Silsilah Mulia Kita
 
Ahimsa dan Tradisi Jainisme yang Tanpa Karma (Bahasa Hindi)    Bagian ke 1
Bagian ke 1
Bagian ke 2
Download    


Jainisme adalah sebuah agama kuno dari India yang disebut-sebut dari keluarga iman Dharma. Walaupun pengikutnya adalah kelompok minoritas dengan kurang lebih 49 juta pengikut di India, pengaruh pengikut Jain pada agama, etika, politik, dan ekonomi cukup besar. Penyebaran luas konsep India seperti karma, ahimsa, moksa, dan reinkarnasi, sebenarnya berasal dari guru-guru Jain atau dikembangkan dari sekolah gagasan Shramana, tempat asalnya Jainisme. 

Karena tradisi beasiswa mereka, pengikut Jain dianggap sebagai komunitas paling terpelajar dan mempunyai perpustakaan tertua di negerinya. 

Bpk. Chetan Sangvi, editor dari Jain Center Darpan Digest dan mantan wakil presiden dari Jain Center California Bagian Utara di Amerika Serikat dengan indah menjelaskan tentang kepercayaan Jain. 

Chetan Sangvi (L): Tujuan terakhir dari makhluk hidup, menurut filsafat Jain harus mencapai keadaan suci dari roh, dengan menghilangkan semua karma yang sudah melekat pada kita hampir selamanya. Ini adalah keadaan yang sama yang Tirthankar (Guru) kami dan jutaan roh lain sudah mencapainya. Kita menyebut keadaan ini keadaan Siddha.

Akan tetapi, tujuan pengikut Jain dalam lingkaran kehidupan mereka sekarang adalah mengikuti jalan yang menaklukkan kemelekatan dan keengganan. Kami orang awam sudah diperlihatkan langkah sederhana untuk mengikutinya. Ia melibatkan kepercayaan dalam nilai kunci tertentu, ajaran kunci tertentu, melakukan meditasi, berdoa, dan kegiatan rohani lainnya yang akan membantu roh membebaskan dirinya sendiri dari ikatan karma yang pada akhirnya membawa kita melalui beberapa lingkaran kehidupan menuju keadaan yang sama sucinya, Siddha. Keadaan sama dimana Tirthankar kami berada hari ini. 

PEMBAWA ACARA: Karma merupakan konsep kunci dari Jainisme. Gagasan ini sama dengan retribusi atau apa yang disinggung Alkitab sebagai: “Apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai.” 

Chetan Sangvi (L): Unsur karma, menurut Jainisme meliputi seluruh alam semesta. Dengan setiap tindakan yang sadar atau tidak sadar, muncul seketika pada setiap waktu, unsur karma mengikat roh. Jadi, dengan perkataan lain, keadaan kita sekarang, bagaimana ia menjadi sekarang adalah berdasarkan tindakan kita pada masa yang lalu dan bagaimana keadaan kita di masa yang akan datang tergantung pada tindakan kita yang lalu dan tindakan yang kita lakukan hari ini.

Dengan demikian, berdasarkan jenis tindakan yang telah kita lakukan, unsur karmanya bisa kuat ataupun lemah. Ada tindakan tertentu yang dapat kita lakukan untuk menghilangkan unsur karma. Tindakan-tindakan ini adalah meditasi, kegiatan rohani, mengendalikan emosi negatif kita, dan sebagainya. Jadi pada dasarnya menurut Jainisme, roh bertanggung jawab penuh atas tindakan-tindakannya. 

Ahimsa adalah cara hidup dimana kita mempunyai welas asih yang alami bagi semua makhluk hidup dan menghormati kebebasan serta kepribadian mereka.

Pengikut Jain menghormati kemerdekaan semua makhluk hidup dan juga mengerti adanya saling ketergantungan di antara semua makhluk hidup dan ketergantungan mereka pada lingkungan dimana mereka tinggal.

