Antara Guru dan Murid
 
Kebijaksanaan Nabi Muhammad Kumpulan ceramah dan diskusi Maha Guru Ching Hai   

Maha Guru Ching Hai: Anda tahu, Nabi Muhammad selalu memberitahu orang untuk bervegetarian. Kita bisa menemukan bukti di manapun dalam Alquran. Ia bahkan memberitahu sepupunya untuk tidak memakannya, “Ali, janganlah memakan itu. Jangan memakan hewan. Karena kualitas hewan itu akan masuk ke dalam dirimu. Jangan memakannya.” Meskipun begitu, sekarang orang-orang tidak mempertanyakan hal itu. Kalian paham maksud saya? Jadi, butuh pikiran yang benar-benar tulus untuk mempertanyakan yang benar dan yang salah. Anda harus menjadi sedikit cerdas dan meluangkan sedikit waktu, tidak peduli seberapa sibuknya diri Anda, Anda harus luangkan waktu untuk memahami ajaran dari Nabi-Nabi zaman dahulu, dari Guru-Guru tercerahkan di zaman dahulu. Jika tidak, kita hanya mengikuti, kita tidak mengetahui apa pun, dan di akhir hidup kita, meskipun kita adalah orang Kristen yang sangat, sangat beriman dan kita benar-benar ingin tahu Hakikat Kebuddhaan, dan kita benar-benar ingin menjadi satu dengan Tuhan, namun kita  sia-siakan seluruh hidup kita dengan tidak melakukan apa pun, tidak menemukan apa pun.

Cerita ini adalah tentang seorang suci yang menangani hasratnya, yang berkenaan dengan godaan. Ceritanya seperti ini. Seorang suci, suatu hari, berjalan melewati sebuah toko di pusat perbelanjaan, mungkin toko serba ada. Dan ia melihat bagian bahan pangan di mana mereka menjual mangga-mangga cantik dan segar. Otaknya membujuknya untuk membeli dan menikmatinya. Ya, tentu saja, seperti setiap orang lainnya. Jadi, orang suci itu berusaha memberitahukan dirinya, “Tidak, tidak, tidak! Kamu tidak butuh mangga. Lagi pula kamu tidak punya cukup uang untuk membelinya dan kamu tidak butuh itu. Dan kamu adalah orang suci. Kamu hanya makan apa yang kamu miliki dan kamu tidak punya hasrat pada apa pun juga.” Tetapi, apakah sang pikiran akan mendengarkan?

Penanya: Tidak.

Maha Guru Ching Hai: Sang pikiran tidak mau mendengarkan. Tidak apa. Orang suci tersebut kembali ke guanya, melanjutkan meditasi. Tapi sepanjang malam, apa yang ia meditasikan adalah mangga-mangga segar yang lezat itu. Anda tahu semuanya. Bagaimana bisa? Apakah Anda adalah reinkarnasi dari orang suci itu? Kita semua tahu sangat baik tentang tipuan dari pikiran. Jadi, ia sangat letih dan kelelahan, duduk di sana bergulat dengan pikirannya sendiri. Oke? Baik, baik. Maka, ia pergi ke dalam hutan esok paginya, masih merasa terkalahkan dan kelelahan dari pergulatan dengan pikirannya sepanjang malam. Dan ia pergi membelah sedikit kayu. Lalu dengan membawa banyak kayu, ia mengantarkannya dengan berjalan dari hutan itu ke pusat perbelanjaan. Wah, itu jauh sekali. Berkilometer-kilometer jauhnya! Sebenarnya, ia ke sana hanya untuk membeli kebutuhannya selama satu minggu, di guanya, beberapa kebutuhan dasar seperti mungkin tepung untuk membuat chapatti, dan garam, kebutuhan sederhana. Jadi, ia membawa muatan kayu  yang berat ke pasar, yang sangat jauh, berkilometer-kilometer jauhnya.

