the remainder.

I was following the Brazilian economy almost 15 to 20 years ago and you would recall that there was a period in the 1980s when Brazil had a huge foreign debt, something like US$120 billion dollars at that point of time. And one of the means by which they decided to liquidate that and neutralize it was by converting a large area of forest land into pasture land.

That’s when the whole problem started, but it is continued. Brazil is not alone; there are several other countries in the world that have done the same. Twenty percent of pasture land is degraded because of overgrazing, compaction, and erosion. So you know much of it then becomes unfit for any kind of cultivation. Other environmental impacts of livestock: amount of water needed to produce one kilogram of maize is 900 liters, rice, 3000 liters, chicken, 3900 (liters), pork, 4900(liters), and beef a whopping 15,500 liters.

So it’s also intensive in the use of water if you take the entire cycle. Livestock is responsible for 64% of ammonia emissions which contribute to acid rain. Livestock is among the largest sectoral source of land and water pollution with nitrates and phosphorous from sluddy and silage which runs off and from the use of nitrogen fertilizers.

So if one takes the sum total of all these impacts, then clearly, we have not really accounted for all the environmental impacts of meat and its production and consumption. Impacts of livestock on food availability. Well, one third of the world’s cereal harvest and over 90% of soya is used for animal feed, despite inherent inefficiencies.

Diperlukan hampir 10 kilogram makanan ternak untuk menghasilkan 1 kilogram daging sapi;  4 hingga 5,5 kilogram hasil panen untuk menghasilkan 1 kilogram daging babi; dan 2,1 hingga 3 kilogram hasil panen untuk menghasilkan 1 kilogram daging unggas. Sekarang semua ini… benar-benar terjadi dalam skala yang jauh lebih besar dari kasus yang ada, bahkan dua atau tiga dekade yang lalu. Dan bahkan di negara saya, India, industri unggas sangat laku. Banyak yang menggunakan padi-padian impor untuk makanan unggasnya.

Saya pernah ke China selama beberapa tahun. Kunjungan pertama saya adalah pada tahun 1981. Ketika itu saya merasa bahwa sebagian besar warga China mengonsumsi daging babi dan hewan laut. Tetapi sekarang China mengalami peningkatan yang tajam dalam konsumsi daging. Jadi ini adalah ciri yang terjadi di seluruh dunia, dimana pendapatan meningkat, orang-orang beralih dari protein nabati ke protein hewani dan banyak mengonsumsi daging.

Sekarang, seorang petani dapat menghasilkan makanan untuk 30 orang sepanjang tahun untuk satu hektar lahan sayur-sayuran, buah-buahan, sereal, dan protein nabati. Tapi jika lahan tersebut digunakan untuk produksi telur, susu, atau daging, jumlah orang yang dapat diberi makan berkisar antara 5 hingga 10 orang. Jadi ada perbedaan yang signifikan di sana. 

Dr. Pachauri :
Jadi ada peningkatan produksi daging dalam satu periode waktu. Di tahun 2006, petani menghasilkan 276 juta ton daging, jumlah ini 5 kali lebih besar daripada tahun 1950-an. Jadi ini merupakan suatu peningkatan yang sangat tajam.

Jika kita melihat negara-negara yang mengalami peningkatan tajam seperti yang terlihat di sini, tentu itu bukan hanya negara-negara ini saja, ada juga negara-negara lain, Anda dapat melihat adanya perubahan yang signifikan dan peningkatan konsumsi di sini. Semua itu memberi kontribusi bagi peningkatan yang terjadi. Data ini diambil dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian). 




Di tahun 2006, petani menghasilkan 276 juta ton daging
Lima kali lebih besar daripada tahun 1950-an

Sumber: World Watch Institute, 2008 

Di tahun 2006 petani menghasilkan sekitar 276 juta ton daging ayam, babi, sapi, dan daging lainnya – jumlahnya empat kali lebih besar daripada tahun 1961. Jadi rata-rata setiap orang memakan daging dua kali lipat daripada sebelumnya, sekitar 43 kilogram.
~Worldwatch Institute, State of the world 2008

Antara tahun 1950 dan 2000, populasi dunia naik dua kali lipat dari 2,7 menjadi 6,7 miliar orang sementara produksi daging meningkat lima kali lipat dari 45 menjadi 233 miliar kg per tahun.
(1) Lancet, Food, livestock production, energy, climate change, and health, 2007.
http://www.theaustralian.news.com.au/story/0,25197,22410650-12377,00.html

Jika kita melihat perkiraan kecenderungan industri peternakan, produksi daging global diperkirakan meningkat dua kali lipat hingga tahun 2050, itu mungkin akan meningkat dari 229 juta ton di tahun 2001 menjadi 465 juta ton. Tentu saja ini berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Compassion in World Farming (Cinta Kasih dalam Peternakan Dunia), jadi saya akan menerangkan ini dengan agak cepat karena saya yakin akan ada sebuah diskusi tentang ini.