Pada tingkat tertinggi, pengikut Jain percaya bahwa kita harus menjalankan kepercayaan, pengetahuan, dan tingkah laku yang benar. Ini akan menghasilkan iman yang tercerahkan, pengetahuan tercerahkan, dan tingkah laku tercerahkan, serta menghasilkan kesucian roh yang tertinggi. Salah satu prinsip kunci yang memandu latihan ini adalah prinsip tanpa kekerasan atau ahimsa.

PEMBAWA ACARA: Melalui perbuatan ahimsa, pengikut Jain percaya bahwa ini akhirnya akan membawa mereka menuju tingkat pembebasan dari ketergantungan serta ikatan emosional.

Chetan Sangvi (L): Cara ahimsa bahkan meluas hingga alam semesta yang mengelilingi kita semua. Jadi kita sekarang membicarakan tentang seluruh kehidupan alam semesta dan bukan kehidupan. Akhirnya, itu ialah keyakinan, pembelajaran, dan tindakan dari cara hidup ahimsa yang membawa kita menuju keadaan akhir, keadaan bebas yang akhir, keadaan bebas dimana kita mencapai keadaan Siddha. Itu adalah keadaan dimana Anda mulai membersihkan diri Anda dari perbudakan, yaitu perbudakan emosional, membersihkan diri kita dari semua kemelekatan dan keengganan. 

PEMBAWA ACARA: Untuk menghormati hak hidup dari semua makhluk hidup, Pengikut Jain dengan ketat mematuhi prinsip tanpa kekerasan.

Chetan Sangvi (L): Kami menyadari bahwa makhluk hidup saling tergantung dengan makhluk hidup lain dan lingkungannya. Dengan mengikuti prinsip ahimsa, tujuan pengikut Jain adalah meminimalkan ahimsa atau kekerasan, atau melakukan kerugian minimal bagi makhluk hidup lain. Prinsip Jain percaya bahwa semakin tinggi tingkat kesadaran, semakin besar kemampuan mereka untuk merasakan sakit.

PEMBAWA ACARA: Dalam kepercayaan Jain, ada lima tingkat kesadaran. Manusia dianggap memiliki kesadaran tertinggi, sementara tumbuh-tumbuhan berada pada tingkat terendah. 

Heena Nandu (P): Jadi pola makan pengikut Jain berusaha untuk memasukkan makhluk dalam tingkat kesadaran paling rendah dan melibatkan makanan yang terutama dari tumbuhan. Bahkan, di samping itu, seorang biarawan Jain atau pengikut Jain yang lain akan mengonsumsi sangat sedikit makanan, jumlah minimal yang penting bagi kesehatan mereka.

Jadi, kombinasi pola makan mereka lebih memilih tingkat kesadaran yang lebih rendah, dan hanya menggunakan yang diperlukan, itu adalah bagaimana ahimsa memandu pola makan kita.

PEMBAWA ACARA: Biarawan Jain yang mengonsumsi sangat sedikit makanan telah memperlihatkan keefektifan pola makan ini melalui umur mereka yang panjang dan semangat kesejahteraannya. Praktik Jain lainnya juga meningkatkan kesehatan.

Chetan Sangvi (L): Kebiasaan makanan Jain tidak terbatas apa yang kita makan, tapi juga bagaimana kita makan, berapa banyak kita makan, dan kapan kita makan. Sebagai contoh, salah satu praktik Jain adalah tidak makan setelah matahari terbenam. Pengetahuan medis sekarang membuktikan bahwa jika Anda tidak mengonsumsi makanan 3-4 jam sebelum tidur maka itu cara yang sehat.

Pengikut Jain percaya bahwa pola makan vegetarian yang  menghindari tanaman akar tertentu seperti bawang putih dan bawang merah, dan sebagainya bukan saja membantu mengendalikan emosi negatif tertentu tapi juga baik bagi kesehatan mental dan latihan rohani yang dapat membantu Anda mengendalikan emosi negatif Anda, menjalankan meditasi yang lebih baik, dan secara keseluruhan menaikkan kerohanian Anda.