Anda tahu orang-orang suci di India, mereka tinggal di atas gunung terpencil, di gua terpencil. Dan untuk turun dari gunung, ke pasar, perlu waktu yang lama. Kebanyakan mereka tinggal jauh dari semua itu, karena itu adalah kemauan mereka. Tapi kemudian, hal itu tidak mudah saat Anda ingin membeli sesuatu. Oke, bagaimanapun juga, ia membawa muatan kayu yang berat menuruni gunung. Dan ia sangat letih, dan kelelahan. Tapi, ia tidak beristirahat, ia terus memberitahu dirinya, "Kamu ingin mangga, maka kamu harus bekerja untuk itu! Sekarang bawa kayu itu dan jangan mengeluh." Dan jalanan di pegunungan amat sulit, tetapi ia paksakan dirinya melakukan itu. Oke, sampailah ia di sana.

Akhirnya ia turun gunung, ia menjual kayu itu, menukarnya dengan uang, dan membeli beberapa mangga. Lalu ia pulang ke guanya di dalam hutan lalu menaruh mangga itu di atas batu di depan guanya dan berkata, "Oke, kamu pandangi saja mangga itu. Karena saya mengenalmu dengan amat baik." Ia berkata kepada dirinya sendiri. Ia memberitahu pikirannya, "Hari ini kamu ingin saya membelikan mangga, besok kamu akan kepingin sesuatu yang lain, melon, dan hari berikutnya, siapa yang tahu, kamu mungkin ingin membeli sebuah rumah. Lalu, kamu ingin saya punya seorang istri untuk mengurus rumah itu. Lalu, begitulah, akhir dari kisah saya, akhir dari hidup saya! Saya tahu yang kamu inginkan. Itulah apa yang kamu inginkan. Saya tunjukkan kepadamu, itu tidak akan terjadi!" Karena muncul istri lalu muncul anak-anak. Lalu ulang tahun, lalu hari kematian, lalu pernikahan  dari anak-anak, lalu para cucu, dan pernikahan para cucu dan…. seterusnya. Tidak pernah selesai, tidak. Saya lalu akan menjadi budak kamu, di akhir semua ini." Jadi, ia hanya memberitahu dirinya tentang hal itu.

 Lalu, baru saja ia bicara pada pikirannya seperti itu, ada orang yang lewat di depan guanya, jadi ia memanggil orang itu, "Hei, kawan, ambillah mangga itu, itu milikmu." Tentu saja, orang yang lewat itu sedang kepanasan dan haus dan dengan segera, Apakah Anda yakin, Tuan? Ya, saya dengan senang hati akan mengambil semua mangga ini. Ia mengambil semuanya, bahkan memakan beberapa buah di depan orang suci itu. Aduh, orang suci yang malang, pastilah air liurnya menetes. Orang yang malang, ia bekerja begitu keras, ia seharusnya layak mendapatnya. Setidaknya ia pergi dan memotong kayu. Tapi, kemudian, ia tak ingin melakukannya lagi. Seandainya esok harinya ia menginginkan apel. Maka, ia harus pergi memotong kayu lagi. Lalu dengan kebiasaan mengikuti keinginan dari pikiran, siapa yang tahu ke mana pikiran itu menuntunnya.

Ada cerita lain mengenai Sang Nabi beserta para pengikut-nya. Pada suatu saat, ketika Nabi Muhammad sedang berbicara dengan sekelompok muridnya, Dia bertanya kepada mereka satu per satu, apa yang mereka miliki. Apa milik mereka, apa yang mereka miliki? Maka, salah satu muridnya yang bernama Hazarat Umar, menjawab kepada Sang Nabi, “Oh Nabi, saya punya seorang istri dan banyak anak, unta-unta...” dan lain sebagainya. Butuh waktu yang lama bagi dia untuk menyebut semua miliknya. Mungkin unta-unta, dan pohon-pohon kelapa dan pohon-pohon palem serta kurma dan, apa lagi? Rumah, hotel, kamar untuk disewakan. Apa saja. Butuh waktu lama. Semua yang lain memberikan jawaban serupa hingga tiba giliran salah satu muridnya yang bernama Hazrat Ali. Dia berkata kepada Gurunya, “Oh Guru, oh Tuan…” Dia berbicara, dia menyatakan kasihnya kepada Sang Nabi. Dia berkata, “Milik saya hanyalah Tuhan dan Anda. Selain dua ini, saya tidak punya apa-apa yang perlu disampaikan. Maka, Nabi Muhammad menjelaskan ajarannya melalui jawaban dari murid ini. Dia merasa amat senang,