Saya melewati angka ini. Dan ini juga dari organisasi yang sama, Compassion for World Farming. Di sebelah kiri adalah daftar hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan produksi daging. Di sebelah kanan adalah daftar beberapa implikasi dari apa yang ia lakukan, baik terhadap hewan-hewan maupun terhadap diri Anda sendiri, apa yang terjadi di masyarakat secara luas. Sekarang yang ingin saya katakan adalah kita perlu mengubah pola makan kita.
   
Alasan saya mengatakan ini mungkin karena mengurangi konsumsi daging dapat dilakukan oleh setiap orang. Seringkali ketika seseorang membicarakan perubahan iklim di depan hadirin, ada yang bertanya “Ok, saya setuju dengan semua ini, tapi apa yang bisa saya lakukan dalam kehidupan pribadi saya?”

Anda bisa menyuruh mereka untuk mengganti lampu bohlam dengan lampu neon yang kecil,  mematikan lampu saat Anda pindah ruangan, berjalan kaki kapan saja Anda bisa daripada naik mobil, mengatur alat pemanas pada tingkat dimana Anda cukup memakai cardigan daripada duduk mengenakan T-Shirt di puncak musim dingin, di ruang kerja atau di rumah Anda, dan sebagainya.

Tetapi saya yakin bahwa yang bisa kita lakukan tanpa terlalu banyak usaha adalah mengurangi konsumsi daging.

Saya rasa itu merupakan perubahan gaya hidup dimana kita semua bisa melakukannya. Mengurangi jumlah industri peternakan dengan mengurangi konsumsi daging adalah cara yang paling efektif untuk memangkas emisi gas rumah kaca.
     
Jadi, rumah tangga di Inggris dan AS memboroskan sekitar 1/3 makanan yang mereka beli. Perubahan pola konsumsi diperlukan untuk mencapai masyarakat yang rendah karbon dan berkelanjutan. Sekarang kekuatan konsumen Inggris ada berapa banyak jumlahnya?  Rata-rata rumah tangga bisa mengurangi emisi CO2 lebih banyak jika mereka mengurangi konsumsi daging, lebih besar daripada mereka mengurangi setengah penggunaan mobilnya.

Jadi ini adalah fakta yang penting. Sebuah keluarga 4 orang masing-masing makan burger sapi seperempat pon, bertanggung jawab atas emisi CO2 yang setara dengan mengendarai mobil dari London ke Cambridge, 16 kilogram emisi CO2.

Jadi ini adalah beberapa fakta yang menjadi alasan penting dan impliksi dari pengurangan konsumsi daging. Jika ada emisi karbon dioksida yang dihasilkan sebagai dampak dari siklus produksi daging secara keseluruhan, maka saya pikir kerugian pada masyarakat harus dimasukkan, harus ada pajak atau hal lainnya.

Saya menyebutkan sebelumnya bahwa ada 1,6 miliar orang di dunia yang tidak memiliki akses listrik. Sekarang kita boleh mendirikan pembangkit listrik termal dan membakar batubara atau apapun untuk menghasilkan listrik tersebut jika kita menghentikan konsumsi daging.

Bahkan jika kita harus melakukannya, banyak di antaranya tidak mampu mendapatkan sambungan listrik ke rumahnya. Jadi lembaga kami telah meluncurkan program utama yang kami sebut Linghting a Billion Lives (Menerangki Miliaran Kehidupan). Pada intinya hal itu berdasarkan penggunaan teknologi fotovoltaik.

Kami menggunakan lentera dan obor surya, yang secara kebetulan sudah biasa digunakan di daerah pedesaan miskin. Saya pikir secara menyeluruh apa yang dikatakan Gandhi adalah relevan dalam setiap tindakan yang diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim.
“Terjadilah perubahan yang ingin Anda lihat dari dunia ini.”

PEMBAWA ACARA:
Kami senang bisa berbagi dengan Anda kutipan-kutipan presentasi penting dari Dr. Rajendra Pachauri yang membuktikan bagaimana produksi dan konsumsi produk hewani dapat menyulut perubahan iklim di acara Planet Bumi: Rumah Tercinta Kita.
 
Unduh ceramah Audio dan PowerPoint presentasi Dr. Pachauri
Tanya jawab ceramah dan slide presentasi Dr. Pachauri

Unduh Laporan FAO Bayangan Panjang Peternakan


Laporan PBB dalam PDF Lengkap- 408 halaman

Ringkasannya (1 halaman PDF)
Artikel berita dengan komentar (2 halaman PDF)
 
::: Pembunuh : :::
SOLUSI untuk PLANET dari Maha Guru Ching Hai
Daging
Susu
Alkohol
Narkoba
Rokok
Berita Peringatan
Info Terbaru Flu Babi
Hentikan Kekejaman Terhadap Hewan
Makan daging adalah pembunuh nomor satu