PEMBAWA ACARA: Sudah dibuktikan secara luas oleh komunitas ilmiah melalui riset dan bukti yang empiris bahwa pola makan nabati bermanfaat bagi manusia, bukan saja mencegah banyak penyakit yang disebabkan oleh konsumsi daging seperti kanker dan penyakit jantung, gaya hidup yang lebih sehat ini dapat membantu memperpanjang usia orang. Pengikut Jain melangkah lebih jauh dan juga melakukan puasa sebagai bagian dari kehidupan rutin mereka.

Chetan Sangvi (L): Bagian integral lain dari latihan pengikut Jain adalah puasa pada waktu tertentu. Penelitian ilmiah sekali lagi menunjukkan bahwa sebuah pola makan cairan dalam waktu kira-kira selama periode 24 jam ternyata bermanfaat. Pengikut Jain berpuasa hanya minum air selama 36 jam.

PEMBAWA ACARA: Pengikut Jain berusaha meminimalkan karma dari konsumsi makanan, jadi mereka mengikuti pola makan vegetarian. Juga ada prinsip-prinsip lain yang dilakukan pengikut Jain untuk mengurangi keterikatan karmanya.

Heena Nandu (P): Prinsip welas asih adalah bagian integral dari kebiasaan makanan kita. Tapi itu tidak bebas dari karma, ia meminimalkan sejumlah kekerasan, jadi meminimalkan keterikatan karma. Selain itu, sesuai dengan prinsip Jain, kita dapat meminimalkan lebih lanjut keterikatan karma kita dengan mengonsumsi makanan tanpa keterikatan apapun, tanpa kerja keras untuk mendapat sesuatu yang spesifik, rasa yang spesifik, atau tergiur oleh rasa itu, dan sebagainya. Tetapi makan makanan untuk asupan gizinya saja tanpa keterikatan apapun. Pola makan vegetarian tentu merupakan satu yang menghasilkan jumlah ikatan karma yang paling sedikit.

Chetan Sangvi (L):  Kaum Jain menghormati kemerdekaan setiap makhluk hidup, dan juga memahami saling ketergantungan di antara semua makhluk dan ketergantungannya dengan lingkungan dimana mereka hidup. Pengrusakan yang tidak perlu akan ketiga hal ini berpengaruh negatif pada jiwa yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya. Dan sesungguhnya kita tahu bahwa ia berpengaruh jangka panjang pada ekologi.

PEMBAWA ACARA: Melalui prinsipnya yang penuh pertimbangan dan mulia, cara hidup hemat kaum Jain secara alami menjadi sifat ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kenyataannya, ajaran Jain sejak 2.600 tahun yang lalu telah menasihati para praktisinya untuk menahan penggunaan api yang berlebihan karena menghasilkan karbon dioksida, yang mencemari lingkungan kita. 

Chetan Sangvi (L): Secara tradisi, jika Anda melihat cara kaum Jain menjalani hidup, dan cara yang telah diajarkan kepada mereka adalah, menyuruh orang untuk bergaya hidup yang melakukan perubahan minimal, pengaruh minimal pada lingkungan di sekitar Anda. Kami dilatih untuk mengonsumsi lebih sedikit. Kami dilatih untuk mempunyai lebih sedikit.

Jadi, kami kaum Jain modern sangat aktif dalam gerakan hijau. Jelas dalam pilihan makanan, kami hanya mengonsumsi kebutuhan yang diperlukan untuk bertahan hidup dan menghindari pengrusakan serta keseimbangan alam.

PEMBAWA ACARA: Seperti halnya guru-guru tercerahkan yang lain, Tirthankar Jain yang ke-24, Mahavir, menyatakan bagaimana kearifan spiritual menggantikan sains dalam banyak aspek, dan bagaimana welas asih menerapkan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. 