Saya rasa, dia katakan bahwa kepemilikan duniawi sangat kurang berharga. Kita hanya memilikinya untuk waktu yang singkat saja, semua itu tidak bisa dibawa ke dunia lain. Keterikatan pada kepemilikan duniawi hanyalah menuntun ke arah duka dan penderitaan, karena kita terlahir berulang-ulang untuk memuaskan diri kita sendiri, karena nafsu akan hal-hal ini, yang belum terpenuhi selama kehidupan kita. Karena semakin banyak yang kita miliki, maka kita menjadi semakin terikat padanya. Lalu semua itu memberi kita rasa nyaman dan senang dan sebagainya. Dan ketika kita meninggal, kita berharap… kita belum menikmati itu semua. Lalu mungkin pada saat pemisahan tersebut jiwa kita meninggalkan tubuh dengan nafsu keinginan, bahwa kita belum menikmati semua harta milik kita. Dan begitulah cara kita kembali terlahir lagi. Itu berarti kehidupan fisik, berulang-ulang. Bertransmigrasi dan menderita.

Jadi, itulah sebabnya Nabi berkata bahwa “Kepemilikan hanyalah menuntun pada penderitaan dan transmigrasi”. Ini hanyalah milik mereka yang menyukai hidup duniawi ini. Tapi, bagi mereka yang menyukai  Tuhan, dan selalu melakukan kontemplasi pada kekasih mereka, lepas dari lingkaran kelahiran dan kematian. Baiklah, mereka yang menulis ini  berpikir ini hanyalah sebuah masalah pemahaman dari kebenaran sederhana ini. Apakah itu sederhana? Ya. Sederhana, tapi tidak mudah untuk dilakukan. Saya pernah sampaikan cerita tentang… apakah nama barang itu? Barang berbentuk segitiga itu.

Penanya: Samosa.

Maha Guru Ching Hai: Samosa, ya. Saya begitu ketagihan pada samosa saat itu. Tapi, Anda perlu tahu saya punya sangat sedikit uang pada saat itu. Dan kebanyakan saya hanya makan chapatti, dan kadang-kadang sedikit mentimun. Chapatti dan selai kacang, hanya agar tubuh tetap hidup. Jadi tentu saja, ketika saya melewati samosa, wah ! Itu sesuatu yang terasa luar biasa. Maka, kebanyakan para bijak, mereka juga lebih menyukai hidup di pegunungan dan area yang jauh, karena alasan itu juga, mungkin. Apa yang tidak Anda lihat, tidak akan melukai diri Anda, tidak akan menggoda Anda. Benar-benar seperti itu!

Kalian tidak akan mendapatkan apa pun dengan bersikap egois. Kita hanya mendapat berkah saat kita tidak egois dan mulia serta mendahulukan orang lain sebelum diri kita. Perlakukan tiap orang secara  sama, selalu secara baik, bertenggang rasa, dengan kasih, hormat. Kalian suka berkelakuan baik, mulia, anggun, dan cantik? (Ya.) Kecantikan tidak selalu berasal dari wajah atau tubuh. Cantik berasal dari dalam. Ada dua jenis kecantikan. Kecantikan dari dalam senantiasa bertahan lama dan selalu menarik bagi setiap orang. Jadi kalian lihat, semua guru terutama di India atau di Taiwan (Formosa) atau China atau di masa lalu, mereka berjanggut, mereka tidak bercukur, mereka tidak mandi, rambut mereka seperti orang hippie, dan janggut mereka panjang hingga ke kaki. Dan mereka tidak memakai banyak pakaian, atau tidak memakai baju sama sekali, atau mengenakan pakaian yang amat lusuh atau apa pun. Mereka tidak nampak seperti model yang tinggal di Monako atau sesuatu seperti itu, tidak. Tapi orang-orang tetap berkumpul di kaki mereka dan mengasihi mereka, memuja mereka dan bahkan bersedia mati demi mereka.

