email to friend  Kirim halaman ini buat teman    Cetak

Pencairan permafrost memperkuat gas rumah kaca.
Para ilmuwan Universitas Kolorado di Institut Kerja Sama Boulder untuk Penelitian Ilmu Lingkungan untuk pertama kalinya menghitung jumlah karbon yang bisa dilepaskan ke atmosfer saat permafrost Arktik mencair.

Menggunakan model komputer, para ilmuwan menunjukkan bahwa dalam satu dekade, karbon dioksida dan metana dari pencairan material tumbuhan yang telah membeku dalam tanah sejak periode es terakhir yang berakhir sekitar 12.000 tahun lalu, akan mengubah keseluruhan daerah tundra Arktik menjadi sumber karbon dunia, bukan tempat penyimpanan karbon.

Dalam satu abad, pencairan Arktik sanggup mencairkan sekitar 94 miliar ton karbon, yang setara dengan setengah total emisi bahan bakar fosil sejak permulaan Masa Industri. Penulis terkemuka, Dr. Kevin Schaefer mengingatkan, bahkan perkiraan paling konservatif pun dari proyeksi ini akan membuat perbedaan signifikan pada iklim dunia.

Beliau menyatakan, “Jika kita ingin mencapai target konsentrasi karbon dioksida, maka kita harus mengurangi emisi bahan bakar fosil…. Jauh lebih rendah dari gagasan sebelumnya untuk memperhitungkan tambahan karbon dari permafrost ini. Kalau tidak, kita akan berakhir dengan Bumi yang lebih panas dibanding yang kita inginkan.”

Terima kasih setulusnya, Dr. Schaefer dan rekan-rekannya dari Universitas Kolorado karena telah mengungkapkan pemahaman dari situasi genting dari permafrost Arktik. Mari kita bergabung bersama untuk bertindakan cepat dalam melindungi planet dan menjamin keselamatan semua makhluk di Bumi.

Maha Guru Ching Hai telah sering menyoroti perlunya manusia untuk menjaga ekosfer dari potensi sumber pemanasan global, seperti dalam wawancara yang diterbitkan dalam Majalah The House edisi bulan September 2009.

Maha Guru Ching Hai: Menurut Dr. Hansen, planet kita sedang dalam arah bahaya melewati titik balik yang tak dapat diubah dengan konsekuensi menghancurkan. Semua ini sudah kalian ketahui, seperti pencairan permafrost yang pada akhirnya melepaskan gas metana beracun, yang mengakibatkan semakin memanasnya atmosfer.

Alasan para peneliti sekarang mengalihkan perhatiannya adalah penelitian telah menunjukkan bahwa gas ini memiliki kapasitas memanaskan 100 kali lebih hebat dibanding CO2 dalam waktu 5 tahun.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa peternakan adalah sumber tunggal terbesar gas metana yang dihasilkan manusia dan terhitung sebesar 37% dari total gas rumah kaca.

Maka dari itu, jika makan daging dihentikan, produksi metana dari peternakan akan diminimalisasi, kemudian konsekuensinya juga akan berhenti, kemudian kita masih akan punya waktu untuk menangani CO2. Sangatlah logis, secara ilmiah dan lain-lain. Jadi, menjadi vegan berarti menyelamatkan planet kita.
http://www.winnipegfreepress.com/life/sci_tech/melting-permafrost-to-emit-carbon-equal-to-half-all-industrial-emissions-study-116341429.html,
http://www.upi.com/Science_News/2011/02/16/Thawing-permafrost-will-release-carbon/UPI-50631297893151/#ixzz1EGaejNw9

Berita Tambahan
Sebagai Ibu Kota Hijau Eropa tahun 2011, kota Hamburg, Jerman menawarkan percontohan dalam gaya hidup peduli lingkungan pada saat mereka terus memperluas industrialisasi sambil mengurangi emisi karbon dan berhasil menjaga saluran air alami dan ruang hijau untuk dinikmati penduduk dan juga pengunjung.
http://edition.cnn.com/2011/TRAVEL/02/18/hamburg.green.capital/index.html?hpt=C2

Ilmuwan Sri Lanka dan ahli perkembangan berkelanjutan Dr. Mohan Munasinghe, penerima Penghargaan Perdamaian Nobel sebagai Wakil Ketua Panel Antar-Pemerintah untuk Perubahan Iklim PBB, menyerukan pemakaian Tujuan Konsumsi Milenium baru untuk mengurangi kebiasaan tidak berkelanjutan yang merusak lingkungan.
http://blogs.worldwatch.org/transformingcultures/mcgs/, http://ipsnews.net/newsTVE.asp?idnews=54211 http://www.mohanmunasinghe.com/pdf/Island-MCG-1Feb2011.pdf