Chetan Sangvi (L): Mahavir, 2.600 tahun yang lalu, mengenali, tingkatan kehidupan dan kesadaran tumbuhan, serta beribu-ribu mikroba yang ada yang bahkan tidak bisa kita lihat. Makanan kaum Jain tidak bisa dibuat tanpa menyakiti bentuk kehidupan apapun, tetapi apa yang kaum Jain sarankan adalah kita ingin meminimalkan sakit yang dirasakan oleh tumbuh-tumbuhan dan mikroba hidup lainnya.

Mengonsumsi tanaman berbasis-akar dapat merusak seluruh tumbuhan, sementara memetik buah dari tumbuhan menyebabkan lebih sedikit kesakitan dan tidak membunuh tumbuhan itu. Jadi untuk alasan itulah, tradisi Jain telah menghindari makanan tertentu meskipun berasal dari tumbuhan.

Selain itu, makan tumbuhan tertentu dapat memperburuk emosi negatif tertentu yang akan menghambat pertumbuhan spiritual Anda. Jadi jika Anda lihat hal itu, apa yang menarik tentang makanan kaum Jain, vegetarisme adalah bagian darinya, tetapi pada akhirnya adalah prinsip ahimsa, dan itu adalah hal yang lebih agung.

PEMBAWA ACARA: Pola makan vegetarian untuk kaum Jain tidak hanya masalah menghindari daging untuk para penganutnya, ini adalah perluasan dari kepercayaan ahimsa untuk semua makhluk dan lingkungan mereka.

Heena Nandu (P): Jain secara tradisional telah memperbolehkan produk susu, susu, dan produk yang terkait, tapi dengan jelas tidak mengizinkan telur, terlepas apakah mereka dibuahi atau tidak. Penting untuk dicatat bahwa pada zaman dahulu, susu dihasilkan dari hewan piaraan dan hanya susu yang berlebih yang digunakan untuk dikonsumsi manusia, selaras dengan prinsip ahimsa. Selain itu, secara tradisi, dan bahkan saat ini, kaum Jain mengeluarkan banyak uang untuk mengurus sapi-sapi tua yang tidak menghasilkan susu yang telah memberikan susu sepanjang hidupnya.

Tapi sekarang, karena metode produksi susu besar-besaran oleh peternakan dan perlakuan tidak pantas dari hewan, banyak kaum Jain modern yang menghindari produk susu juga.

Jain menentang penggunaan madu, karena kebanyakan metode produksi madu melibatkan pembunuhan banyak lebah. Berhubungan dengan prinsip yang sama, banyak kaum Jain yang tidak mengenakan sutra. Kembali lagi, proses produksinya membunuh semua ulat sutra. 

PEMBAWA ACARA: Orang Jain juga menghindari makanan nabati yang dapat menyebabkan efek tidak langsung kepada makhluk hidup yang lain.

Heena Nandu (P): Yang menarik, sains mengatakan kepada kita bahwa satu centimeter persegi tanah, di dalam dan di sekitar akar tumbuhan jauh lebih banyak kehidupan daripada bagian lain dari tumbuhan yang ada di atas tanah. Tujuan dasar dalam Jainisme sekali lagi adalah untuk meminimalkan himsa. Dan kami akan mencoba dan melakukan itu apakah kami makan akar sayuran atau tidak, tentu saja tidak, atau kami makan buah-buahan dan sayuran dari atas tanah. Jadi kembali lagi, prinsip ahimsa yang membimbing kami dalam memutuskan apa yang kita konsumsi, yang kita makan, dan yang kita gunakan.

Garesh Shah (L): Jadi ini adalah keunikan kaum Jain, bahwa ini bukanlah monopoli kita sepanjang Anda hidup dalam cara ahimsa, Anda benar dan Anda bisa membawa diri Anda ke keselamatan.