Selama masa Nabi Muhammad, orang-orang berperang dengan siapa pun yang berkuasa atau pembentukan keagamaan di masa itu, karena sebagian orang bersedia untuk mati demi sang Nabi. Dan mereka melakukannya demi membela diri. Bukan karena mereka menginginkan perang. Paling tidak, sang Nabi tidak pernah menyuruh mereka untuk berperang dengan siapa pun. Tetapi, kadang-kadang mereka ingin membela anak-anak mereka atau saudara dan saudari mereka, keluarga mereka, saat orang lain, seperti agama zealot atau para penguasa pergi dan mengusik mereka atau berusaha membunuh mereka, sehingga mereka berusaha sebaik-baiknya untuk mempertahankan diri. Dan dalam mempertahankan diri, mungkin kedua belah pihak akan terluka atau salah satu pihak terluka, atau mati.

Bukannya bahwa sang Nabi mengharapkan mereka mati demi dirinya, atau dia memerintahkan setiap orang untuk maju berperang, itu hanya merupakan hal-hal yang terjadi secara alami. Jadi, apa yang saya maksudkan adalah, kita harus menjadi indah luar dalam. Saya ingin kalian jadi cantik di mana saja dan kapan saja. Jadi, ke manapun kalian pergi, orang akan menghormati kalian. Lalu apa pun yang kalian katakan akan berpengaruh. Orang-orang akan mendengar. Jika kalian bersikap seperti semua orang lainnya, tidak peduli ajaran sebaik apa pun yang kalian sampaikan, saya rasa orang-orang tidak akan ingin mendengarkannya.

Kita bisa pergi ke Surga, kembali lagi, tetapi, kita tidak pergi dengan tubuh fisik ini; kita pergi dengan roh. Persis seperti saat Anda tidur, Anda tinggalkan tubuh Anda, Anda bahkan tidak tahu tubuh ini ada. Kadang-kadang Anda bermimpi, Anda pikir Anda pergi ke suatu tempat. Beberapa orang bahkan berjalan dalam tidur. Dan sama halnya, kita bisa secara sadar meninggalkan kuil fisik ini sebentar, dan pergi menghubungi sang jiwa dalam dunia spiritual dengan jiwa kita yang sama seperti jiwa mereka, dan malaikat akan membawa kita ke sana, jika kita tahu caranya.

 Alasan sang Nabi menyuruh kita untuk berkontemplasi, untuk berdoa kepada Tuhan 5 kali sehari adalah bahwa jika Anda berdoa cukup keras, cukup lama, banyak kali, maka ada kesempatan dimana Anda akan melihat kilasan  Surga, dimana Anda bisa jadi cukup tenang untuk berhubungan dengan malaikat-malaikat atau sang utusan Tuhan, yang tidak kasat mata. Dan kemudian mereka akan membawa kita ke Surga, mereka akan menunjukkan jalan kepada kita, tetapi kita harus tenangkan pikiran, kita harus lupakan seluruh dunia selagi berdoa. Itulah doa yang sesungguhnya.
 Itulah yang Nabi Muhammad lakukan di dalam gua. Ia menenangkan pikiran-Nya. Ia melupakan segala hal – miliknya, istrinya, kerjanya, keberhasilannya, uangnya – segalanya. Ia melupakan tubuhnya; dan begitulah cara dia bisa mengangkat dirinya ke tingkat malaikat dalam jiwa. Dan begitulah cara Dia bisa menghubungi malaikat dalam jiwa dan begitulah cara Dia bisa mendapatkan pesan Tuhan. Sama, kita harus lakukan, kita bisa lakukan. Dan itulah sebabnya Tuhan mengirim semua nabi atau Nabi Muhammad untuk memberitahu orang-orang bahwa "Inilah jalannya. Jangan lakukan itu, jangan lakukan ini Lakukanlah ini". Sang Nabi datang untuk memberi teladan, seperti misalnya, “Oke, Anda harus menenangkan pikiran, Anda duduk diam, sendirian.” Tidak harus pergi ke dalam gua, tapi dalam gua kecil kamar Anda, dan jadikan itu sebuah gua, jadikan sebuah pertapaan yang lengkap untuk diri Anda, lalu Anda berdoa. Sungguh Tuhan akan mendengar dan Anda akan mendengar Tuhan.