Heena Nandu (P): Berhati-hatilah terhadap apa yang Anda konsumsi dan darimana ia berasal, itulah yang kita praktikkan. Banyak Kaum Jain yang melatih pertimbangan yang sama dalam membeli kebutuhan lain. Sebagai contoh, mereka tidak menggunakan produk kulit, memeriksa sumber bahan-bahan dalam sampo dan pembersih, dan sebagainya. Sementara untuk rekomendasi yang lebih ketat, kami ingin menunjukkan bahwa tidak ada istilah sebuah maklumat dalam Jainisme. Kaum Jain diminta untuk menjalani hidup dengan ikatan karma minimal, yang artinya meminimalkan jenis himsa apapun yang Anda lakukan. Jadi kebanyakan kaum Jain mempraktikkan kepercayaan Jain hingga batas kemampuannya dan lingkungan yang ada, sadar dan hati-hati akan tindakannya dan efeknya dalam hal ikatan karma untuk orang lain dan lingkungan di sekitar mereka. 

PEMBAWA ACARA: Hidup di dunia yang sementara, ada sebab dan akibat untuk setiap tindakan. Meskipun upaya keras diambil untuk menjalani hidup mengikuti hukum ahimsa, masih ada beberapa balasan yang terjadi. Oleh karena itu, kepercayaan Jain juga termasuk latihan rohani.

Chetan Sangvi (L): Banyak tindakan masa lalu kita yang tidak kita ingat karena itu terjadi dalam kehidupan sebelumnya. Apa yang dalam kendali kita adalah tindakan kita hari ini, dan apa yang kita rencanakan untuk esok. Jika Anda telah melakukan tindakan, konsumsi makanan yang telah menjadi makanan karma di masa lalu, Anda melakukan hal yang sama. Kami sarankan untuk meninggalkan karma Anda. Lakukan latihan rohani, penebusan dosa, penyesalan, penghargaan, kontemplasi, ketetapan hati untuk tidak melakukan hal ini lagi. Jadi langkah yang sama itu untuk meninggalkan karma, langkah ahimsa yang sama untuk membawa Anda ke jalur keselamatan. 

PEMBAWA ACARA: Jain percaya jalur non kekerasan harus diterapkan untuk setiap aspek kehidupan seseorang. Ini akan membawa dalam pemenuhan yang lebih besar dan kedamaian pikiran. 

Heena Nandu (P): Jadi pada dasarnya, ketika kami berbicara tentang ahimsa, kami ingin mengatakan bahwa Kaum Jain merasa ahimsa tidak hanya dalam hal makhluk hidup yang lain, tindakan melawan mereka, tetapi tindakan secara mental dan verbal. Jadi apapun yang Anda lakukan, sadarlah atau berhati-hatilah dan ketika Anda berpikir dalam hal tindakan mental, fisik, dan verbal, Anda akan memasukkan lingkungan dalam proses pemikiran Anda dan Anda akan menjadi lembut terhadap segalanya, dalam seluruh mikrokosmos di sekitar Anda.

PEMBAWA ACARA: Melalui prinsip Ahimsa kaum Jain, seseorang secara alami akan cenderung ke pertimbangan yang lebih besar dan peduli akan sesama manusia dan hewan sesama penghuni Bumi. Pendekatan kasih ini juga akan meluas ke penjagaan yang lebih baik dari planet kita bersama.

Chetan Sangvi (L): Pesan pertama kami adalah cinta kasih dan hormat untuk semua makhluk hidup, serta mencoba untuk memahami pandangan orang lain, bahkan ketika mereka berbeda dengan Anda dan bahkan jika mereka tidak setuju dengan Anda, dan bahkan jika Anda tidak setuju dengan mereka.

Begitu Anda membuka pintu cinta kasih, berpikiran terbuka, mencoba memahami lingkungan alami di sekitar Anda, mencoba untuk memahami dunia hewan, mencoba untuk memahami dunia tumbuhan, dunia mikroba, Anda akan secara otomatis atau secara alami mulai menghindari atau mengonsumsi makanan berlebihan yang menyebabkan himsa. Dengan berlalunya waktu, Anda akan menjadi vegetarian alami. Jadi kami menyarankan untuk mendidik diri Anda, belajar. Pelajari dunia di sekitar Anda dengan pikiran terbuka, dan Anda secara alami bergerak ke arah itu.