Tuhan selalu mendengarkan, hanya kita yang tidak mendengar. Jadi, sekarang adalah masalah kita untuk menenangkan pikiran, membuang semua pikiran yang bukan-bukan setiap waktu dalam pikiran, agar kita bisa mendengar suara dari utusan Tuhan. Seperti yang dilakukan sang Nabi. Dia datang untuk melakukan itu. Dia adalah seorang nabi. Dia tak harus melakukan itu, tapi dia melakukannya untuk memberi teladan, untuk menghubungi Tuhan, kita harus tenangkan pikiran. Itu sebabnya dalam Alquran dikatakan bahwa semua agama milik Tuhan bagaimanapun juga. Ya, pada halaman pertama. Karena mengapa? Karena ketika orang-orang berdoa dengan tulus kepada Tuhan – tak peduli dalam nama yang mana – Dia mengetahui doa itu ditujukan pada-Nya karena Dia adalah Tuhan. Dia tidak membeda-bedakan, “Mengapa kamu tidak panggil nama saya Bapak Anu? Kamu harus memanggil saya dengan nama ini.” Tidak, Dia adalah Tuhan. Dia adalah sang Bapa. Jika Anda memanggil Dia Maha Kuasa, itu bagus; jika Anda memanggil Dia Allah, Dia bahagia, karena “Allah” juga berarti maha kuasa dalam bahasa Inggris. Dan Buddha artinya tercerahkan, artinya Tuhan dalam Inggris. Hanya saja kita tidak terjemahkan dan membuat begitu banyak masalah. “Kristus” artinya kekuatan Tuhan, hal yang sama. Benar, saya kira kita harus memiliki hanya satu bahasa.


 
Cari di Semua Acara
 
 
Paling populer
 Dirk Schröder: Memperluas Batasan - Hidup Penuh Cahaya Bag.1/5
 Maha Guru Ching Hai dalam soal Lingkungan: Rahasia Venus Bag.1/14 29 Agustus 2009 Los Angeles, CA, AS
 Guru Jue Tong: Biarawati Waterian yang Menginspirasi Cina - Bag.1/5 (Dalam Bahasa Cina)
 Nun Shi Hongqing dari China: Breatharian selama Lebih dari 20 Tahun
 Jasmuheen: Avatar Menakjubkan Hidup Prana - Bag.1/5
 Yogi Surya Uma Shankar: Pesan dari Mahavatar Babaji - Bag.1/5 (Dalam Bahasa Hindi)
 Sebuah Pertemuan tentang Kecantikan - Bag.1/7 21 Januari 1996 Hsihu, Formosa (Taiwan) (Dalam Bahasa Formosa)
 Zinaida Baranova: Lebih dari satu Dekade Hidup dari Prana - Bag.1/4 (Dalam Bahasa Rusia)
 Hidup Tanpa Makanan: Oleg Maslow, Artis Rusia & Guru Kesadaran Pernafasan Bag.1/4 (Dalam Bahasa Rusia)
 Lampaui Kesulitan Hidup - Bagian 1 dari 9 31 Desember 1994 - 2 Januari 1995 Hsihu, Formosa (dalam bahasa China)