PEMBAWA ACARA: Selama dua puluh tahun yang lalu, Maha Guru Ching Hai telah menganjurkan pola makan vegetarian, untuk kembali ke warisan spiritual kita yang mulia. Sebagai tokoh kemanusiaan terkenal di dunia dan guru spiritual, pesan welas asih Maha Guru Ching Hai telah menyentuh jutaan orang, yang telah menerapkan prinsip ahimsa dalam hidupnya.

Garesh Shah (L): Jalur yang Maha Guru Ching Hai sarankan adalah jalur yang bisa membawa Anda ke keselamatan karena ini berbicara tentang ahimsa melalui vegetarisme. Ini berbicara mengenai kebenaran. Dia berbicara mengenai tidak mengumpulkan atau tidak mengambil yang bukan milik Anda, hidup dengan adil, dan tentu saja, tidak dikendalikan oleh emosi Anda melalui perilaku seksual yang haram atau mengonsumsi produk dan makanan yang mempengaruhi keadaan spiritual Anda dan pikiran Anda. Jadi ini adalah keunikan kaum Jain, bahwa ini bukan monopoli kita. Asalkan Anda hidup dengan cara ahimsa, Anda sudah benar dan Anda bisa membawa diri Anda ke keselamatan.

PEMBAWA ACARA: Sementara Bumi mengalami krisis iklim, Maha Guru Ching Hai tak mengenal lelah dalam mempromosikan solusi penyelamatan planet melalui pola makan vegan melalui berbagai media dan konferensi untuk menggapai masyarakat luas. Melalui upaya pengabdian seperti itu dan perubahan lebih lembut dalam hati manusia, ada harapan untuk keberlanjutan yang lebih besar dari Bumi rumah kita. 

Garesh Shah (L): Kita sangat terkesan dengan pesan Maha Guru dan karya yang Anda serta organisasi Anda sedang lakukan untuk membawa pesan positif untuk dunia. Kami menemukan hal itu sangat menarik sehingga banyak khotbah dan filsafat Anda begitu mirip dengan filsafat Jain. Sepertinya kita menyarankan jalur yang begitu mirip dan saya merasa jika kita bertukar pandangan, kita pasti bisa membantu menggerakkan dunia ke keadaan tanpa kekerasan, hijau, dan damai. Atas nama Center Jain California Utara, saya ingin berterima kasih kepada Maha Guru Anda dan organisasi Anda yang telah memberikan kami kesempatan ini untuk berbagi pandangan Jain dengan Anda dan pemirsa Anda.


 
Cari di Semua Acara
 
 
Paling populer
 Warisan Kristen yang Penuh Kasih: Ordo Zaman Keemasan dan Gerakan Awal Vegetarian
 SILSILAH MULIA KITA Gereja Essene Kristus Masa Kini dan Ordo Mawar Biru - Bag.1/3
 SILSILAH KITA YANG MULIA Masa Depan Pendidikan: Pembelajaran Berbasis Kesadaran di Universitas & Sekolah Maharishi – Bagian 1/3
 Mengingat Hakekat Sejati Kita: Lao Tzu dan Taoisme (Bahasa China)
 Dengan Kasih Tuhan, Asosiasi Vegetarian Kristen
 Emanuel Swedenborg dan Swedenborgianisme: Gereja Rohani dari Jiwa-jiwa yang Terhubungkan
 Kembali ke Fitrah yang Suci: Kunjungan ke Mukjizat di Gurun Pasir pada Israel Yahudi Afrika
 Ahimsa dan Tradisi Jainisme yang Tanpa Karma (Bahasa Hindi)
 Sri Aurobindo dan Ibu: Menyempurnakan Manusia melalui Keilahian (Dalam Bahasa Hindi)
 Menelusuri Vegetarisme dalam Warisan Yunani Kuno (Bahasa Yunani)